Indonesia butuh 14 gigawatt pembangkit energi baru terbarukan
31 Agustus 2021 13:35 WIB
Tangkapan layar Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam diskusi daring bertajuk "peran PLTS untuk mencapai target energi terbarukan 23 persen pada 2025" yang dipantaui di Jakarta, Selasa (31/8/2021). ANTARA/Sugiharto Purnama.
Jakarta (ANTARA) - Jumlah sumbangan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional saat ini tercatat baru mencapai 11,2 persen atau masih terpaut jauh dengan target yang harus dicapai sebesar 23 persen pada 2025.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia butuh setidaknya 14 gigawatt agar target 23 persen itu bisa tercapai dalam waktu empat tahun lagi.
"Hitungan kami untuk mencapai target 23 persen tersebut, maka diperlukan paling tidak 14 gigawatt pembangkit energi terbarukan, sehingga 23 persen tadi bisa tercapai di 2025," ujarnya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Fabby mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai sumber daya energi hijau yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai target tersebut.
Menurutnya, dari semua teknologi yang tersedia di Indonesia hanya pembangkit listrik tenaga surya yang bisa dikembangkan secara cepat mulai dari skala kecil oleh sektor rumah tangga maupun skala besar yang dikembangkan oleh sektor industri dan bisnis.
"Oleh karena itu PLTS menjadi salah satu andalan dari pemerintah untuk bisa mencapai target itu," kata Fabby.
Dalam proses pengembangan PLTS, pemerintah memiliki tiga pendekatan, yaitu pengembangan PLTS skala besar dengan menargetkan pembangunan 4,68 gigawatt, PLTS terapung di 271 lokasi danau dan waduk sebesar 26,65 gigawatt, serta PLTS atap dengan target mencapai 3,61 gigawatt.
Selain mendorong pengembangan energi berbasis matahari, pemerintah juga punya beberapa strategi lainnya dalam upaya meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan pada bauran energi pembangkit listrik nasional, di antaranya pengembangan smart grid, revisi grid code, hingga penyusunan Rancangan Peraturan Presiden mengenai energi baru terbarukan.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis pemerintah tahun 2020, kapasitas pembangkit energi terbarukan di Indonesia masih berjumlah 10.467 megawatt yang terdiri atas 3,6 megawatt tenaga hybrid, 154,3 megawatt tenaga angin, 153,8 megawatt tenaga surya, 1.903,5 megawatt tenaga biomassa, 2.130,7 megawatt tenaga panas bumi, dan 6.121 megawatt tenaga air.
Pemerintah menargetkan kapasitas terpasang listrik ramah lingkungan tahun 2025 dapat mencapai 24.000 megawatt. Selanjutnya, jumlah itu bertambah menjadi 38.000 megawatt pada 2035.
Baca juga: Industri dukung akselerasi penggunaan energi terbarukan RI
Baca juga: Pemerintah diminta tingkatkan anggaran energi terbarukan
Baca juga: Masa depan energi Indonesia ada di laut
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia butuh setidaknya 14 gigawatt agar target 23 persen itu bisa tercapai dalam waktu empat tahun lagi.
"Hitungan kami untuk mencapai target 23 persen tersebut, maka diperlukan paling tidak 14 gigawatt pembangkit energi terbarukan, sehingga 23 persen tadi bisa tercapai di 2025," ujarnya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Fabby mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai sumber daya energi hijau yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai target tersebut.
Menurutnya, dari semua teknologi yang tersedia di Indonesia hanya pembangkit listrik tenaga surya yang bisa dikembangkan secara cepat mulai dari skala kecil oleh sektor rumah tangga maupun skala besar yang dikembangkan oleh sektor industri dan bisnis.
"Oleh karena itu PLTS menjadi salah satu andalan dari pemerintah untuk bisa mencapai target itu," kata Fabby.
Dalam proses pengembangan PLTS, pemerintah memiliki tiga pendekatan, yaitu pengembangan PLTS skala besar dengan menargetkan pembangunan 4,68 gigawatt, PLTS terapung di 271 lokasi danau dan waduk sebesar 26,65 gigawatt, serta PLTS atap dengan target mencapai 3,61 gigawatt.
Selain mendorong pengembangan energi berbasis matahari, pemerintah juga punya beberapa strategi lainnya dalam upaya meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan pada bauran energi pembangkit listrik nasional, di antaranya pengembangan smart grid, revisi grid code, hingga penyusunan Rancangan Peraturan Presiden mengenai energi baru terbarukan.
Berdasarkan data terakhir yang dirilis pemerintah tahun 2020, kapasitas pembangkit energi terbarukan di Indonesia masih berjumlah 10.467 megawatt yang terdiri atas 3,6 megawatt tenaga hybrid, 154,3 megawatt tenaga angin, 153,8 megawatt tenaga surya, 1.903,5 megawatt tenaga biomassa, 2.130,7 megawatt tenaga panas bumi, dan 6.121 megawatt tenaga air.
Pemerintah menargetkan kapasitas terpasang listrik ramah lingkungan tahun 2025 dapat mencapai 24.000 megawatt. Selanjutnya, jumlah itu bertambah menjadi 38.000 megawatt pada 2035.
Baca juga: Industri dukung akselerasi penggunaan energi terbarukan RI
Baca juga: Pemerintah diminta tingkatkan anggaran energi terbarukan
Baca juga: Masa depan energi Indonesia ada di laut
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: