Denpasar (ANTARA) - Ahli Virologi Universitas Udayana, Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan bahwa yang menjadi kunci untuk menekan kasus COVID-19 di Bali adalah dengan menghindari kerumunan. "Utamanya harus hindari kerumunan, karena COVID ini suka kerumunan, kalau kerumunan dihindari, COVID dapat ditekan bukan dengan pakai masker. Karena, meski pakai masker masih bisa tertular lewat anggota tubuh yang lain," kata Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Selasa. Ia mengatakan meskipun saat ini kondisi di Bali sudah landai kasus terkonfirmasi positif COVID-19 dan angka kematiannya, serta tingkat hunian di rumah sakit mulai longgar, bukan berarti virus tidak ada. "Virus COVID ini masih ada, dan penyebarannya di sekitar kita semua," ucapnya.

Baca juga: RS Universitas Udayana tambah ruang isolasi khusus pasien COVID-19 Dengan kegiatan vaksinasi dan menghindari kerumunan jadi faktor utama menekan kasus ini, bukan dengan pakai masker. "Karena pakai masker bisa jadi kemungkinan bisa tertular lewat mata, karena mata tidak tertutup kan dan juga lewat tubuh atau pakaian yang dipakai," katanya. Sementara, untuk melihat apakah saat ini Bali dalam kategori aman atau tidak, bisa dilihat dari jumlah kasus dan jumlah kematian. Saat ini data menunjukkan penurunan, sehingga bisa disebut kondisi sudah stabil terkendali. Ia mengatakan yang menjadi penyebab penurunan kasus di Bali agak lama dibandingkan daerah lain, karena masih terjadi banyak kerumunan.
"Tentu, kenapa agak lama penurunan kasusnya dibandingkan daerah lain, karena ada praktik-praktik kerumunan di Bali berhubungan adat dan agama, sehingga menyebabkan kasus kematian agak lama menurun. Semoga kembali stabil, vaksin efektif," katanya.

Baca juga: Polisi bubarkan kerumunan di 190 lokasi wilayah Bali

Baca juga: Gubernur Bali: Jangan pojokkan aparat soal kerumunan di Kampung Jawa
Ia memprediksi letupan kasus berikutnya di bulan Januari-Februari 2022 dengan tidak disertai peningkatan tingkat hunian rumah sakit dan peningkatan jumlah kematian.

Ia menambahkan bahwa fungsi dari vaksin untuk mencegah infeksi berat dan meninggal dunia. Namun, kata Prof Mahardika, vaksin tidak mencegah penyebaran di komunitas. Sehingga, pemerintah harus merevisi target vaksinasi dan paling ideal 100 persen penduduk divaksin dua kali.


"Data dunia menunjukkan vaksin tidak mencegah penyebaran di komunitas, namun mencegah gejala berat dan jumlah kematian, karena itu target vaksinasi sebaiknya 100 persen penduduk itu divaksinasi," katanya.