40 KK mulai tinggalkan pengungsian usai gempa Touna-Sulteng
31 Agustus 2021 14:13 WIB
Arsip foto - Kondisi ruas jalan di Kecamatan Ampana Kota, ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una (Touna) tampak masih lengang pada Selasa pagi (27/7/2021) pascagempa dengan magnitudo 6,5 mengguncang kabupaten itu pada Senin malam pukul 20.09 WITA. Tampak sejumlah warung masih tutup dan beberapa rumah masih kosong ditinggal mengungsi oleh pemiliknya. ANTARA/HO/kiriman warga Touna.
Palu (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah menyatakan kurang lebih 40 kepala keluarga yang mengungsi mulai meninggalkan posko pengungsian dan telah kembali ke rumah masing-masing pascagempa dengan magnitudo 5,8 yang mengguncang daerah itu pada 26 Agustus 2021.
"Data sementara sekitar 40 kepala keluarga telah kembali ke rumah masing-masing setelah beberapa hari tinggal di posko pengungsian," kata Kepala BPBD Tojo Una-Una Iksan Badawi yang dihubungi dari Palu, Selasa.
Ia menjelaskan enam hari setelah gempa berlalu pihaknya telah mengimbau warga agar kembali ke rumah masing-masing mengingat situasi mulai kondusif, meski begitu masih banyak warga hingga kini bertahan di tiga posko pengungsian yang disediakan pemerintah setempat.
Warga yang belum mau kembali ke rumah beralasan karena masih merasa trauma, sebab gempa sempat mengguncang kabupaten itu pada Juli lalu dengan kekuatan gempa awal magnitudo 5,9 yang terjadi di siang hari dan gempa susulan magnitudo 6,2 di malam hari.
"Sebagian dari mereka mengaku masih trauma dengan kejadian ini, sehingga pemerintah setempat masih mempertahankan posko pengungsian. Tempat pengungsian terbagi di tiga titik yakni rumah jabatan bupati, lalu di Desa Labuan dan Desa Padang Tumbuo," katanya.
Di posko pengungsian, katanya, pemerintah melalui Dinas Sosial setempat menyiapkan dapur umum untuk melayani kebutuhan makan para pengungsi, yang mana penyiapan logistik dibantu oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana), yang sebelumnya pengungsi gempa Tojo Una-Una kurang lebih 200 jiwa.
BPBD juga mengimbau, masyarakat harus bijak menyerap informasi-informasi dari media sosial agar tidak menimbulkan kepanikan bagi warga lain, karena informasi mengenai kebencanaan hanya bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Masyarakat jangan terpancing dengan informasi-informasi tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, yang tadinya situasi mulai kondusif akhirnya terjadi simpang-siur justru memperkeruh suasana," katanya.
Ia menambahkan, meski di tengah situasi bencana, namun warga wajib mematuhi protokol kesehatan COVID-19 khususnya mereka yang masih menempati posko pengungsian.
"Di posko pengungsian di sediakan tempat cuci tangan dan pemerintah juga membagikan masker kepada pengungsi termasuk menyemprot cairan disinfektan secara berkala secara teknis, kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat," demikian Iksan Badawi.
Baca juga: BPBD: Warga Tojo Una-Una masih bertahan di pengungsian akibat gempa
Baca juga: Puluhan rumah di Tojo Una-Una Sulteng rusak akibat gempa
Baca juga: Pemkab Tojo Una-Una upayakan stimulan korban gempa
Baca juga: Aktivitas warga Tojo Una-Una mulai normal setelah gempa magnitudo 6,5
"Data sementara sekitar 40 kepala keluarga telah kembali ke rumah masing-masing setelah beberapa hari tinggal di posko pengungsian," kata Kepala BPBD Tojo Una-Una Iksan Badawi yang dihubungi dari Palu, Selasa.
Ia menjelaskan enam hari setelah gempa berlalu pihaknya telah mengimbau warga agar kembali ke rumah masing-masing mengingat situasi mulai kondusif, meski begitu masih banyak warga hingga kini bertahan di tiga posko pengungsian yang disediakan pemerintah setempat.
Warga yang belum mau kembali ke rumah beralasan karena masih merasa trauma, sebab gempa sempat mengguncang kabupaten itu pada Juli lalu dengan kekuatan gempa awal magnitudo 5,9 yang terjadi di siang hari dan gempa susulan magnitudo 6,2 di malam hari.
"Sebagian dari mereka mengaku masih trauma dengan kejadian ini, sehingga pemerintah setempat masih mempertahankan posko pengungsian. Tempat pengungsian terbagi di tiga titik yakni rumah jabatan bupati, lalu di Desa Labuan dan Desa Padang Tumbuo," katanya.
Di posko pengungsian, katanya, pemerintah melalui Dinas Sosial setempat menyiapkan dapur umum untuk melayani kebutuhan makan para pengungsi, yang mana penyiapan logistik dibantu oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana), yang sebelumnya pengungsi gempa Tojo Una-Una kurang lebih 200 jiwa.
BPBD juga mengimbau, masyarakat harus bijak menyerap informasi-informasi dari media sosial agar tidak menimbulkan kepanikan bagi warga lain, karena informasi mengenai kebencanaan hanya bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Masyarakat jangan terpancing dengan informasi-informasi tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, yang tadinya situasi mulai kondusif akhirnya terjadi simpang-siur justru memperkeruh suasana," katanya.
Ia menambahkan, meski di tengah situasi bencana, namun warga wajib mematuhi protokol kesehatan COVID-19 khususnya mereka yang masih menempati posko pengungsian.
"Di posko pengungsian di sediakan tempat cuci tangan dan pemerintah juga membagikan masker kepada pengungsi termasuk menyemprot cairan disinfektan secara berkala secara teknis, kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat," demikian Iksan Badawi.
Baca juga: BPBD: Warga Tojo Una-Una masih bertahan di pengungsian akibat gempa
Baca juga: Puluhan rumah di Tojo Una-Una Sulteng rusak akibat gempa
Baca juga: Pemkab Tojo Una-Una upayakan stimulan korban gempa
Baca juga: Aktivitas warga Tojo Una-Una mulai normal setelah gempa magnitudo 6,5
Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: