Haornas
Jelang Haornas, petinju pro minta perhatian lebih dari pemerintah
7 September 2021 22:04 WIB
Arsip foto - Petinju Indonesia Tibo Monabesa (tengah) diarak keliling ring tinju usai melaksanakan pertandingan memperebutkan gelar juara dunia International Boxing Organization (IBO) kelas terbang melawan petinju Australia Omari Kimweri di GOR Oepoi Kota Kupang ,NTT Minggu (7/7/2019) malam. Tibo berhasil mengalahkan Omari dengan menang angka dalam laga yang berlangsung selama 12 ronde dan ditetapkan sebagai juara dunia versi International Boxing Organization (IBO) kelas terbang. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.
Jakarta (ANTARA) - Tibo Monabesa dan Ongen Saknosiwi berharap peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-38 pada 9 September, menjadi momentum pemerintah untuk lebih memperhatikan olahraga tinju profesional Indonesia.
Tibo dan Ongen sama-sama menilai perhatian pemerintah terhadap olahraga tinju profesional masih minim. Keduanya memang berstatus pro, tetapi mereka juga sama-sama berjuang mengharumkan nama bangsa dan negara.
Untuk itu, Tibo berharap petinju profesional juga mendapat perlakukan yang sama dengan yang lainnya ketika berhasil meraih prestasi untuk Indonesia.
"Meskipun atlet profesional, kami pun berjuang mengibarkan bendera Merah Putih. Tinju profesional bisa membuat Indonesia dikenal dunia," kata Tibo Monabesa kepada ANTARA, Selasa.
"Filipina dan Meksiko adalah contoh negara yang dikenal luas karena tinju profesional. Saya yakin, Indonesia pun bisa dengan adanya dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah," Tibo Monabesa menambahkan.
Hal senada juga diungkapkan Ongen Saknosiwi. Dia pun bercerita ketika sukses menyandang gelar juara dunia IBA kelas bulu (57,1kg) usai mengalahkan Marco Demecillo asal Filipina di Jatim Park 3, Batu, 17 November 2019.
"Ketika saya meraih gelar juara dunia IBA tidak ada yang memberikan apresiasi seperti ucapan selamat dari Provinsi Maluku atau Kabupaten Buru yang menjadi tempat kelahiran saya. Seperti tidak terjadi apa-apa," ujar Ongen.
Padahal ketika itu Ongen berhasil menorehkan prestasi dan membuat lagu Indonesia berkumandang. "Meski kami profesional, ketika di atas ring yang kami bawa adalah nama bangsa dan negara," Ongen menambahkan.
Tibo Monabesa pun pernah mengalami hal serupa. Kala itu itu, petinju asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut pernah pulang dengan mobil bak terbuka setelah menyabet gelar juara dunia IBO kelas terbang junior (48,9kg) dengan mengalahkan petinju Australia Omari Kimweri di Flobamora Sports Hall, Kupang, pada 7 Juli 2019.
Baca juga: Harapan Ongen Saknosiwi pada HUT Kemerdekaan RI ke-76
Keduanya pun berharap pada peringatan Haornas ke-38, pemerintah dapat lebih memperhatikan petinju profesional.
"Jangan pilih kasih. Saya juga berharap setelah ini, pemerintah juga membuka lebar izin untuk menggelar pertandingan. Tentunya, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat," ujar Tibo.
"Untuk mendapat semua ini (gelar juara dunia) tidak mudah. Prosesnya panjang. Tanding ke luar kita bukan membawa nama promotor atau lainnya, tetapi nama bangsa Indonesia. Semoga ke depan atlet profesional bisa lebih mendapat perhatian, termasuk dari pemerintah daerah," kata Ongen.
Tibo adalah petinju profesional Indonesia yang memiliki rekor 21 (8KO) kemenangan, satu kali kalah dan dua hasil imbang. Saat ini, potensi petinju 31 tahun itu untuk menantang pemegang gelar juara dunia WBC terbuka lebar.
Sebab, dia berada di posisi ketiga dunia. Hasil ini tak lepas dari kemenangan angka Tibo Monabesa atas Toto Landero asal Filipina di Balai Sarbini Convention Hall, Jakarta, 14 April 2021.
Dalam daftar peringkat WBC kelas terbang junior, petinju asal Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur itu berada di bawah dua nama lainnya yakni Masamichi Yabuki (Jepang) dan Hekkie Bulder (Afrika Selatan) yang masing-masing menempati peringkat pertama dan kedua dunia.
Sementara Ongen Saknosiwi adalah pemegang gelar juara dunia IBA kelas bulu tak terkalahkan dalam delapan pertandingan. Bahkan tujuh di antaranya diraih dengan hasil knockout (KO).
Baca juga: Tibo Monabesa berada dalam jalur penantang gelar juara dunia WBC
Baca juga: Persiapan tinju DKI sudah dalam suasana kompetisi jelang PON Papua
Baca juga: 10 petinju Papua Barat siap rebut medali di PON Papua
Tibo dan Ongen sama-sama menilai perhatian pemerintah terhadap olahraga tinju profesional masih minim. Keduanya memang berstatus pro, tetapi mereka juga sama-sama berjuang mengharumkan nama bangsa dan negara.
Untuk itu, Tibo berharap petinju profesional juga mendapat perlakukan yang sama dengan yang lainnya ketika berhasil meraih prestasi untuk Indonesia.
"Meskipun atlet profesional, kami pun berjuang mengibarkan bendera Merah Putih. Tinju profesional bisa membuat Indonesia dikenal dunia," kata Tibo Monabesa kepada ANTARA, Selasa.
"Filipina dan Meksiko adalah contoh negara yang dikenal luas karena tinju profesional. Saya yakin, Indonesia pun bisa dengan adanya dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah," Tibo Monabesa menambahkan.
Hal senada juga diungkapkan Ongen Saknosiwi. Dia pun bercerita ketika sukses menyandang gelar juara dunia IBA kelas bulu (57,1kg) usai mengalahkan Marco Demecillo asal Filipina di Jatim Park 3, Batu, 17 November 2019.
"Ketika saya meraih gelar juara dunia IBA tidak ada yang memberikan apresiasi seperti ucapan selamat dari Provinsi Maluku atau Kabupaten Buru yang menjadi tempat kelahiran saya. Seperti tidak terjadi apa-apa," ujar Ongen.
Padahal ketika itu Ongen berhasil menorehkan prestasi dan membuat lagu Indonesia berkumandang. "Meski kami profesional, ketika di atas ring yang kami bawa adalah nama bangsa dan negara," Ongen menambahkan.
Tibo Monabesa pun pernah mengalami hal serupa. Kala itu itu, petinju asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut pernah pulang dengan mobil bak terbuka setelah menyabet gelar juara dunia IBO kelas terbang junior (48,9kg) dengan mengalahkan petinju Australia Omari Kimweri di Flobamora Sports Hall, Kupang, pada 7 Juli 2019.
Baca juga: Harapan Ongen Saknosiwi pada HUT Kemerdekaan RI ke-76
Keduanya pun berharap pada peringatan Haornas ke-38, pemerintah dapat lebih memperhatikan petinju profesional.
"Jangan pilih kasih. Saya juga berharap setelah ini, pemerintah juga membuka lebar izin untuk menggelar pertandingan. Tentunya, dengan menerapkan protokol kesehatan ketat," ujar Tibo.
"Untuk mendapat semua ini (gelar juara dunia) tidak mudah. Prosesnya panjang. Tanding ke luar kita bukan membawa nama promotor atau lainnya, tetapi nama bangsa Indonesia. Semoga ke depan atlet profesional bisa lebih mendapat perhatian, termasuk dari pemerintah daerah," kata Ongen.
Tibo adalah petinju profesional Indonesia yang memiliki rekor 21 (8KO) kemenangan, satu kali kalah dan dua hasil imbang. Saat ini, potensi petinju 31 tahun itu untuk menantang pemegang gelar juara dunia WBC terbuka lebar.
Sebab, dia berada di posisi ketiga dunia. Hasil ini tak lepas dari kemenangan angka Tibo Monabesa atas Toto Landero asal Filipina di Balai Sarbini Convention Hall, Jakarta, 14 April 2021.
Dalam daftar peringkat WBC kelas terbang junior, petinju asal Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur itu berada di bawah dua nama lainnya yakni Masamichi Yabuki (Jepang) dan Hekkie Bulder (Afrika Selatan) yang masing-masing menempati peringkat pertama dan kedua dunia.
Sementara Ongen Saknosiwi adalah pemegang gelar juara dunia IBA kelas bulu tak terkalahkan dalam delapan pertandingan. Bahkan tujuh di antaranya diraih dengan hasil knockout (KO).
Baca juga: Tibo Monabesa berada dalam jalur penantang gelar juara dunia WBC
Baca juga: Persiapan tinju DKI sudah dalam suasana kompetisi jelang PON Papua
Baca juga: 10 petinju Papua Barat siap rebut medali di PON Papua
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: