Trenggalek peringati hari Jadi ke-827 tanpa arak-arakan tumpeng agung
31 Agustus 2021 17:24 WIB
Penari menari gambyong dengan mengenakan "face shield" dalam rangkaian seremoni peringatan Hari Jadi ke-827 Kabupaten Trenggalek, di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Jaawa Timur, Selasa (31/8/2021). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)
Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Selasa menggelar rangkaian puncak peringatan Hari Jadi ke-827 daerah itu secara sederhana tanpa disertai arak-arakan tumpeng agung demi menjaga protokol kesehatan dan mencegah kerumunan massa yang berisiko memicu penularan COVID-19.
Diawali dengan kirab pusaka dan panji-panji Trenggalek menggunakan arak-arakan mobil mulai dari Desa Kamulan, Kecamatan Durenan hingga Pendopo Manggala Praja Nugraha, seremoni hanya bisa disaksikan masyarakat dari pinggir jalan dan luar kompleks pendopo.
Pantauan ANTARA, Selasa, tidak banyak warga yang hadir. Hanya sebagian kecil perangkat daerah yang dilibatkan dengan mengenakan pakaian adat Jawa.
Panglima Koarmada II Laksda TNI Iwan Usnurwanto beserta jajaran perwira TNI AL tampak ikut hadir bersama forkopimda mengikuti rangkaian seremoni peringatan HUT Kabupaten Trenggalek yang digelar bersamaan dengan kegiatan Serbuan Vaksinasi COVID-19 TNI di Trenggalek tersebut.
Berbeda dengan seremoni peringatan HUT Trenggalek sebelumnya, dalam kegiatan puncak rangkaian hari jadi kabupaten yang mendaku nama Bumi Menak Sopal kali ini tak ada kirab pasukan mengelilingi kota maupun rebutan bucengan atau tumpeng agung.
Baca juga: Warga Trenggalek rayakan hari jadi dengan "pesta" tumpeng agung
Baca juga: Pawai Karnaval Etnik di Trenggalek berlangsung meriah
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang memberi sambutan usai menerima pusaka dan panji Trenggalek dari Wakil Bupati Syah Muhammad Natanegara mengatakan, seremoni HUT Trenggalek sengaja digelar sederhana karena berlangsung dalam suasana pandemi COVID-19.
"Sejak dua tahun terakhir peringatan hari jadi kita lakukan dengan sederhana, karena pandemi, semua digelar dengan hati-hati, tidak bisa menghadirkan masyarakat banyak secara langsung ke pendapa," kata Nur Arifin.
Kendati begitu, ia memastikan prosesi inti yang digelar dengan nuansa khas adat budaya Mataraman tetap dilaksanakan secara lengkap, sebagaimana tata cara adat yang sudah dijalankan pada tahun-tahun sebelumnya.
Warga tetap bisa mengikuti rangkaian prosesi acara puncak peringatan Hari Jadi ke-827 Kabupaten Trenggalek itu secara daring, baik melalui siaran langsung di televisi, media sosial maupun aplikasi zoom yang disediakan panitia.
Menariknya dalam kesempatan itu, Raja Kesultanan Yogyakarta yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X ikut ditampilkan dalam kemasan video pendek memberikan sambutan sekaligus ucapan selamat atas Hari Jadi ke-827 Trenggalek.
Sri Sultan Hamengkubuwono menyebut, sejarah Kabupaten Trenggalek tidak bisa lepas dari Kesultanan Yogyakarta karena sebagian wilayah Trenggalek, dalam hal ini Kecamatan Munjungan dan Panggul dulunya merupakan bagian spektrum wilayah kekuasaan Kerajaan Yogyakarta dan kental ada budaya Mataraman.
Seremoni puncak Hari Jadi Trenggalek diakhiri dengan simbolis penyaluran santunan kepada anak yatim an piatu yang orang tuanya meninggal dunia akibat terpapar virus Corona.
"Banyaknya masyarakat yang meninggal dunia akibat COVID-19, membuat jumlah anak yatim, piatu maupun yatim piatu semakin bertambah.
Sampai akhir Agustus 2021 tercatat ada 167 anak," katanya.
Nur Arifin berharap semangat melawan pandemi COVID-19 terus digencarkan, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan serta vaksinasi massal.
Baca juga: Warga Trenggalek rayakan hari jadi dengan "pesta" tumpeng agung
Baca juga: Tradisi nyadranan di Trenggalek tetap ramai meski digelar terbatas
Diawali dengan kirab pusaka dan panji-panji Trenggalek menggunakan arak-arakan mobil mulai dari Desa Kamulan, Kecamatan Durenan hingga Pendopo Manggala Praja Nugraha, seremoni hanya bisa disaksikan masyarakat dari pinggir jalan dan luar kompleks pendopo.
Pantauan ANTARA, Selasa, tidak banyak warga yang hadir. Hanya sebagian kecil perangkat daerah yang dilibatkan dengan mengenakan pakaian adat Jawa.
Panglima Koarmada II Laksda TNI Iwan Usnurwanto beserta jajaran perwira TNI AL tampak ikut hadir bersama forkopimda mengikuti rangkaian seremoni peringatan HUT Kabupaten Trenggalek yang digelar bersamaan dengan kegiatan Serbuan Vaksinasi COVID-19 TNI di Trenggalek tersebut.
Berbeda dengan seremoni peringatan HUT Trenggalek sebelumnya, dalam kegiatan puncak rangkaian hari jadi kabupaten yang mendaku nama Bumi Menak Sopal kali ini tak ada kirab pasukan mengelilingi kota maupun rebutan bucengan atau tumpeng agung.
Baca juga: Warga Trenggalek rayakan hari jadi dengan "pesta" tumpeng agung
Baca juga: Pawai Karnaval Etnik di Trenggalek berlangsung meriah
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang memberi sambutan usai menerima pusaka dan panji Trenggalek dari Wakil Bupati Syah Muhammad Natanegara mengatakan, seremoni HUT Trenggalek sengaja digelar sederhana karena berlangsung dalam suasana pandemi COVID-19.
"Sejak dua tahun terakhir peringatan hari jadi kita lakukan dengan sederhana, karena pandemi, semua digelar dengan hati-hati, tidak bisa menghadirkan masyarakat banyak secara langsung ke pendapa," kata Nur Arifin.
Kendati begitu, ia memastikan prosesi inti yang digelar dengan nuansa khas adat budaya Mataraman tetap dilaksanakan secara lengkap, sebagaimana tata cara adat yang sudah dijalankan pada tahun-tahun sebelumnya.
Warga tetap bisa mengikuti rangkaian prosesi acara puncak peringatan Hari Jadi ke-827 Kabupaten Trenggalek itu secara daring, baik melalui siaran langsung di televisi, media sosial maupun aplikasi zoom yang disediakan panitia.
Menariknya dalam kesempatan itu, Raja Kesultanan Yogyakarta yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X ikut ditampilkan dalam kemasan video pendek memberikan sambutan sekaligus ucapan selamat atas Hari Jadi ke-827 Trenggalek.
Sri Sultan Hamengkubuwono menyebut, sejarah Kabupaten Trenggalek tidak bisa lepas dari Kesultanan Yogyakarta karena sebagian wilayah Trenggalek, dalam hal ini Kecamatan Munjungan dan Panggul dulunya merupakan bagian spektrum wilayah kekuasaan Kerajaan Yogyakarta dan kental ada budaya Mataraman.
Seremoni puncak Hari Jadi Trenggalek diakhiri dengan simbolis penyaluran santunan kepada anak yatim an piatu yang orang tuanya meninggal dunia akibat terpapar virus Corona.
"Banyaknya masyarakat yang meninggal dunia akibat COVID-19, membuat jumlah anak yatim, piatu maupun yatim piatu semakin bertambah.
Sampai akhir Agustus 2021 tercatat ada 167 anak," katanya.
Nur Arifin berharap semangat melawan pandemi COVID-19 terus digencarkan, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan serta vaksinasi massal.
Baca juga: Warga Trenggalek rayakan hari jadi dengan "pesta" tumpeng agung
Baca juga: Tradisi nyadranan di Trenggalek tetap ramai meski digelar terbatas
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: