London (ANTARA News) - Negara-negara Mitra ASEM (Asia-Europe Meeting mengakui sistem penjaminan mutu (quality assurance) dari pendidikan tinggi di Indonesia dan mendapatkan perhatian positif.

Hal ini tercermin dalam diskusi pada Konferensi Internasional ASEM yang bertajuk "Quality Assurance and Recognition in Higher Education: Challenges and Prospects," yang diadakan di kota Limassol, Siprus, selama dua hari 6 dan 7 Desember.

Sekretaris III - Multilateral/Politik KBRI Roma, Danny Rahdiansyah dalam keterangannya kepada Antara London, Rabu mengatakan Konferensi Internasional ASEM ini dihadiri peserta dari 20 negara Mitra ASEM serta ASEM Education Secretariat, perwakilan dari Komisi Eropa dan Asosiasi Universitas se-Eropa.

Direktur Akademik Ditjen Dikti Dr Illah Sailah, yang menjadi salah satu pembicara dalam Konferensi Internasional ASEM tersebut mengatakan dengan visi Smart and Comprehensive Intelligence, Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional terus mendorong lembaga pendidikan tinggi untuk melakukan akreditasi terhadap program studi yang dimilikinya.

Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan mempermudah mobilitas transfer mahasiswa, ujarnya.

Lebih jauh diungkapkan dari sekitar 13.000 program studi yang ada di lebih dari 3000 lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, sekitar 8.000nya sudah diakreditasi.

Tantangan bagi Indonesia adalah untuk mengakreditasi sekitar 5.000 program studi sisanya tersebut, ujarnya.

Sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing lembaga pendidikan tinggi Indonesia di kawasan Asia Tenggara di bawah kerangka ASEAN, Indonesia terus berupaya meningkatkan jumlah keterwakilan lembaga pendidikan tinggi Indonesia yang tergabung pada ASEAN University Network (AUN).

Saat ini Indonesia diwakili oleh tiga lembaga pendidikan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gadjah Mada.

Diharapkan jumlah wakil Indonesia dalam AUN dapat ditambah menjadi lima atau enam lembaga pendidikan tinggi. Untuk jangka panjang hal tersebut dapat meningkatkan profil pendidikan tinggi Indonesia di dalam kerangka ASEM.

Dalam pandangan peserta konferensi, penjaminan mutu (quality assurance) di tingkat program studi - bukan di tingkat universitas - seperti yang dilakukan Indonesia lebih dapat mencerminkan kualitas dari sistem pendidikan tinggi di negara tersebut, karena dilakukan pada cakupan yang lebih kecil.

Selain itu perlunya dilakukan pertukaran informasi dan pengalaman dari lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang ada di Eropa dan di Asia melalui mekanisme ASEM ini.

Sementara itu Kepala Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Prof Kamanto Sunarto, sebagai anggota Dewan Asia Pacific Quality Network (APQN) menyampaikan presentasi mengenai situasi terkini penjaminan mutu pendidikan tinggi di kawasan Asia Pasifik.

Pemaparan kedua pembicara asal Indonesia ini mendapatkan apresiasi yang baik dari peserta konferensi lainnya.

Di akhir konferensi, terdapat pandangan umum bahwa sistem penjaminan mutu yang ada pada lembaga pendidikan tinggi baik di Asia dan Eropa dapat terus ditingkatkan melalui pertukaran informasi dan pengalaman.

Selain itu muncul kesepahaman bahwa kerjasama penjaminan mutu bukan diarahkan menjadi suatu standardisasi yang rigid, melainkan mencari kesamaan dari sistem pendidikan yang bervariasi antara lembaga pendidikan tinggi di Asia maupun di Eropa.

Pertemuan merekomendasikan perlunya diselenggarakan pelatihan-pelatihan, workshop ataupun seminar di bawah kerangka ASEM untuk meningkatkan kapasitas dan kerjasama pendidikan antar kedua kawasan.(*)
(ZG/R009)