BI: Kerja sama mata uang lokal capai 1,2 miliar dolar AS per Juli 2021
8 September 2021 15:42 WIB
Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI) Rahmatullah Sjamsudin dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Rabu (8/9/2021). ANTARA/Agatha Olivia
Jakarta (ANTARA) - Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI) Rahmatullah Sjamsudin mengatakan nilai kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) telah mencapai 1,2 miliar dolar AS sejak Januari-Juli 2021.
"Itu nilai transaksi LCS dengan Thailand, Malaysia, dan Jepang, dengan rata-rata per bulannya 177 juta dolar AS," ungkap Rahmatullah dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Rabu.
Untuk yen Jepang saja, ia menyebutkan transaksi LCS sudah cukup signifikan tahun ini, yakni sudah mencapai 190 juta dolar AS selama Januari-Juli 2021.
Adapun transaksi LCS Indonesia saat ini sudah dilakukan dengan empat negara, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, serta dengan China yang baru dilakukan pada Agustus 2021.
Menurut Rahmatullah, transaksi pertama LCS dilakukan pada 2018 dengan Thailand dan Malaysia dengan nilai rata-rata per bulan 31,7 juta dolar AS, sehingga totalnya 350 juta dolar AS untuk keseluruhan tahun.
Kemudian pada 2019, transaksi LCS juga masih hanya dilakukan dengan Thailand dan Malaysia dengan total 760 juta dolar AS atau rata-rata 63,3 juta dolar AS per bulan.
Ia melanjutkan, pada 2020 transaksi LCS kian meningkat dan sudah dilakukan bersama tiga negara yakni Thailand, Malaysia, dan Jepang dengan rata-rata 72,2 juta per bulan atau totalnya 800 juta dolar AS.
"Jadi transaksinya ada yang menggunakan rupiah, ringgit, baht, dan yen. Tetapi supaya gampang penghitungan totalnya diekuivalenkan dengan dolar AS," kata Rahmatullah.
Rahmatullah berpendapat peningkatan transaksi LCS merupakan tren yang baik karena memberikan banyak keuntungan, kemudahan, dan keefisienan bagi kedua belah negara dalam perdagangan hingga investasi.
"Itu nilai transaksi LCS dengan Thailand, Malaysia, dan Jepang, dengan rata-rata per bulannya 177 juta dolar AS," ungkap Rahmatullah dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Rabu.
Untuk yen Jepang saja, ia menyebutkan transaksi LCS sudah cukup signifikan tahun ini, yakni sudah mencapai 190 juta dolar AS selama Januari-Juli 2021.
Adapun transaksi LCS Indonesia saat ini sudah dilakukan dengan empat negara, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, serta dengan China yang baru dilakukan pada Agustus 2021.
Menurut Rahmatullah, transaksi pertama LCS dilakukan pada 2018 dengan Thailand dan Malaysia dengan nilai rata-rata per bulan 31,7 juta dolar AS, sehingga totalnya 350 juta dolar AS untuk keseluruhan tahun.
Kemudian pada 2019, transaksi LCS juga masih hanya dilakukan dengan Thailand dan Malaysia dengan total 760 juta dolar AS atau rata-rata 63,3 juta dolar AS per bulan.
Ia melanjutkan, pada 2020 transaksi LCS kian meningkat dan sudah dilakukan bersama tiga negara yakni Thailand, Malaysia, dan Jepang dengan rata-rata 72,2 juta per bulan atau totalnya 800 juta dolar AS.
"Jadi transaksinya ada yang menggunakan rupiah, ringgit, baht, dan yen. Tetapi supaya gampang penghitungan totalnya diekuivalenkan dengan dolar AS," kata Rahmatullah.
Rahmatullah berpendapat peningkatan transaksi LCS merupakan tren yang baik karena memberikan banyak keuntungan, kemudahan, dan keefisienan bagi kedua belah negara dalam perdagangan hingga investasi.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: