Tokyo (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis, setelah OPEC+ sepakat mempertahankan kebijakannya untuk secara bertahap mengembalikan pasokan ke pasar pada saat kasus virus corona terus meningkat di seluruh dunia dan banyak penyuling AS yang menjadi sumber utama permintaan minyak mentah tak beroperasi.

Minyak mentah berjangka Brent berkurang 52 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 71,07 dolar AS per barel pada pukul 01.34 GMT setelah jatuh 4 sen pada Rabu (1/9). Minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot 56 sen atau 0,8 persen, menjadi 68,03 dolar AS per barel setelah naik 9 sen di sesi sebelumnya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Rabu (1/9) untuk melanjutkan kebijakan pemotongan rekor produksi, menambahkan 400.000 barel per hari (bph) ke pasar setiap bulan.

Namun, OPEC+ menaikkan perkiraan permintaannya untuk 2022 dan menghadapi tekanan dari AS untuk mempercepat pertumbuhan produksi.

"Yang itu tidak begitu pasti ... ," kata BjornerTonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy, dalam sebuah catatan.

Di AS, diperlukan waktu berminggu-minggu bagi kilang minyak untuk memulai kembali operasi mereka di Louisiana, saat Badai Ida melanda kawasan itu, saat operator menghadapi kekurangan listrik dan air, yang diperkirakan akan memangkas permintaan minyak.

Perusahaan-perusahaan energi berebut untuk mengoperasikan anjungan dan jaringan pipa di Teluk, dengan hampir 1,4 juta barel per hari produksi minyak masih offline, kata regulator lepas pantai AS.

Persediaan minyak mentah AS turun 7,2 juta barel dan produk-produk minyak yang dipasok penyuling mencapai rekor terendah meskipun ada peningkatan infeksi virus corona secara nasional, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (1/9).

Baca juga: OPEC+ prediksi pasar minyak lebih ketat hingga Mei 2022