Produser : Film dokumenter tentang budaya sangat penting
13 September 2021 15:22 WIB
Tangkapan layar dari film dokumenter Semes7a yang diproduseri Mandy Marahimin dan Nicholas Saputra. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)
Jakarta (ANTARA) - Produser Mandy Marahimin mengatakan film dokumenter yang mengangkat tentang kebudayaan sangat penting untuk mendokumentasikan budaya yang ada di masyarakat.
“Peran utama sebuah film dokumenter adalah untuk menjadi dokumentasi. Itulah sebabnya ada kutipan yang menyebutkan bahwa sebuah negara tanpa film dokumenter bagaikan sebuah keluarga tanpa album potret keluarga,” kata Mandy di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan peran dokumenter menjadi sangat penting. Begitu juga dengan film dokumenter kebudayaan yang memiliki "misi" untuk mendokumentasikan kebudayaan-kebudayaan yang ada dan mencatat (sekaligus menjadi bukti visual) bahwa kebudayaan itu ada.
Baca juga: "Pulau Plastik" diharapkan jadi pembuka film dokumenter di bioskop
“Setiap film, bagi saya, membahas kebudayaan karena dalam setiap film terkandung cerita, karakter, dan setting tempatnya. Tapi, kalau yang dimaksud adalah dokumenter tentang satu kebudayaan, ini sangat tergantung bagaimana pembuatannya. Jika dibuat secara konvensional, tentu akan membosankan. Jika diolah secara kreatif, bisa menjadi tontonan yang menyenangkan,” ucapnya.
Aktor Nicholas Saputra menambahkan film dokumenter memang bukan sebuah produk yang bisa meraih keuntungan sebesar-besarnya.
“Seringkali, semua uang yang didapatkan dari film, habis digunakan untuk membuat filmnya. Setelah film selesai, potensi distribusi pun bukan potensi yang menghasilkan keuntungan secara luar biasa,” kata Nicholas.
Namun, lanjut Nicholas, tidak bisa dibilang dokumenter tidak menarik untuk dieksplorasi. Saat ini, merupakan masa yang banyak disebut sebagai masa emas film dokumenter yang disebabkan naiknya platform streaming di seluruh dunia.
“Semua streaming platform membutuhkan konten, dan mereka butuh konten sebanyak mungkin jenis yang berbeda. Dokumenter adalah salah satunya,” katanya.
Nicholas menjelaskan dokumenter bukan ladang penghasil uang, karena pemasukan terbesar untuk film tetaplah distribusi bioskop. Sementara, banyak masyarakat yang ragu menonton film dokumenter di bioskop karena merasa dokumenter itu membosankan.
Baca juga: Angkat isu global, film dokumenter "Pulau Plastik" tayang di bioskop
Baca juga: Dokufes 2021, ajang kenalkan film dokumenter di Sumbar
“Padahal, dokumenter sendiri terdiri dari berbagai jenis, tidak hanya dokumenter penyuluhan yang sering kita lihat di televisi. Dalam hal ini peran streaming platform semakin besar. Mereka bisa memperkenalkan penonton kepada genre-genre dokumenter yang berbeda-beda,” jelas Nicholas.
Salah satu film dokumenter yang mengangkat budaya adalah Semes7a. Film tersebut diproduseri oleh Mandy Marahimin dan Nicholas Saputra. Semes7a tayang di Netflix setelah tayang di bioskop mulai 30 Januari 2020 sampai awal Maret 2020.
“Peran utama sebuah film dokumenter adalah untuk menjadi dokumentasi. Itulah sebabnya ada kutipan yang menyebutkan bahwa sebuah negara tanpa film dokumenter bagaikan sebuah keluarga tanpa album potret keluarga,” kata Mandy di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan peran dokumenter menjadi sangat penting. Begitu juga dengan film dokumenter kebudayaan yang memiliki "misi" untuk mendokumentasikan kebudayaan-kebudayaan yang ada dan mencatat (sekaligus menjadi bukti visual) bahwa kebudayaan itu ada.
Baca juga: "Pulau Plastik" diharapkan jadi pembuka film dokumenter di bioskop
“Setiap film, bagi saya, membahas kebudayaan karena dalam setiap film terkandung cerita, karakter, dan setting tempatnya. Tapi, kalau yang dimaksud adalah dokumenter tentang satu kebudayaan, ini sangat tergantung bagaimana pembuatannya. Jika dibuat secara konvensional, tentu akan membosankan. Jika diolah secara kreatif, bisa menjadi tontonan yang menyenangkan,” ucapnya.
Aktor Nicholas Saputra menambahkan film dokumenter memang bukan sebuah produk yang bisa meraih keuntungan sebesar-besarnya.
“Seringkali, semua uang yang didapatkan dari film, habis digunakan untuk membuat filmnya. Setelah film selesai, potensi distribusi pun bukan potensi yang menghasilkan keuntungan secara luar biasa,” kata Nicholas.
Namun, lanjut Nicholas, tidak bisa dibilang dokumenter tidak menarik untuk dieksplorasi. Saat ini, merupakan masa yang banyak disebut sebagai masa emas film dokumenter yang disebabkan naiknya platform streaming di seluruh dunia.
“Semua streaming platform membutuhkan konten, dan mereka butuh konten sebanyak mungkin jenis yang berbeda. Dokumenter adalah salah satunya,” katanya.
Nicholas menjelaskan dokumenter bukan ladang penghasil uang, karena pemasukan terbesar untuk film tetaplah distribusi bioskop. Sementara, banyak masyarakat yang ragu menonton film dokumenter di bioskop karena merasa dokumenter itu membosankan.
Baca juga: Angkat isu global, film dokumenter "Pulau Plastik" tayang di bioskop
Baca juga: Dokufes 2021, ajang kenalkan film dokumenter di Sumbar
“Padahal, dokumenter sendiri terdiri dari berbagai jenis, tidak hanya dokumenter penyuluhan yang sering kita lihat di televisi. Dalam hal ini peran streaming platform semakin besar. Mereka bisa memperkenalkan penonton kepada genre-genre dokumenter yang berbeda-beda,” jelas Nicholas.
Salah satu film dokumenter yang mengangkat budaya adalah Semes7a. Film tersebut diproduseri oleh Mandy Marahimin dan Nicholas Saputra. Semes7a tayang di Netflix setelah tayang di bioskop mulai 30 Januari 2020 sampai awal Maret 2020.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021
Tags: