Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia masih menyelidiki keberadaan Warga Negara Indonesia (WNI) yang melakukan eksodus ke Filipina Selatan dan berlatih militer di Mindanao.

"Kami sudah menerima informasi tersebut, dan telah mengerahkan seluruh unsur-unsur intelijen untuk memastikan tersebut," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai bertemu Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan, pihaknya sudah menghubungi Atase Pertahanan di Perwakilan RI di Filipina dan instansi terkait untuk menelusuri keberadaan para WNI dan kegiatan di Filipina Selatan.

"Sedang kita telusuri terus," kata Purnomo menegaskan.

Dari Sulawesi Utara dilaporkan ribuan warga Suku Sangihe, Sulawesi Utara (Sulut) dilatih gerilyawan Moro di Mindanao Selatan, Filipina.

Terkait itu, Pangkalan TNI AL (Lanal) Tahuna, semakin memaksimalkan pengawasan di perbatasan, sementara DPRD Sangihe menilai eksodus warga tersebut karena tekanan ekonomi.

Ribuan warga yang diduga bergabung dengan jaringan Al Qaeda tersebut berasal dari tiga kabupaten kepulauan di Sulut, Sangihe, Sitaro, dan Talaud.

Mereka adalah Suku Sangihe yang kawasannya disebut pula sebagai Nusa Utara. Dari dua tiga Kabupaten tersebut, Talaud tepat berada di tapal batas Indonesia-Filipina.

Pendeta Wolf yang belasan tahun melayani kerohanian warga asal Nusa Utara di pesisir Mindanao Selatan, menyatakan sudah sekitar 2.000 warga Indonesia dilatih Moro bersama kelompok Al Qaeda.
(ANT/A024)