Kulon Progo (ANTARA News) - Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami krisis sapi putih (peranakan ongole) untuk pengembangan sapi metal (simmental) sehingga masyarakat setempat diminta tidak menjual jenis sapi tersebut.

Kepala Bidang Peternakan, Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Kulon Progo, Nur Syamsul Hidayat di Wates, Selasa, mengatakan, saat ini, ada pergeseran pandangan di tengah masyarakat Kulon Progo, yaitu sapi metal dianggap dapat dijadikan induk untuk menghasilkan sapi metal yang unggul.

Padahal anggapan itu tidak benar karena sapi putih sangat bagus sebagai media pengembangan sapi metal, yang akan mengasilkan sapi peranakan tropis dan subtropis.

Menurut dia, sapi metal tidak cocok untuk dikembangkan sebagai indukan karena akan terjadi gangguan reproduksi sehingga perkawinan alami dan suntik akan terus mengalami kegagalan. "Tingkat keberhasilan menggunakan sapi mehal sebagai induk hanya 30 persen, sedangkan 70 persennya akan mengalami kegagalan," katanya.

Untuk mencegah kepunahan sapi putih, kata dia, Dinas menggelontorkan dana sebesar Rp440 juta untuk membeli sapi putih milik warga yang dijual.

"Dana Rp440 juta itu dikelola oleh kelompok Sarwoguno, Kecamatan Kokap. Kami berharap dengan dana ini, sapi putih dapat terus berkembang dan dapat digunakan sebagai induk untuk menghasilkan sapi metal yang baik," katanya.

Selain itu, kata dia, Dinas juga menerjunkan petugas lapangan untuk melakukan sosialisasi di seluruh kecamatan di Kulon Progo supaya masyarakat tidak menjual sapi putih.

"Tahun ini, kami bekerja keras melakukan sosialisasi kepada warga bahwa sapi putih merupakan induk bagi pengembangan sapi methal, tapi kami mengalami kesulitan karena tetap saja masyarakat menjual sapinya," katanya.
(ANT/A024)