KSP minta kampus lahirkan talenta berinovasi untuk naikkan daya saing
9 September 2021 16:40 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat memberikan pembekalan pada Mahasiswa Baru Universitas Efarina 2021, dipantau dari Jakarta, Kamis (9/9). (ANTARA/HO-Kantor Staf Presiden)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan perguruan tinggi harus mampu menyiapkan talenta-talenta terbaik yang penuh inovasi agar bisa berkontribusi terhadap pembangunan nasional, dan meningkatkan daya saing bangsa di kancah global.
“Jika kampus gagal melakukan inovasi maka mahasiswa yang dihasilkannya hanya akan mengandalkan ijazah, tanpa memiliki kualifikasi individual yang bersaing, atau mampu mengungguli kampus-kampus lainnya,” kata Moeldoko dalam keterangan tertulis KSP diterima di Jakarta, Kamis, terkait pembekalan kepada para mahasiswa baru Universitas Efarina 2021.
Moeldoko mengatakan jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air lebih dari 4.000 perguruan tinggi. Dengan jumlah sebanyak itu, perguruan tinggi diharapkan mampu melahirkan talenta-talenta yang melahirkan inovasi di berbagai bidang kehidupan.
Baca juga: KSP: Pemerintah hadir untuk penyandang disabilitas di masa pandemi
“Pemerintah ingin supaya bakat yang dimiliki putera-puteri terbaik Indonesia bisa dikembangkan dengan baik dengan adanya Program Manajemen Talenta Nasional,” kata Moeldoko.
Saat ini, ujar dia, Indonesia berada di peringkat 85 dari 131 negara pada tingkat penciptaan inovasi dunia. Posisi Indonesia masih di bawah Brunei Darusallam, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Jika ketertinggalan tersebut tidak bisa dikejar, maka akan berpengaruh pada daya saing (competitiveness) Indonesia di kancah global.
“Berdasarkan Indeks Daya Saing Global, peringkat Indonesia sempat membaik. Namun kembali turun karena kita gagal berinovasi. Ini menjadi ancaman bagi iklim Investasi Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: KSP berkolaborasi sediakan antigen untuk puskesmas di pelosok
Kepada Civitas Akedemika dan Mahasiswa Baru Universitas Efarina, Sumatera Utara, Moeldoko juga mengimbau untuk mewaspadai ancaman penyebaran paham radikal.
“Data Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tahun 2019, sebanyak 23,4 persen mahasiswa Indonesia terpapar radikalisme. Ini harus diwaspadai,” kata Moeldoko yang juga mantan Panglima TNI.
Di akhir pengarahannya, Moeldoko menekankan pentingnya peran seluruh elemen bangsa, khususnya elemen perguruan tinggi untuk memiliki kesadaran bela negara dalam bentuk apapun.
“Seperti yang pernah disampaikan Presiden, di jaman sekarang tidak cukup membela negara dengan orasi dan unjuk rasa, tapi diwujudkan dalam kerja nyata,” ujarnya.
Baca juga: KSP soroti masalah pelaksanaan vaksinasi di pulau-pulau kecil Maluku
“Jika kampus gagal melakukan inovasi maka mahasiswa yang dihasilkannya hanya akan mengandalkan ijazah, tanpa memiliki kualifikasi individual yang bersaing, atau mampu mengungguli kampus-kampus lainnya,” kata Moeldoko dalam keterangan tertulis KSP diterima di Jakarta, Kamis, terkait pembekalan kepada para mahasiswa baru Universitas Efarina 2021.
Moeldoko mengatakan jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air lebih dari 4.000 perguruan tinggi. Dengan jumlah sebanyak itu, perguruan tinggi diharapkan mampu melahirkan talenta-talenta yang melahirkan inovasi di berbagai bidang kehidupan.
Baca juga: KSP: Pemerintah hadir untuk penyandang disabilitas di masa pandemi
“Pemerintah ingin supaya bakat yang dimiliki putera-puteri terbaik Indonesia bisa dikembangkan dengan baik dengan adanya Program Manajemen Talenta Nasional,” kata Moeldoko.
Saat ini, ujar dia, Indonesia berada di peringkat 85 dari 131 negara pada tingkat penciptaan inovasi dunia. Posisi Indonesia masih di bawah Brunei Darusallam, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Jika ketertinggalan tersebut tidak bisa dikejar, maka akan berpengaruh pada daya saing (competitiveness) Indonesia di kancah global.
“Berdasarkan Indeks Daya Saing Global, peringkat Indonesia sempat membaik. Namun kembali turun karena kita gagal berinovasi. Ini menjadi ancaman bagi iklim Investasi Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: KSP berkolaborasi sediakan antigen untuk puskesmas di pelosok
Kepada Civitas Akedemika dan Mahasiswa Baru Universitas Efarina, Sumatera Utara, Moeldoko juga mengimbau untuk mewaspadai ancaman penyebaran paham radikal.
“Data Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tahun 2019, sebanyak 23,4 persen mahasiswa Indonesia terpapar radikalisme. Ini harus diwaspadai,” kata Moeldoko yang juga mantan Panglima TNI.
Di akhir pengarahannya, Moeldoko menekankan pentingnya peran seluruh elemen bangsa, khususnya elemen perguruan tinggi untuk memiliki kesadaran bela negara dalam bentuk apapun.
“Seperti yang pernah disampaikan Presiden, di jaman sekarang tidak cukup membela negara dengan orasi dan unjuk rasa, tapi diwujudkan dalam kerja nyata,” ujarnya.
Baca juga: KSP soroti masalah pelaksanaan vaksinasi di pulau-pulau kecil Maluku
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: