Jakarta (ANTARA) - Direktur P2MKJN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Celestinus Eigya Munthe, Sp.KJ, M.Kes mengajak masyarakat berkolaborasi dalam membangun sistem kesehatan mental yang baik guna mencegah terjadinya bunuh diri di Indonesia.

Dalam rangka memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia yang jatuh pada 10 September, Dr. Celestinus mengatakan bunuh diri menjadi masalah yang cukup besar di dunia. Ditambahkan lagi dengan kondisi pandemi COVID-19 yang membuat orang semakin tertekan sehingga menyebabkan meningkatnya gangguan kesehatan jiwa.
​​​​​​
Baca juga: Pentingnya jaga kesehatan mental anak saat pandemi

"Kita wajib membangun kesehatan mental, kesejahteraan di masyarakat bersama-sama dengan berkolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan sektor swasta serta lembaga swadaya masyarakat ataupun organisasi profesi untuk bersama-sama membangun sistem kesehatan mental yang baik," ujar Dr. Celestinus dalam webinar "Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia" pada Sabtu.

Dr. Celestinus mengatakan bunuh diri selalu dikaitkan dengan masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Bunuh diri juga menjadi penyebab kematian tertinggi kedua pada usia 15-29 tahun.

WHO menyatakan bahwa setiap 40 detik terdapat satu orang yang meninggal bunuh diri atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun.

Baca juga: Membangun relasi dapat menjaga kesehatan mental anak

Menurut data kepolisian di Indonesia, pada tahun 2020 dilaporkan terdapat 671 orang yang melakukan tindakan bunuh diri. Sedangkan BPS tahun 2020 mencatat, terdapat total 5.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri.

"Tentunya angka ini bukan sekadar angka semata tetapi merupakan bagian dari permasalahan kesehatan jiwa kita secara keseluruhan. Dalam SDGs, secara spesifik menyebutkan bahwa indikator kesehatan jiwa adalah adanya upaya menurunkan angka bunuh diri," kata Dr. Celestinus.

Penyebab bunuh diri dipercaya merupakan hasil dari interaksi beberapa faktor seperti biologi, genetik, psikologi maupun masalah sosial dan budaya. Oleh karenanya, Dr. Celestinus menilai perlu adanya suatu program khusua untuk pencegahan bunuh diri.

Baca juga: Orangtua wajib diedukasi soal kesehatan mental pada anak bibir sumbing

"Kita betul-betul perlu memperhatikan masalah ketahanan mental, bagi anak dan remaja maupun dewasa usia muda terutama saat pandemi ini karena ada tekanan yang sangat hebat dan mengakibatkan terjadinya perubahan secara sosial," ujar Dr. Celestinus.

Tahun ini, tema Hari Pencegahan Bunuh Diri adalah "Menciptakan Harapan Melalui Tindakan" (Creating Hope Through Action), sebagai pengingat ada jalan keluar selain bunuh diri.

Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi melalui tindakan kecil atau besar, guna memberikan harapan kepada mereka yang sedang berjuang dengan masalah kesehatan jiwa.

Baca juga: Yang dapat dilakukan orang tua saat anak merasa depresi