DUBAI (ANTARA) - OPEC+ memperkirakan pasar minyak akan mengalami defisit setidaknya hingga akhir 2021 dan stok tetap relatif rendah hingga Mei 2022, sumber OPEC+ mengatakan pada Selasa, sehari menjelang pertemuan, di tengah tekanan AS untuk menaikkan produksi.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada Rabu, pukul 15:00 GMT, untuk menetapkan kebijakan.

Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa pertemuan itu kemungkinan akan menggulirkan kebijakan meskipun ada tekanan dari AS untuk memompa lebih banyak minyak.

Namun, perkiraan akan pasar yang lebih ketat memperkuat kemungkinan bahwa OPEC+ akan meningkatkan produksi lebih cepat karena harga minyak acuan Brent mendekati 73 dolar per barel, tidak jauh dari harga tertinggi selama beberapa tahun terakhir.

Komentar itu disampaikan ketika para ahli dari Komite Teknis Bersama (JTC) OPEC+ mempresentasikan laporan terbaru tentang keadaan pasar minyak pada 2021-2022.

Baca juga: Harga minyak turun jelang pertemuan OPEC+

Menurut sumber tersebut, laporan tersebut, yang belum dipublikasikan, memperkirakan terjadi defisit 0,9 juta barel per hari (bph) pada tahun ini karena permintaan global pulih dari pandemi Virus Corona, sementara OPEC+ secara bertahap mengembalikan tingkat produksi.

Sebelumnya laporan tersebut menyebutkan akan terjadi surplus 2,5 juta barel per hari pada 2022, tetapi kemudian direvisi lebih rendah menjadi surplus 1,6 juta barel per hari, menurut sumber tersebut.

Akibatnya, persediaan minyak komersial di negara-negara OECD akan tetap di bawah rata-rata 2015-2019 hingga Mei 2022, bertentangan dengan perkiraan awal untuk Januari 2022, menurut presentasi JTC, kata sumber tersebut.

JTC memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 5,95 juta barel per hari tahun ini dan sebesar 3,28 juta barel per hari tahun depan. Belum diketahui apakah angka-angka itu telah direvisi dalam laporan terbaru.

Baca juga: Minyak naik lagi, Brent sentuh 76 dolar karena pasokan AS kian ketat