Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa menilai bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum memanfaatkan pasar modal secara optimal untuk melakukan ekspansi bisnis.

"Dibandingkan dengan ukuran ekonomi kita, kapitalisasi pasar kita masih jauh lebih kecil dibanding negara tetangga," kata Purbaya di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan bahwa rasio kapitalisasi pasar terhadap PDB Indonesia pada tahun 2009 misalnya, hanya mencapai kisaran 35,97 persen. Padahal negara tetangga seperti Malaysia memiliki rasio 147,05 persen. Negara lainnya Filipina sebesar 78,56 persen, Singapura 252,91 persen, dan Thailand 64,89 persen.

"Relatif kecilnya rasio ini bagi Indonesia menggambarkan bahwa secara relatif, peranan pasar modal di Indonesia dalam perekonomian lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara tetangga," katanya.

Menurut dia, dengan adanya sentimen positif terhadap pasar modal di Indonesia, dan dengan adanya aliran modal masuk yang besar dari luar, maka saat ini adalah saat yang paling tepat bagi perusahaan di dalam negeri untuk memanfaatkan dana yang dapat diperoleh di pasar modal.

"Indonesia harus memanfaatkan momentum positif ini, bukan khawatir berlebihan akan kemungkinan terjadinya `sudden capital reversal`," katanya.

Ia menyebutkan bahwa transaksi harian di pasar saham Indonesia mengalami kenaikan luar biasa. Pada tahun 2005, misalnya baru mencapai sekitar Rp1,67 triliun, namun pada 2010 sudah mencapai sekitar Rp4,5 triliun.

"Ini menggambarkan pasar kita yang semakin likuid. Kenaikan likuiditas pasar tentunya juga merupakan daya tarik sendiri bagi investor," katanya.

Kenaikan harga saham yang signifikan di bursa Indonesia, lanjut dia, juga telah meningkatkan kapitalisasi market secara signifikan. pada tahun 2009, kapitalisasi market mencapai Rp2.000 triliun, sementara hingga Oktober 2010 telah meningkat menjadi di kisaran Rp3.000 triliun.

Purbaya menyebutkan bahwa saat ini perekonomian Indonesia berada dalam fase ekspansi yang dapat berlangsung hingga tahun 2016. Hal ini berarti masih terbuka peluang untuk penguatan IHSG hingga ke level yang lebih tinggi dari sekarang.

Menurut dia, perusahaan dapat memanfaatkan dana yang ada di pasar modal dengan berbagai cara antara lain dengan menjual sebagian sahamnya kepada publik melalui penawaran umum (IPO) atau penerbitan saham baru (right issue). Mereka juga dapat memanfaatkan pasar modal dengan menerbitkan surat utang.

"Semakin banyak perusahaan memanfaatkan pasar modal, maka akan semakin kompetitif sistem finansial kita," katanya.

Lebih lanjut, kompetisi pasar modal akan memberikan tekanan tambahan kepada sistem perbankan untuk menurunkan bunga pinjamannya ke level yang lebih baik bagi perekonomian.

"Pasar modal kita bisa membuat sistem finansial kita lebih kompetitif, dengan suku bunga pinjaman yang cenderung lebih rendah sehingga ekonomi kita dapat tumbuh lebih cepat lagi," katanya.

Menanggapi adanya anggapan bahwa kenaikan IHSG menunjukkan adanya "bubble" (gelembung) dalam perekonomian Indonesia, Purbaya mengatakan, kenaikan IHSG didukung oleh fundamental perekonomian.

"Apa yang terjadi di pasar modal kita sekarang ini bukan bubble, akan terus ekspansi sampai 2016. Naik atau turun adalah hal biasa di pasar modal," katanya.(*)

(T.A039/B012/R009)