Bogor (ANTARA News) - Presiden RI periode 1998-1999 selaku Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Bacharuddin Jusuf Habibie, menilai bahwa kebanyakan pemimpin di Indonesia masih feodal.
"Sekarang kebanyakan pemimpinnya itu terlalu feodal. Yang menjadikan feodal itu siapa? Apa gubernurnya atau presidennya, atau menterinya, atau wapresnya? Tidak, yang menjadikan feodal itu rakyatnya sendiri. Kita juga bingung, tapi kita tidak bisa dipaksakan," katanya saat berpidato dalam pembukaan Muktamar V ICMI di Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Untuk itu, menurut Wakil Presiden RI periode 11 Maret hingga 21 Mei 1998 itu, ICMI kini memasuki fase kedua dari rencana jangka panjang (long march) 2010-2030.
"Di situ pada tahap kedua itu, ICMI harus aktif memantapkan pimpinan yang egaliter. Ini tidak semudah membalik telapak tangan," katanya.
Habibie mengatakan, ICMI yang lahir pada 1990, pada 2010 ini telah menyelesaikan tahap pertama long march-nya. Dalam 20 tahun tahap pertama, ICMI ikut aktif dalam peralihan dari sistem yang otoriter ke dalam sistem yang lebih demokratis.
Dalam Muktamar V ICMI di Bogor, Habibie mengharapkan dapat menghasilkan bentuk kerja yang konkret.
"Mufakat Muktamar ICMI yang menjadi dasar kerja setiap organisasi wilayah dan organisasi satuan ICMI," katanya.
Ia juga menyatakan bahwa ICMI harus terus mendukung sumber daya manusia Indonesia yang seimbang iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan.
Menurut dia, kalau manusia punya iptek tanpa imtak akan menimbulkan bahaya. Namun sebaliknya, bila punya imtak tanpa iptek, maka manusia tidak akan maju dalam peradaban.
Muktamar V ICMI di Istana Bogor, dihadiri sekitar 1.000 lebih peserta yang mewakili pengurus orwil (organisasi wilayah) dalam negeri dan luar negeri, orsat (organisasi satuan) tingkat kabupaten/kota dan luar negeri, Pengurus Pusat ICMI (termasuk Dewan Pakar dan Dewan Penasihat), 13 badan otonom, maupun peninjau dari ormas-ormas Islam, dan dari Kedutaan-kedutaan Besar.
(L.M041*A041/P003)
BJ Habibie: Pemimpin Masih Feodal
5 Desember 2010 15:09 WIB
BJ Habibie (ANTARA News/Jo Seng Bie)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010
Tags: