(GAK) Cinangka (ANTARA News) - Material yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda membahayakan warga yang mendekat, sehingga Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih melarang warga untuk mendekat sampai radius dua kilometer meski terjadi sedikit penurunan kegempaan.

"Walaupun kegempaannya cenderung mengalami penurunan sedikit, namun material yang dikeluarkan gunung tersebut masih berbahaya," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton S. Pambudi, Selasa.

Dia menjelaskan, material seperti debu tersebut bersuhu di atas 600 derajat celsius, sedangkan batu serta kerikil bersuhu mencapai 1.000 derajat celsius.

"Kalau untuk ukuran batu yang keluar dari perut GAK sebesar bola kaki, sementara kerikil seperti kacang, dan jika terkena tubuh, maka tubuh akan tembus dan bolong," katanya.

Sejak tanggal 28 Oktober 2010, status GAK naik dari aktif normal atau level I menjadi "waspada". Kegempaan yang terjadi masih fluktuatif, dan jika dirata-ratakan jumlahnya 600 sampai 700 kali.

Selama GAK berstatus "waspada", warga sekitar menjadi panik, bahkan tak sedikit warga yang mengungsi. Namun, pertengahan Oktober 2010 ada sekira 200 turis Eropa beramai-ramai melihat dari dekat aktivitas kegempaan GAK.

Hingga kini pengelola hotel dan resort di sepanjang Pantai Pasauran, Anyer, Banten, bersama-sama pemerintah daerah tetap gencar mempromosikan wisata Krakatau kepada wisatawan.

"Kami saat ini terus melakukan promosi wisata mengeenai kegempaan Gunung Anak Krakatau ini kepada semua wisatawan domestik mancanegara," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten, Egy Djanuiswati.
(ANT/P003)