Bogor (ANTARA News) - Meski molor 11 jam dari jadwal yang seharusnya tuntas pada Senin tengah malam, Muktamar V Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) di Bogor, Selasa, berhasil memilih lima orang anggota presidium periode 2010-2015.

Kelima orang presidium itu adalah Dr. Ing. H. Ilham Akbar Habibie, MA yang mengantongi suara terbanyak dari muktamirin sejumlah 410 suara, Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir yang meraih 308 suara, Dr. Marwah Daud Ibrahim yang mendapat 276 suara, Drs. H Priyo Budi Santoso yang meraup 271 suara, dan Dr H. Sugiharto SE, MBA.

Mereka mengalahkan lima calon presidium lainnya yaitu Azyumardi Azra 192 suara, Teuku Abdullah Sanny 117 suara, Zoeraini Djamal Irwan 79 suara, Zulkifli Hasan 207 suara, dan Sri Astuti Buchori 137 suara. Sebelumnya satu calon Mohammad Musa`ad dari Papua mengundurkan diri.

Dari komposisi lima orang presidium yang terpilih, ICMI tampaknya berhasil melakukan alih generasi. Hanya dua orang presidium periode 2005-2010 yang terpilih kembali menjadi presidium untuk selama lima tahun mendatang yakni Marwah dan Nanat.

Alih generasi kepemimpinan memang telah menjadi agenda yang menguat dalam pelaksanaan muktamar V ICMI.

Ilham Habibie, anak pendiri dan mantan Ketua Umum ICMI Bacharuddin Jusuf Habibie, yang berusia 47 tahun atau Priyo yang berusia 44 tahun membuktikan adanya alih generasi dalam kepemimpinan ICMI.

ICMI juga mengakomodasi persamaan gender dengan bertahannya Marwah dalam presidium. Wanita kelahiran Soppeng, Sulsel, 8 November 1956 itu merupakan salah seorang "aset" ICMI yang memiliki kemampuan multitalenta sebagai politisi, cendekiawan, aktivis perempuan, dan akademisi.

Ilham yang bakal memimpin presidium karena meraih suara terbanyak dalam muktamar menyatakan akan membawa organisasi ini menjadi lebih profesional, netral dan bersih dari kepentingan politik.

"Saya akan menjadikan ICMI organisasi yang efektif dan profesional, dan fokus pada penyelesaian masalah bangsa," kata tokoh yang mengawali karirnya di ICMI sebagai Ketua Organisasi Satuan di AS dan Ketua Organisasi Satuan ICMI Bandung-IPTN itu.

Ia mempunyai tiga target utama dalam memimpin ICMI, yakni membuat kepemimpinan yang solid, menjadikan ICMI organisasi yang efektif, efisien dan profesional, serta fokus pada program-program yang dirasakan di akar rumput atau rakyat.

Mengenai model kepemimpinan di presidium, menurut Ilham tetap akan bisa efektif apalagi tokoh-tokoh di presidium tersebut memiliki keahlian yang berbeda-beda, sehingga bisa saling mengisi.

Sementara itu mengenai kemungkinan ada kepentingan politik di ICMI, Ilham menegaskan bahwa ICMI sejak dulu bukan wahana politik. "Jika ada pemimpin ICMI yang punya pendapat politik silakan saja, tapi itu di luar ICMI," katanya.

Ilham tampaknya bakal meneruskan trah dari ayahnya sebagai pimpinan ICMI.

Sedangkan Sugiharto dikenal sebagai salah seorang eksekutif peringkat atas. Pria kelahiran Medan 29 April 1955 itu juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara BUMN pada Oktober 2004 hingga Mei 2007.

Sugiharto juga pernah dikenal sebagai salah seorang fungsionaris Partai Persatuan Pembangunan selain dikenal memiliki jabatan penting di berbagai perusahaan seperti Medco Energi dan Bank Trust Company and Chemical.

Priyo yang juga Wakil Ketua DPR merupakan politisi yang sejak awal mengabdikan dirinya kepada Partai Golkar. Kesetiannya telah membuat dirinya mampu berada dalam pucuk pimpinan partai berlambang beringin tersebut.

Beragam jabatan pernah diembannya. Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR dan Wakil Ketua Partai Golkar merupakan prestasi yang diraih dari kerja kerasnya.

Priyo yang sejak mahasiswa telah berkecimpung ke dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu melejit namanya setelah mampu menjadi ketua termuda dalam sejarah Soksi, MKGR dan Kosgoro.

Dilahirkan oleh pasangan H. Soetadji dan Hj. Suharyati, di Trenggalek, Jatim, 44 tahun lalu, Priyo mampu melalang buana dan menaklukkan Kota Jakarta.

Suami Ir Hj Fenty Estiana dan ayah dari empat anak, Nadea Lazuardani Zahra (14), Andromeda Gereda Lazuardi (10), Alma Mahira Lazuardani (7), dan Nadine Tsabita Lazuardani (3), tidak pernah jera untuk terus berusaha meraih yang terbaik.

Setelah lulus dari pendidikan SMA Negeri I Trenggalek, Priyo berhasil menembus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Di universitas terkemuka itu Priyo berhasil menjadi ketua senat.

Gelar sarjana mengantarkan Priyo ke Jakarta. Dosen di Universitas Nasional (Unas) dijalani Priyo setelah lulus kuliah. Priyopun juga bergabung dengan lembaga penelitian di Lembaga Studi Pembangunan (LSP).

Salah seorang intelektual, pegiat LSM dan kritikus pemerintah terkenal saat itu, Adi Sasono, kemudian mengajak Priyo bergabung di CIDES (Center for Information and Development Studies).

CIDES merupakan sebuah lembaga "think tank" yang didirikan ICMI yang kala itu dipimpin oleh Prof Dr Ing BJ Habibie.

Setelah merintis karier mulai dari CIDES, kini Priyo pun masuk dalam `puncak gunung es` ICMI, menjadi presidium untuk periode 2010-2015 setelah terpilih dalam Muktamar V ICMI.

Nanat kini juga menjabat Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.

Nanat amat yakin bahwa ICMI masih dibutuhkan masyarakat terutama dalam pengembangan sumber daya manusia dan membangun peradaban masyarakat madani.

Hal penting bagi Nanat dalam menjalankan tugasnya sebagai presidium ICMI salah satuya harus memiliki komitmen besar dalam membangunan peradaban bangsa ini menuju masyarakat madani.

Di bawah kepemimpinan lima orang presidium sekaligus menjadi tantangan bagi mereka untuk "membangun peradaban Indonesia madani" sebagaimana tema muktamar.
(ANT/A024)