Muara Sungai Kurau di Babel dinormalisasi dengan pengerukan
8 September 2021 15:57 WIB
Gubernur Babel Erzaldi Rosman Djohan (kiri) saat meninjau muara Sungai Kurau, Kabupaten Bangka, Rabu (6/9/2021). Sunga Kura akan dikeruk dan dinormalisasikan pada 2022, Rabu (8/9) (FOTO ANTARA/ahmadi)
Koba, Babel (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan melakukan pengerukan dan normalisasi kawasan muara Sungai Kurau di Kabupaten Bangka Tengah, untuk memudahkan kapal nelayan sandar.
"Muara Sungai Kurau ini sudah terjadi pendangkalan, perlu dikeruk dan dinormalisasi sehingga nelayan pergi dan pulang melaut tidak tergantung lagi dengan pasang surut air laut," kata Gubernur Babel, Erzaldi Rosman Djohan saat meninjau alur muara Sungai Kurau, Kabupaten Bangka, Rabu.
Gubernur meninjau muara Sungai Kurau yang selama ini menjadi tempat tambatan perahu nelayan itu, bersama pihak Balai Sumber Daya Air (Balai SDA) dan BPN dan mengecek beberapa titik yang akan dilakukan penataan ulang.
"Saya datang bersama Balai SDA, BPN dan juga didampingi Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman meninjau lokasi. Pada 2022 rencananya sudah mulai kita lakukan pengerukan dan normalisasi Sungai Kurau," kata Erzaldi.
Ia juga mengatakan, ada beberapa item yang akan dibangun untuk pengerukan dan normalisasi muara Sungai Kurau, termasuk juga pengendalian banjir.
"Di antaranya pembangunan tanggul untuk menahan gelombang dan mengantisipasi terjadinya pendangkalan muara sungai," ujarnya.
Selain itu, kata dia, juga akan dibangun "check dam" pada beberapa titik di Sungai Kurau dan juga pembangunan Jetty untuk mengurangi pendangkalan dan sedimen pantai.
"Ini peninjauan yang ketiga, sebelumya sudah dilakukan dan pada 2022 kawasan Kurau Barat dan Timur sudah kita tata, terutama penataan muara sungai sebagai tempat sandar kapal nelayan," kata Erzaldi Rosman Djohan.
Sementara itu Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman mengatakan pembangunan dan pengerukan alur muara Sungai Kurau sudah mendesak karena menjadi kendala besar bagi nelayan untuk bongkar hasil tangkapan mereka.
"Desa Kurau Barat dan Timur ini merupakan kawasan pesisir yang mayoritas masyarakat desa ini adalah nelayan, maka fasilitas pendukung terkait dengan kegiatan mereka dalam melaut sangat penting, terutama terkait dengan tempat sandar perahu yang representatif," katanya.
Baca juga: Warga Bangka diajak lestarikan biota Sungai Upang
Baca juga: DPR minta Gubernur Babel bantu warganya terkait pencemaran lingkungan
Baca juga: KRG Babel kampanyekan gerakan pelestarian lahan basah
Baca juga: Menteri LHK apresiasi Babel tanami mangrove di bekas tambang
"Muara Sungai Kurau ini sudah terjadi pendangkalan, perlu dikeruk dan dinormalisasi sehingga nelayan pergi dan pulang melaut tidak tergantung lagi dengan pasang surut air laut," kata Gubernur Babel, Erzaldi Rosman Djohan saat meninjau alur muara Sungai Kurau, Kabupaten Bangka, Rabu.
Gubernur meninjau muara Sungai Kurau yang selama ini menjadi tempat tambatan perahu nelayan itu, bersama pihak Balai Sumber Daya Air (Balai SDA) dan BPN dan mengecek beberapa titik yang akan dilakukan penataan ulang.
"Saya datang bersama Balai SDA, BPN dan juga didampingi Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman meninjau lokasi. Pada 2022 rencananya sudah mulai kita lakukan pengerukan dan normalisasi Sungai Kurau," kata Erzaldi.
Ia juga mengatakan, ada beberapa item yang akan dibangun untuk pengerukan dan normalisasi muara Sungai Kurau, termasuk juga pengendalian banjir.
"Di antaranya pembangunan tanggul untuk menahan gelombang dan mengantisipasi terjadinya pendangkalan muara sungai," ujarnya.
Selain itu, kata dia, juga akan dibangun "check dam" pada beberapa titik di Sungai Kurau dan juga pembangunan Jetty untuk mengurangi pendangkalan dan sedimen pantai.
"Ini peninjauan yang ketiga, sebelumya sudah dilakukan dan pada 2022 kawasan Kurau Barat dan Timur sudah kita tata, terutama penataan muara sungai sebagai tempat sandar kapal nelayan," kata Erzaldi Rosman Djohan.
Sementara itu Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman mengatakan pembangunan dan pengerukan alur muara Sungai Kurau sudah mendesak karena menjadi kendala besar bagi nelayan untuk bongkar hasil tangkapan mereka.
"Desa Kurau Barat dan Timur ini merupakan kawasan pesisir yang mayoritas masyarakat desa ini adalah nelayan, maka fasilitas pendukung terkait dengan kegiatan mereka dalam melaut sangat penting, terutama terkait dengan tempat sandar perahu yang representatif," katanya.
Baca juga: Warga Bangka diajak lestarikan biota Sungai Upang
Baca juga: DPR minta Gubernur Babel bantu warganya terkait pencemaran lingkungan
Baca juga: KRG Babel kampanyekan gerakan pelestarian lahan basah
Baca juga: Menteri LHK apresiasi Babel tanami mangrove di bekas tambang
Pewarta: Ahmadi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: