Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan tetap menjaga kestabilan stok beras dalam menghadapi kemungkinan cuaca ekstrem yang terjadi hingga tahun depan dan antisipasi terhadap kenaikan harga pangan dunia.

"Pemerintah akan tetap mengupayakan ketersediaan stok beras sebesar 1,5 juta untuk penyaluran raskin dengan pengadaan dalam negeri dan impor," ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa usai rapat koordinasi di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu.

Hal tersebut merupakan salah satu keputusan rapat, yang juga dihadiri oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Pertanian Suswono, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan Menteri Keuangan Agus Martowardojo.

Menurut Hatta, untuk menjamin ketersediaan stok 1,5 juta ton ini, Bulog telah mendapatkan komitmen untuk impor beras sebanyak 1,2 juta ton.

"Per akhir bulan ini, 600 ribu ton akan masuk. Sisanya Januari dan pertengahan Februari (2011) akan masuk," ujar Hatta.

Dengan ketersediaan beras yang cukup, pemerintah berharap dapat mengantisipasi kenaikan harga pangan dunia yang sangat drastis dibandingkan harga pangan nasional, sehingga mampu menekan inflasi.

"Beras cukup aman, kalau ada lonjakan harga kita harapkan tidak terjadi. Jadi kalau ada kenaikan, kita dapat antisipasi. Beras itu harus cukup dijaga stok, tentu kita tidak ingin terjadi inflasi," ujarnya.

Selain itu, ia menyebutkan, pemerintah akan segera menyalurkan beras untuk rakyat miskin (raskin) ketigabelas dan disalurkan pada akhir tahun.

Dana tambahan untuk penambahan raskin ini sudah mendapat persetujuan Badan Anggaran dan Kementerian Keuangan.

Kemudian, lanjut Hatta, pemerintah akan mengintensifkan operasi pasar melalui Bulog diseluruh daerah yang mengalami kenaikan harga beras diatas lima persen.

Selain itu, kebutuhan operasi pasar disesuaikan dengan konsumsi masyarakat setempat, sehingga diharapkan stabilitas harga akan terjaga.

"Operasi pasar kita intensifkan di seluruh wilayah yang mengalami kenaikan lima persen ke atas dan disesuaikan konsumsi masyarakat," ujar Hatta.

Hatta menambahkan dalam menghadapi situasi pangan yang tidak menentu ini, pemerintah juga menargetkan pembentukan dua instruksi presiden (Inpres).

Inpres pertama adalah instruksi yang berkenaan dengan antisipasi perubahan iklim global menyangkut bagaimana respons menghadapi perubahan iklim mendadak, serangan hama, dan sebagainya.

Kemudian, Inpres kedua adalah terkait fleksibilitas Bulog untuk pengadaan beras dan gabah agar tidak terpaku pada kualitas tertentu.

"Dengan aturan ini, maka akan memungkinkan Bulog melakukan pengadaan di daerah yang kualitas berasnya rendah," ujarnya.

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti menambahkan harga beras internasional memang sedang berfluktuasi akibat cuaca ekstrim, apalagi dalam tiga bulan terakhir, harga beras di pasar internasional naik 11-18 persen.

Sementara harga beras dalam negeri, selisihnya dengan luar negeri cukup tinggi yakni antara 3-8 persen.

"Jadi, fluktuasi di pasar internasional cukup besar, meski sebenarnya tidak terlalu berpengaruh," ujarnya.

Menurut dia, impor dilakukan untuk melindungi petani agar harga tetap bisa terjaga stabil dan untuk menjaga stok agar dalam menghadapi cuaca ekstrim, Indonesia dapat melakukan persiapan.
(ANT/P003)