BI prediksi inflasi September 0,01 persen, disumbang daging ayam-rokok
10 September 2021 19:57 WIB
Ilustrasi - Salah satu pedagang daging ayam di Pasar Legi Solo, Jawa Tengah. Harga daging ayam merupakan salah satu penyumbang inflasi bulan Agustus di kota tersebut. ANTARA/Aris Wasita.
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan akan terjadi inflasi 0,01 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada perkembangan harga konsumen di September 2021 yang disebabkan pergerakan harga daging ayam ras, minyak goreng, sawi hijau, angkutan udara, hingga rokok kretek filter.
Perkiraan tersebut mengacu pada Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan kedua September 2021.
“Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi September 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85 persen (year to date), dan secara tahunan sebesar 1,65 persen (year on year),” kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
BI mencatat penyumbang utama inflasi September 2021 hingga pekan kedua yaitu komoditas daging ayam ras sebesar 0,03 persen (mtm), minyak goreng sebesar 0,02 persen (mtm), sawi hijau, bayam, tomat, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, beberapa komoditas juga mengalami deflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,06 persen (mtm), bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), cabai merah sebesar 0,02 persen (mtm) dan bawang putih sebesar 0,01 persen (mtm).
Erwin mengatakan BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mengawasi secara cermat dinamika penyebaran COVID-19, dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," kata Erwin.
Baca juga: Menko Airlangga minta TPID dorong sektor ekonomi produktif
Baca juga: Menko Airlangga: Inflasi terkendali diiringi naiknya demand manufaktur
Baca juga: BPS: Pada Agustus 2021 terjadi inflasi 0,03 persen
Perkiraan tersebut mengacu pada Survei Pemantauan Harga (SPH) hingga pekan kedua September 2021.
“Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi September 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85 persen (year to date), dan secara tahunan sebesar 1,65 persen (year on year),” kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
BI mencatat penyumbang utama inflasi September 2021 hingga pekan kedua yaitu komoditas daging ayam ras sebesar 0,03 persen (mtm), minyak goreng sebesar 0,02 persen (mtm), sawi hijau, bayam, tomat, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).
Sementara itu, beberapa komoditas juga mengalami deflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,06 persen (mtm), bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), cabai merah sebesar 0,02 persen (mtm) dan bawang putih sebesar 0,01 persen (mtm).
Erwin mengatakan BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mengawasi secara cermat dinamika penyebaran COVID-19, dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.
"Serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," kata Erwin.
Baca juga: Menko Airlangga minta TPID dorong sektor ekonomi produktif
Baca juga: Menko Airlangga: Inflasi terkendali diiringi naiknya demand manufaktur
Baca juga: BPS: Pada Agustus 2021 terjadi inflasi 0,03 persen
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: