Bank Dunia setujui pinjaman 380 juta dolar AS untuk PLTA Cisokan
11 September 2021 16:53 WIB
Country Director Bank Dunia Indonesia Satu Kahkonen dalam acara Indonesia Economic Prospects (IEP) Bank Dunia edisi Juli 2020 di Jakarta, Kamis (16/7/2020). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah.
Jakarta (ANTARA) - Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia, Sabtu menyetujui pinjaman senilai 380 juta dolar AS untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) pumped storage pertama di Indonesia, yakni di hulu Sungai Cisokan yang berlokasi di antara Jakarta dan Bandung dengan kapasitas 1.040 MegaWatt (MW).
"Kami menyambut baik proyek ini karena akan menjadi yang pertama bagi Indonesia. Proyek ini mencerminkan suatu titik balik dalam perjalanan menuju dekarbonisasi di Indonesia," kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.
Ke depannya, Bank Dunia akan terus mendukung Indonesia dalam berbagai upaya untuk mencapai suatu pembangunan yang berketahanan, berkelanjutan, serta inklusif sehingga memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia pada saat ini maupun di masa yang akan datang.
Baca juga: Kementerian PUPR paparkan pemanfaatan pinjaman Bank Dunia untuk ITDP
Pembangunan PLTA ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik pada saat beban puncak, seraya mendukung transisi energi dan pencapaian tujuan penurunan emisi karbon negara ini.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui, di antaranya, pengembangan energi terbarukan, upaya konservasi energi, serta penggunaan teknologi energi bersih," ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif.
Di samping itu, ia mengatakan emisi yang terkurangi dari sektor energi didorong oleh berbagai aksi, seperti misalnya pengadaan tenaga listrik oleh pembangkit energi baru dan terbarukan, serta penerapan efisiensi energi.
Baca juga: Menteri LHK bahas mekanisme perdagangan karbon dengan Bank Dunia
Lebih dari 80 persen tenaga listrik yang dihasilkan untuk jaringan listrik Jawa-Bali, yang menyediakan listrik bagi 70 persen penduduk Indonesia, berasal dari bahan bakar fosil.
Menurut dia, upaya penting untuk mendukung agenda dekarbonisasi Indonesia adalah pembangunan fasilitas penyimpanan energi yang memungkinkan integrasi sumber energi terbarukan ke dalam jaringan tenaga listrik.
"PLTA pumped storage memainkan peranan yang sangat penting pada pendekatan ini," ujar Arifin.
Dengan demikian, Arifin berpendapat fasilitas tersebut berpotensi menambahkan kapasitas pembangkitan listrik yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan pada saat beban puncak, memberikan kapasitas penyimpanan besar untuk memungkinkan diterimanya energi terbarukan dalam jumlah yang lebih besar lagi, serta akan meringankan beban jaringan transmisi.
Sebagai hasilnya, penyediaan listrik yang lebih ramah lingkungan dan dapat diandalkan akan menguntungkan bagi konsumen di Jawa dan Bali.
"Kami menyambut baik proyek ini karena akan menjadi yang pertama bagi Indonesia. Proyek ini mencerminkan suatu titik balik dalam perjalanan menuju dekarbonisasi di Indonesia," kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu.
Ke depannya, Bank Dunia akan terus mendukung Indonesia dalam berbagai upaya untuk mencapai suatu pembangunan yang berketahanan, berkelanjutan, serta inklusif sehingga memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia pada saat ini maupun di masa yang akan datang.
Baca juga: Kementerian PUPR paparkan pemanfaatan pinjaman Bank Dunia untuk ITDP
Pembangunan PLTA ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik pada saat beban puncak, seraya mendukung transisi energi dan pencapaian tujuan penurunan emisi karbon negara ini.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui, di antaranya, pengembangan energi terbarukan, upaya konservasi energi, serta penggunaan teknologi energi bersih," ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif.
Di samping itu, ia mengatakan emisi yang terkurangi dari sektor energi didorong oleh berbagai aksi, seperti misalnya pengadaan tenaga listrik oleh pembangkit energi baru dan terbarukan, serta penerapan efisiensi energi.
Baca juga: Menteri LHK bahas mekanisme perdagangan karbon dengan Bank Dunia
Lebih dari 80 persen tenaga listrik yang dihasilkan untuk jaringan listrik Jawa-Bali, yang menyediakan listrik bagi 70 persen penduduk Indonesia, berasal dari bahan bakar fosil.
Menurut dia, upaya penting untuk mendukung agenda dekarbonisasi Indonesia adalah pembangunan fasilitas penyimpanan energi yang memungkinkan integrasi sumber energi terbarukan ke dalam jaringan tenaga listrik.
"PLTA pumped storage memainkan peranan yang sangat penting pada pendekatan ini," ujar Arifin.
Dengan demikian, Arifin berpendapat fasilitas tersebut berpotensi menambahkan kapasitas pembangkitan listrik yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan pada saat beban puncak, memberikan kapasitas penyimpanan besar untuk memungkinkan diterimanya energi terbarukan dalam jumlah yang lebih besar lagi, serta akan meringankan beban jaringan transmisi.
Sebagai hasilnya, penyediaan listrik yang lebih ramah lingkungan dan dapat diandalkan akan menguntungkan bagi konsumen di Jawa dan Bali.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: