Jakarta (ANTARA) - Pengamat isu-isu strategis nasional Imron Cotan mengatakan bahwa pemberontakan yang bersifat ekstrem dari golongan apa pun tidak akan sukses di Indonesia.

“Sejarah kita sudah membuktikan, pemberontakan ekstrem berbasis kiri dan kanan tidak pernah sukses di Indonesia,” kata Imron dalam seminar bertajuk “Dampak Berkuasanya Kembali Taliban Bagi Keamanan Indonesia” yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube Unity in Diversity, Jumat.

Pernyataan tersebut dia dingkapkan ketika merespon kekhawatiran akan bangkitnya gerakan-gerakan ekstrem yang dipicu oleh kemenangan Taliban di Afghanistan.

Imron mengatakan terdapat pandangan segelintir kelompok yang menilai bahwa kemenangan Taliban seolah menunjukkan kebangkitan kekuatan Islam di dunia. Kebangkitan tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan gejolak di Indonesia yang mengancam keamanan nasional.

Baca juga: Hamidin: Waspada potensi radikalisme setelah berkuasanya Taliban

Menepis kekhawatiran tersebut, mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Tiongkok ini menekankan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang moderat. Indonesia akan selalu mengambil jalan tengah dan menghindari perilaku-perilaku ekstrem.

“Kita selalu ada di tengah dan selalu disinggahi oleh orang-orang ketika mereka ingin menjangkau wilayah lain. Kita biasa menerima perubahan yang datang dari semua penjuru,” tutur Imron.

Ia juga menegaskan, apabila ada yang ingin meniru tindakan Taliban di Indonesia, maka hal tersebut tidak akan berhasil.

“Tinggalkan euforia kemenangan Taliban. Apapun yang bersifat ekstrem tidak akan menang di Indonesia,” ucapnya.

Baca juga: Peneliti minta aparat cegah kelompok radikal termotivasi Taliban

Selain itu, ia juga mengatakan berkuasanya Taliban di Afghanistan tidak akan mendatangkan ancaman bagi Indonesia dari luar negeri. Bagi Imron, saat ini Taliban sedang disibukkan oleh isu-isu domestik, terutama untuk mewujudkan janji Taliban yang ingin membentuk pemerintahan inklusif.

Imron berpandangan janji tersebut menunjukkan bahwa Taliban yang saat ini menguasai Afghanistan berbeda dengan Taliban pada 20 tahun yang lalu.

“Ini adalah tantangan bagi Taliban yang baru,” kata Imron.

Baca juga: Polri selidiki kemungkinan simpatisan Taliban di Indonesia