IPB Gelar Seminar Kaji Pelaksanakan "Food Estate"
14 Desember 2010 17:53 WIB
Tokoh Adat Suku Marind Marauke Johanes Glube Gebze (tengah) bersama aktivis WWF Indonesia Thomas Barano (kiri) dan dosen IPB Melani (kanan) menyampaikan materi dalam seminar ketahanan pangan di Bogor, Jabar, Selasa (14/12). Kegiatan seminar tersebut bertujuan untuk menata kehidupan masyarakat lokal dan pembangunan wilayah kabupaten Marauke serta alternatif ketahanan pangan di Marauke. (FOTO ANTARA/Jafkhairi)
Bogor (ANTARA News) - Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Kementerian Pertanian menggelar seminar sehari tentang program "food estate" di Indonesia.
Seminar mengangkat tema "Food Estate di Indonesia: mampukah mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan, berkedaulatan dan berkeadilan" diikuti sekitar 200 peserta dari akademisi dan berlangsung di Bogor, Selasa.
Program food estate adalah program pemerintah yang bergerak di bidang pertanian pangan, dengan pertimbangan dapat menjadi salah satu opsi strategi dalam mengatasi masalah pangan.
Salah satu lokasi pelaksanaan food estate adalah Kabupaten Marauke, Provinsi Papua dengan lahan seluas 1,6 juta hektare digunakan untuk mengembangkan padi, kedelai, tebu, jagung dan sapi.
Berbagai pandangan dan pertanyaan seputar program tersebut menjadi pendorong Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB untuk menyelenggarakan seminar tersebut.
Dekan FEMA IPB Arif Satria mengatakan, tujuan pelaksanaan seminar mencermati latar belakang kehidupan masyarakat lokal dan pembangunan wilayah Kabupaten Merauke, Papua.
"Di sini kita akan membahas alternatif pembangunan food estate yang dapat menjadi landasan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, berdaulat dan berkeadilan di Kabupaten Merauke," katanya di sela seminar yang digelar di IPB International Convention Center.
Arif mengatakan, program food estate sangat menarik untuk dikaji, sejauh apa pelaksanaanya, dan seperti apa dampaknya terhadap ekologi dan budaya masyarakat setempat.
"Budaya masyarakat di sana sangat kental, bagaimana ekologi manusianya juga menjadi perhatian kita," katanya.
Arif mengatakan, dengan seminar ini dapat mencari terobosan kreatif dan fundamental dalam merespon secara simultan konsekuensi implementasi food estate terhadap dimensi sosial-ekologi, sosial-budaya dan sosial-ekologi yang akan dihadapi Indonesia.
"Apa itu kendalanya, bagaimana solusinya akan dibahas dalam seminar ini sehingga, tujuan program ini bisa terlaksana dengan baik, masyarakat ter-cover dan industri pangan bisa terwujud," katanya.
Dalam seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya, Menteri Pertanian yang diwakili Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto, Tokoh Adat Suku Marind Johanes Glube Gebze, Dirut PT Padi Energi Nusantara, Aktifis WWF Indonesia Thomas Barano, Kadep Sains KPM-FEMA IPB Soeryo Adiwibowo dan Dekan FEM IPB Yusman Syuakat.
(KR-LR/S004/S026)
Seminar mengangkat tema "Food Estate di Indonesia: mampukah mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan, berkedaulatan dan berkeadilan" diikuti sekitar 200 peserta dari akademisi dan berlangsung di Bogor, Selasa.
Program food estate adalah program pemerintah yang bergerak di bidang pertanian pangan, dengan pertimbangan dapat menjadi salah satu opsi strategi dalam mengatasi masalah pangan.
Salah satu lokasi pelaksanaan food estate adalah Kabupaten Marauke, Provinsi Papua dengan lahan seluas 1,6 juta hektare digunakan untuk mengembangkan padi, kedelai, tebu, jagung dan sapi.
Berbagai pandangan dan pertanyaan seputar program tersebut menjadi pendorong Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB untuk menyelenggarakan seminar tersebut.
Dekan FEMA IPB Arif Satria mengatakan, tujuan pelaksanaan seminar mencermati latar belakang kehidupan masyarakat lokal dan pembangunan wilayah Kabupaten Merauke, Papua.
"Di sini kita akan membahas alternatif pembangunan food estate yang dapat menjadi landasan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, berdaulat dan berkeadilan di Kabupaten Merauke," katanya di sela seminar yang digelar di IPB International Convention Center.
Arif mengatakan, program food estate sangat menarik untuk dikaji, sejauh apa pelaksanaanya, dan seperti apa dampaknya terhadap ekologi dan budaya masyarakat setempat.
"Budaya masyarakat di sana sangat kental, bagaimana ekologi manusianya juga menjadi perhatian kita," katanya.
Arif mengatakan, dengan seminar ini dapat mencari terobosan kreatif dan fundamental dalam merespon secara simultan konsekuensi implementasi food estate terhadap dimensi sosial-ekologi, sosial-budaya dan sosial-ekologi yang akan dihadapi Indonesia.
"Apa itu kendalanya, bagaimana solusinya akan dibahas dalam seminar ini sehingga, tujuan program ini bisa terlaksana dengan baik, masyarakat ter-cover dan industri pangan bisa terwujud," katanya.
Dalam seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya, Menteri Pertanian yang diwakili Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto, Tokoh Adat Suku Marind Johanes Glube Gebze, Dirut PT Padi Energi Nusantara, Aktifis WWF Indonesia Thomas Barano, Kadep Sains KPM-FEMA IPB Soeryo Adiwibowo dan Dekan FEM IPB Yusman Syuakat.
(KR-LR/S004/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
Tags: