Kendari (ANTARA) - Puluhan nelayan di Desa Boneatiro dan Bonaetiro Barat, Kecamatan Kapuntori, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan pelestarian atau rehabilitasi terumbu karang yang terdegradasi melalui teknik pencangkokan atau transplantasi karang.

Penyuluh Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Buton Sri Hermawaty di Buton, Senin, mengatakan nelayan yang melakukan tranplantasi karang yakni mereka yang tergabung dalam kelompok pengelolaan akses area perikanan (PAAP) yang merupakan program dari Organisasi Rare Indonesia.

"Tranplantasi karang ini sebagai upaya kita menjaga ekosistem laut agar berkelanjutan. Ini sama saja kita menjaga masa depan untuk anak cucu kita," kata dia.

Tranplantasi karang dilakukan para nelayan yang didampingi pihak Dinas Perikanan dan Organisasi Rare Indonesia yang dilakukan di suatu kawasan yang telah disepakati bersama masyarakat pesisir setempat untuk menjadi kawasan larang ambil (KLA) atau zona larang tangkap.

Kawasan larang tangkap tersebut nantinya akan menjadi tanggung jawab para nelayan yang tergabung dalam kelompok PAAP baik pengurus maupun anggota dalam melakukan pengawasan.

"Untuk pengawasan sudah ada kapal yang disediakan dari pihak Rare, sudah dianggarkan termasuk patok-patok tapal batas zona larang tangkap atau tempat konservasi itu," ujar Sri.


Nelayan Desa Boneatiro dan Boneatiro Barat, Kecamatan Kapuntori, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) saat lakukan transplantasi terumbu karang. (ANTARA/HO-Pribadi nelayan PAAP Desa Boneatiro, Buton) (ANTARA/HO-Nelayan PAAP Boneatiro)




Kepala Desa Boneatiro Barat Ilyas menyambut baik program dari Rare Indonesia yakni mendorong nelayan menciptakan ekosistem bawah laut yang berkelanjutan sehingga tercipta habitat ikan.

"Sebagai pemerintah desa sangat mendukung sekali karena warga disini yang notabene 90 persen semua mata pencahariannya atau kehidupannya bergantung dari hasil perikanan," kata dia.

Mantan mahasiswa perikanan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari ini menilai transplantasi karang memiliki manfaat yang sangat besar terutama terhadap perlindungan habitat ikan yang tentu akan menjadi kawasan perkembang biakan ikan-ikan nantinya.

Selain itu, tambah dia, jika transplantasi karang yang kemudian bersamaan dengan kegiatan budidaya rumput laut ditas permukaan maka ikan-ikan akan banyak sehingga nelayan bisa bisa menghasilkan banyak tangkapan.

Ia mengungkapkan, sebelumnya pihaknya pernah mencoba melakukan budidaya rumput laut dan berjalan empat bulan dimana kala itu ikan-ikan besar masuk sampai di karang-karang daerah itu.

"Kalau ada tranplantasi karang meski belum skala besar yang kemudian didukung bagian permukaan ada kegiatan budidaya rumput laut itu sangat mendukung sekali," kata penyelam angkatan ke-8 Langkoe Diving Club Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo (LDC-FPIK UHO) itu.

La Uma (28) seorang nelayan asal Boneatiro yang mengikuti kegiatan transplantasi karang mengatakan dirinya berpartisipasi pada kegiatan merawat terumbu karang agar ke depannya ikan-ikan di perairan desa setempat bisa berkembangbiak dengan baik.

"Kita ikut, soalnya jangan sampai ikan-ikan punah. Kalau tidak begitu kan jangan sampai ikan-ikannya punah tidak ada tempat perkembangbiakan tidak ada tempat bertelurnya," kata dia.

Pria satu anak ini berharap, dengan adanya transplantasi karang, ke depannya tidak lagi harus pergi memancing ke tempat yang jauh, namun bisa dilakukan di daerah perairan sekitar desa itu.

"Kalau bisa mancing di daerah sini dan tidak pergi di tempat yang jauh, sampai lewat pulau di depan ini (menunjuk pulau yang ada di depan desanya), kan menghemat bahan bakar juga, tangkapan juga sama saja," kata La Uma.