Jenewa (ANTARA News) - Perundingan-perundingan nuklir Iran di Jenewa menyelesaikan persidangan hari pertamanya pada Senin malam tanpa adanya konflik.

Meskipun tidak ada pernyataan resmi yang dibuat, namun faktanya semua pihak yang hadir siap untuk memasuki perundingan hari kedua dengan isyarat positif, kata para pengamat, sebagaimana dikutip dari Xinhua-OANA.

"Yang dikhawatirkan bahwa perundingan-perundingan itu akan runtuh sangat cepat, tapi kenyataan bahwa kami yang datang pada malam dan ternyata perundingan-perundingan tidak `rusak adalah pertanda baik," kata seorang pakar Inggris mengenai isu nuklir Iran kepada Xinhua setelah pembicaraan sesi pertama usai.

Semua pihak dalam pembicaraan itu menjaga sikap mereka sepanjang hari pertama, dan bertindak sangat berhati-hati kepada publik, tetapi percaya bahwa kontak skala kecil di sela-sela kontak-kontak bilateral dan multilateral di antara beberapa pemain kunci juga terjadi selama pembicaraan.

Para analis percaya bahwa hal itu sangat tidak praktis untuk mengantisipasi kemenangan besar pada akhir pembicaraan, tetapi kemajuan diplomatik kecil akan tercapai.

Pertemuan itu diharapkan dibuka kembali pada Selasa.

Pembicaraan tentang isu nuklir Iran dilanjutkan di Jenewa pada Senin pagi.

Pertemuan tertutup selama dua hari itu dihadiri oleh kepala perunding nuklir Iran Saeed Jalili dan kepala urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton atas nama lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman (G5+1).

Ketegangan meningkat tinggi ketika Ali-Akbar Salehi, kepala otoritas energi atom Iran, menyatakan pada Ahad sehari sebelum melanjutkan perundingan Jenewa, bahwa `yellowcake` uranium pertama buatan Iran, menggunakan bijih uranium yang ditambang di dalam negeri, telah dikirim ke pusat kota Isfahan untuk pengolahan, sebuah proses yang dapat menjamin pasokan bahan bakar independen nuklir Iran.

Para pejabat Iran juga menuduh Barat dan Israel merencanakan dua upaya pembunuhan terpisah pekan lalu, yang menewaskan seorang ilmuwan nuklir dan melukai lainnya.

Iran mengatakan akan mengangkat isu itu selama pembicaraan Jenewa.
(ANT/A024)