Jakarta (ANTARA) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar menyampaikan bahwa desa merupakan harapan masa depan Indonesia.

"Kita tidak lagi menempatkan desa sebagai masa lalu, justru sebaliknya kita harus menempatkan desa menjadi masa depan," ujar Mendes PDTT dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, lanjut dia, Kemendes PDTT selalu mengembangkan istilah ruralisasi atau kembali desa.

Baca juga: Mendes PDTT: Pemuktahiran data penting dalam pembangunan desa

Menurutnya, dari berbagai kondisi yang dihadapi oleh bangsa dan negara, benteng teraman, terbaik dan terkuat adalah desa.

"Termasuk hari ini, ketika bicara tentang kondisi pandemi yang melanda dunia, ternyata desa memiliki daya tahan yang luar biasa, bukan hanya urusan kesehatan, urusan ekonomi pun seluruh sektor mengalami pertumbuhan minus, kecuali pertanian dan semua tahu bicara pertanian adalah kehidupan di desa," katanya dalam Pertemuan Nasional Kepala Desa bertema "Membangun Ekonomi dan Demokrasi dari Desa".

Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyampaikan saat ini sudah banyak desa yang menunjukkan contoh-contoh terbaik pengelolaan wewenang dan sumber daya.

Menurutnya, ada banyak hal positif yang bisa dipelajari dari desa-desa di Indonesia, mulai dari transparansi penggunaan dana desa, isu pemberdayaan masyarakat hingga inovasi layanan.

Kemendes PDTT, lanjut Yudian Wahyudi, memiliki tradisi yang hebat dalam memberikan insentif, penghargaan untuk desa-desa dengan prestasi terbaik.

"Kemendes PDTT juga memiliki pendekatan yang menarik, yang secara holistik mengembangkan desa dari berbagai sudut, seperti tangguh bencana dan mengarusutamakan SDGs ke kebijakan desa," jelasnya.

Baca juga: Mendes PDTT minta mahasiswa bangun Indonesia dari desa

Baca juga: Mendes PDTT dorong PEN level desa


Ia mengatakan desa sering dipandang hanya menjadi penyangga dan penyuplai kebutuhan masyarakat kota, mulai dari tenaga kerja, produk pertanian hingga tempat untuk menyimpan sampah. "Dalam kerangka berpikir ini, kita sering melihat desa sebagai masa lalu, bahwa suatu saat semua beralih ke kota sebagai masa depan," ucapnya.

Secara historis imajinasi politik dan hukum, desa menjadi pusat perlawanan gerilya terhadap kekuatan militer kolonial.

"Imajinasi desa sebagai ruang yang damai dan penuh gotong royong seharusnya tidak dimaknai sebagai romantisasi sejarah saja, melainkan sebagai semangat dan cita-cita bersama sebagai bangsa untuk menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi gotong royong," tutur Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar .