Sumsel alami peningkatan produksi padi di tengah pandemi
14 September 2021 20:23 WIB
Arsip foto - Sejumlah petani memilah gabah hasil panen di kawasan persawahan Desa Durian Kelurahan Veteran Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatra Selatan, Jumat (19/2/2021). ANTARA FOTO/Feny Selly/foc.
Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan produksi padi di tengah pandemi karena sektor ini tetap tumbuh positif karena aktivitasnya relatif tidak terganggu oleh kebijakan pengendalian virus corona.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan R Bambang Pramono di Palembang, Selasa mengatakan, produksi padi di Sumsel pada tahun 2020 mencapai 2.742.431 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau meningkat sebanyak 139.035 ton dari produksi padi pada tahun 2019 yakni 2.603.396 ton GKG.
“Kami terus mendorong petani tetap semangat dalam berproduksi dengan mengucurkan beragam bantuan, mulai alsintan hingga pupuk,” kata Bambang.
Bahkan pada 2021, Provinsi Sumatera Selatan menargetkan dapat memproduksi 3,1 juta ton gabah kering giling (GKG) karena ditopang oleh program peningkatan intensitas penanaman dan produktivitas di sejumlah daerah sentra produksi.
Peluang peningkatan produksi itu sangat terbuka karena terdapat sejumlah daerah sentra produksi yang memiliki areal sawah yang luas tapi intensitas penanamannya masih rendah, yakni hanya satu kali dalam satu tahun.
Lima daerah sentra utama yakni Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Musi Rawas.
Pada 2020, Sumsel berada pada urutan kelima untuk produksi gabah secara nasional yakni 2,6 juta ton GKG, atau masih di bawah Sulawesi Selatan dengan 4,6 juta ton GKG, Jawa Barat 9,0 juta ton GKG, Jawa Tengah 9,6 juta ton GKG dan Jawa Timur 9,9 juta ton GKG.
Ia mengatakan dengan target 3,1 juta ton GKG pada 2021 itu, artinya Sumsel harus menambah sekitar 400 ribu ton GKG karena produksi tahun 2020 itu tepatnya 2.696.103 ton GKG.
Potensi itu ada di Kabupaten Banyuasin (penghasil padi terbanyak di Sumsel) yang memiliki luas tanam 184.000 Ha karena indeks penanamannya masih 1,1, artinya pada musim kedua hanya 10 persen dari total lahannya yang ditanami kembali oleh petani.
Peluang lainnya juga terbuka di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang merupakan produksi beras nomor dua di Sumsel dan nomor 15 secara nasional. Kabupaten ini memiliki keunggulan karena memiliki saluran irigasi dan luas lahan tanam yang cukup luas, dengan rata-rata melakukan dua kali tanam dalam satu tahun.
Selain itu, Sumsel juga tidak mengabaikan potensi dari Kabupaten Ogan Komering Ilir yang saat ini menjadi peringkat 24 untuk produksi beras secara nasional.
Sejauh ini, hanya dua daerah di Sumsel yang sudah bisa tiga kali tanam yakni OKU Timur dan Musi Rawas karena memiliki saluran irigasi. Sementara selebihnya masih menggandalkan alam seperti sawah rawa lebak dan sawah tadah hujan untuk pengairannya.
Sedangkan sawah pasang surut berada di Banyuasin, Muba dan OKI yang juga membutuhkan penanganan khusus untuk pemanfaatannya karena membutuhkan manajemen tata kelola air.
“Namun beragam upaya kami lakukan untuk mengatasi kendaa di lapangan, dan optimistis dapat meningkatkan produktivitas pertanian dari 6 ton GKG per Ha menjadi 8 ton GKG per Ha,” kata dia.
Baca juga: Sumatera Selatan ditargetkan jadi lumbung pangan nasional
Baca juga: Menteri Pertanian ikut panen raya padi di OKU Timur
Baca juga: Sumatera Selatan dorong peningkatan intensitas pertanaman padi
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan R Bambang Pramono di Palembang, Selasa mengatakan, produksi padi di Sumsel pada tahun 2020 mencapai 2.742.431 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau meningkat sebanyak 139.035 ton dari produksi padi pada tahun 2019 yakni 2.603.396 ton GKG.
“Kami terus mendorong petani tetap semangat dalam berproduksi dengan mengucurkan beragam bantuan, mulai alsintan hingga pupuk,” kata Bambang.
Bahkan pada 2021, Provinsi Sumatera Selatan menargetkan dapat memproduksi 3,1 juta ton gabah kering giling (GKG) karena ditopang oleh program peningkatan intensitas penanaman dan produktivitas di sejumlah daerah sentra produksi.
Peluang peningkatan produksi itu sangat terbuka karena terdapat sejumlah daerah sentra produksi yang memiliki areal sawah yang luas tapi intensitas penanamannya masih rendah, yakni hanya satu kali dalam satu tahun.
Lima daerah sentra utama yakni Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Musi Rawas.
Pada 2020, Sumsel berada pada urutan kelima untuk produksi gabah secara nasional yakni 2,6 juta ton GKG, atau masih di bawah Sulawesi Selatan dengan 4,6 juta ton GKG, Jawa Barat 9,0 juta ton GKG, Jawa Tengah 9,6 juta ton GKG dan Jawa Timur 9,9 juta ton GKG.
Ia mengatakan dengan target 3,1 juta ton GKG pada 2021 itu, artinya Sumsel harus menambah sekitar 400 ribu ton GKG karena produksi tahun 2020 itu tepatnya 2.696.103 ton GKG.
Potensi itu ada di Kabupaten Banyuasin (penghasil padi terbanyak di Sumsel) yang memiliki luas tanam 184.000 Ha karena indeks penanamannya masih 1,1, artinya pada musim kedua hanya 10 persen dari total lahannya yang ditanami kembali oleh petani.
Peluang lainnya juga terbuka di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang merupakan produksi beras nomor dua di Sumsel dan nomor 15 secara nasional. Kabupaten ini memiliki keunggulan karena memiliki saluran irigasi dan luas lahan tanam yang cukup luas, dengan rata-rata melakukan dua kali tanam dalam satu tahun.
Selain itu, Sumsel juga tidak mengabaikan potensi dari Kabupaten Ogan Komering Ilir yang saat ini menjadi peringkat 24 untuk produksi beras secara nasional.
Sejauh ini, hanya dua daerah di Sumsel yang sudah bisa tiga kali tanam yakni OKU Timur dan Musi Rawas karena memiliki saluran irigasi. Sementara selebihnya masih menggandalkan alam seperti sawah rawa lebak dan sawah tadah hujan untuk pengairannya.
Sedangkan sawah pasang surut berada di Banyuasin, Muba dan OKI yang juga membutuhkan penanganan khusus untuk pemanfaatannya karena membutuhkan manajemen tata kelola air.
“Namun beragam upaya kami lakukan untuk mengatasi kendaa di lapangan, dan optimistis dapat meningkatkan produktivitas pertanian dari 6 ton GKG per Ha menjadi 8 ton GKG per Ha,” kata dia.
Baca juga: Sumatera Selatan ditargetkan jadi lumbung pangan nasional
Baca juga: Menteri Pertanian ikut panen raya padi di OKU Timur
Baca juga: Sumatera Selatan dorong peningkatan intensitas pertanaman padi
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: