Artikel
Satu rekening satu pelajar, strategi OJK ajak menabung sejak dini
Oleh Muhammad Harianto
30 Agustus 2021 20:47 WIB
Ilustrasi - Siswa penerima manfaat beasiswa pendidikan anak peserta program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian menunjukkan buku tabungan dan plakat saat acara penyerahan di Jakarta, Rabu (21/4/2021). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa
Kendari (ANTARA) - Menabung sejak dini adalah hal yang perlu ditanamkan dalam diri seseorang terutama sejak dini guna menghindari sikap boros.
Dengan menyisihkan uang untuk menabung, maka anak-anak akan belajar salah satu konsep dasar pengelolaan keuangan yang akan sangat bermanfaat jika dibudayakan hingga mereka dewasa.
Menanamkan budaya menabung sejak dini, saat ini juga tengah dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Program Satu Rekening Satu Pelajar (Kejar).
Program Kejar merupakan salah satu strategi OJK meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar untuk membantu membentuk karakter anak Indonesia yang membudayakan menabung sejak dini, termasuk di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra).
Acara puncak Program Nasional Kejar ini digelar di Jakarta dan serentak di masing masing daerah secara virtual dan diikuti ribuan pelajar dari sejumlah sekolah dari tingkat SD sampai SMA pada bulan Agustus 2021. Sedangkan untuk kegiatan Kejar di wilayah Sultra diikuti oleh sekitar 450 pelajar dari seluruh 17 kabupaten/kota.
Program Kejar yang digalakkan OJK diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan khususnya kepada para pelajar sehingga mereka dapat menanamkan budaya menabung sejak dini yang kemudian dapat dirasakan manfaatnya di kemudian hari.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan penyediaan akses keuangan untuk masyarakat termasuk untuk pelajar merupakan tanggung jawab semua pihak, karena inklusi keuangan merupakan bagian penting dalam upaya pemulihan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
Perluasan akses keuangan untuk pelajar, yang dibarengi dengan upaya literasi keuangan dan perlindungan konsumen, sangatlah strategis. Menurut dia, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai tingkat inklusi keuangan sebesar 90 persen pada tahun 2024.
Kepala OJK Sultra Arjaya Dwi Raya mengungkapkan bahwa pada periode Januari-Maret 2021 pembukaan rekening Simpanan Pelajar (simpel) iB sebanyak 29,03 juta rekening dari para pelajar di 403.095 sekolah di Indonesia dengan nominal tabungan mencapai Rp5,99 Triliun.
Pencapaian program Satu Rekening Satu Pelajar yang di targetkan sebanyak 64.634.863 rekening untuk sekolah baik yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) sampai dengan tahun 2021 telah mencapai 38,26 juta rekening atau berarti bahwa 59,20 persen pelajar di Indonesia telah memiliki rekening.
Baca juga: OJK dukung literasi dan inklusi digital hingga ke desa
Budaya menabung
Program Kejar itu sendiri merupakan salah satu bentuk implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung, yang memiliki tujuan agar setiap pelajar di Indonesia memiliki rekening sehingga budaya menabung di Lembaga Jasa Keuangan (LJK) formal dapat dilakukan sejak dini.
Gerakan menabung untuk pelajar merupakan hal yang sangat krusial mengingat jumlahnya yang besar, yaitu sekitar 65 juta pelajar, atau 25 peresen dari total penduduk dan termasuk kategori pelaku ekonomi yang sangat strategis yang perlu dibekali pemahaman keuangan yang memadai.
Selain itu, survei OJK 2019 menunjukkan bahwa para pelajar umumnya memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif rendah. DIketahui bahwa tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun hanya 16 persen, atau jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional sebesar 38 persen.
Senada dengan tingkat literasi, tingkat inklusi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun tersebut juga relatif rendah, yaitu 58 persen, atau jauh di bawah tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76 persen.
Para pelajar juga lebih rentan dari sisi keuangan karena belum memahami pentingnya menabung atau berinvestasi termasuk menyiapkan dana darurat serta mudah dipengaruhi tawaran influencer di media sosial.
Pemerintah juga telah mencanangkan program Aksi Indonesia Menabung melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif sebagai langkah strategis yang memberikan manfaat yang besar dan mendorong masyarakat untuk menabung di lembaga jasa keuangan formal.
Pada tahun 2021, ditargetkan 70 persen pelajar di Indonesia memiliki rekening tabungan, dan data sampai dengan triwulan II tahun 2021, tercatat sebanyak 40,8 juta (63,14 persen) pelajar di Indonesia telah memiliki rekening tabungan dengan total nominal sebesar Rp26,30 triliun.
Oleh karena itu, menurut dia, melalui program Kejar yang bertepatan dengan momen Hari Indonesia Menabung (HIM) yang jatuh pada bulan Agustus ini, merupakan salah satu bentuk dukungan dari OJK untuk memperluas serta peningkatan akses dan literasi keuangan masyarakat hingga ke pelosok negeri.
Baca juga: Literasi perlu digencarkan untuk masyarakat pahami keuangan digital
Berbasis teknologi
Dengan adanya pandemi ini Forum Jasa Keuangan atau Lembaga Keuangan terus menggunakan teknologi informasi dan penggunaan digital perbankan, sehingga pelayanan produk dari perbankan bisa berbasis teknologi seperti aktivitas dalam melakukan pembukaan tabungan ini bisa dilakukan secara daring saja.
Untuk menarik minat para pelajar terhadap Program Kejar, OJK Sultra terus berupaya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, baik mendatangi sekolah secara langsung maupun melalui teknologi informasi digital.
OJK Sultra menegaskan, terkait jumlah target pelajar yang disasar nantinya untuk memiliki rekening tidak ditentukan, hanya saja akan diupayakan sebanyak mungkin.
Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara Lukman Abunawas mendukung program Kejar Prestasi Anak Indonesia (Kreasi) secara nasional dengan target satu rekening satu pelajar (Kejar) yang digagas oleh OJK
Pemerintah Provinsi Sultra mendukung penuh keberhasilan program Kejar dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan dan menumbuhkan kesadaran pelajar untuk mulai menabung melalui rekening tabungan di sektor jasa keuangan.
Menurut Wagub, pandemi COVID-19 menjadi pelajaran berharga tentang kondisi yang tidak pasti dan perlu dihadapi dengan persiapan keuangan, seperti dana darurat yang disisihkan pada saat kondisi normal akan menjadi benteng pertahanan di masa darurat saat ini.
Baca juga: Menkeu: Pendalaman sektor keuangan ciptakan ekonomi berkelanjutan
Hindari konsumtif
Oleh karena itu, Wagub Sultra mengajak untuk menanamkan budaya menabung sejak dini kepada anak-anak pelajar di Sultra dengan manfaat mendidik untuk belajar disiplin, membentuk pola pikir menghargai uang, dan menghindari perilaku konsumtif.
"Menabung dapat memberikan pemahaman pengelolaan keuangan yang lebih baik sehingga generasi Indonesia dapat memaksimalkan potensi aset yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya," kata Lukman.
Wagub menambahkan, perluasan akses keuangan menjadi prioritas pemerintah dan dengan budaya menabung dapat mendukung pembangunan Indonesia.
Kebijakan peningkatan akses layanan keuangan formal di masyarakat dapat mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 sebagai upaya memperkuat ketahanan ekonomi demi pertumbuhan yang berkualitas serta mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan.
Lukman mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat tabungan masyarakat di suatu negara, akan menggerakkan roda perekonomian melalui tersedianya dana yang dapat disalurkan guna investasi, baik di sektor rill maupun sektor keuangan.
Oleh karena itu, penting pula untuk diingat agar budaya menabung bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak belia karena dapat mengajarkan generasi bangsa kita agar tidak boros, membentuk pola pikir menghargai uang, dan menghindari perilaku konsumtif yang sifatnya pemborosan.
Baca juga: LPS: Kemampuan literasi penting dalam keputusan keuangan individu
Dengan menyisihkan uang untuk menabung, maka anak-anak akan belajar salah satu konsep dasar pengelolaan keuangan yang akan sangat bermanfaat jika dibudayakan hingga mereka dewasa.
Menanamkan budaya menabung sejak dini, saat ini juga tengah dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Program Satu Rekening Satu Pelajar (Kejar).
Program Kejar merupakan salah satu strategi OJK meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar untuk membantu membentuk karakter anak Indonesia yang membudayakan menabung sejak dini, termasuk di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra).
Acara puncak Program Nasional Kejar ini digelar di Jakarta dan serentak di masing masing daerah secara virtual dan diikuti ribuan pelajar dari sejumlah sekolah dari tingkat SD sampai SMA pada bulan Agustus 2021. Sedangkan untuk kegiatan Kejar di wilayah Sultra diikuti oleh sekitar 450 pelajar dari seluruh 17 kabupaten/kota.
Program Kejar yang digalakkan OJK diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan khususnya kepada para pelajar sehingga mereka dapat menanamkan budaya menabung sejak dini yang kemudian dapat dirasakan manfaatnya di kemudian hari.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan penyediaan akses keuangan untuk masyarakat termasuk untuk pelajar merupakan tanggung jawab semua pihak, karena inklusi keuangan merupakan bagian penting dalam upaya pemulihan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
Perluasan akses keuangan untuk pelajar, yang dibarengi dengan upaya literasi keuangan dan perlindungan konsumen, sangatlah strategis. Menurut dia, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai tingkat inklusi keuangan sebesar 90 persen pada tahun 2024.
Kepala OJK Sultra Arjaya Dwi Raya mengungkapkan bahwa pada periode Januari-Maret 2021 pembukaan rekening Simpanan Pelajar (simpel) iB sebanyak 29,03 juta rekening dari para pelajar di 403.095 sekolah di Indonesia dengan nominal tabungan mencapai Rp5,99 Triliun.
Pencapaian program Satu Rekening Satu Pelajar yang di targetkan sebanyak 64.634.863 rekening untuk sekolah baik yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag) sampai dengan tahun 2021 telah mencapai 38,26 juta rekening atau berarti bahwa 59,20 persen pelajar di Indonesia telah memiliki rekening.
Baca juga: OJK dukung literasi dan inklusi digital hingga ke desa
Budaya menabung
Program Kejar itu sendiri merupakan salah satu bentuk implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung, yang memiliki tujuan agar setiap pelajar di Indonesia memiliki rekening sehingga budaya menabung di Lembaga Jasa Keuangan (LJK) formal dapat dilakukan sejak dini.
Gerakan menabung untuk pelajar merupakan hal yang sangat krusial mengingat jumlahnya yang besar, yaitu sekitar 65 juta pelajar, atau 25 peresen dari total penduduk dan termasuk kategori pelaku ekonomi yang sangat strategis yang perlu dibekali pemahaman keuangan yang memadai.
Selain itu, survei OJK 2019 menunjukkan bahwa para pelajar umumnya memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif rendah. DIketahui bahwa tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun hanya 16 persen, atau jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional sebesar 38 persen.
Senada dengan tingkat literasi, tingkat inklusi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun tersebut juga relatif rendah, yaitu 58 persen, atau jauh di bawah tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76 persen.
Para pelajar juga lebih rentan dari sisi keuangan karena belum memahami pentingnya menabung atau berinvestasi termasuk menyiapkan dana darurat serta mudah dipengaruhi tawaran influencer di media sosial.
Pemerintah juga telah mencanangkan program Aksi Indonesia Menabung melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif sebagai langkah strategis yang memberikan manfaat yang besar dan mendorong masyarakat untuk menabung di lembaga jasa keuangan formal.
Pada tahun 2021, ditargetkan 70 persen pelajar di Indonesia memiliki rekening tabungan, dan data sampai dengan triwulan II tahun 2021, tercatat sebanyak 40,8 juta (63,14 persen) pelajar di Indonesia telah memiliki rekening tabungan dengan total nominal sebesar Rp26,30 triliun.
Oleh karena itu, menurut dia, melalui program Kejar yang bertepatan dengan momen Hari Indonesia Menabung (HIM) yang jatuh pada bulan Agustus ini, merupakan salah satu bentuk dukungan dari OJK untuk memperluas serta peningkatan akses dan literasi keuangan masyarakat hingga ke pelosok negeri.
Baca juga: Literasi perlu digencarkan untuk masyarakat pahami keuangan digital
Berbasis teknologi
Dengan adanya pandemi ini Forum Jasa Keuangan atau Lembaga Keuangan terus menggunakan teknologi informasi dan penggunaan digital perbankan, sehingga pelayanan produk dari perbankan bisa berbasis teknologi seperti aktivitas dalam melakukan pembukaan tabungan ini bisa dilakukan secara daring saja.
Untuk menarik minat para pelajar terhadap Program Kejar, OJK Sultra terus berupaya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, baik mendatangi sekolah secara langsung maupun melalui teknologi informasi digital.
OJK Sultra menegaskan, terkait jumlah target pelajar yang disasar nantinya untuk memiliki rekening tidak ditentukan, hanya saja akan diupayakan sebanyak mungkin.
Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara Lukman Abunawas mendukung program Kejar Prestasi Anak Indonesia (Kreasi) secara nasional dengan target satu rekening satu pelajar (Kejar) yang digagas oleh OJK
Pemerintah Provinsi Sultra mendukung penuh keberhasilan program Kejar dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan dan menumbuhkan kesadaran pelajar untuk mulai menabung melalui rekening tabungan di sektor jasa keuangan.
Menurut Wagub, pandemi COVID-19 menjadi pelajaran berharga tentang kondisi yang tidak pasti dan perlu dihadapi dengan persiapan keuangan, seperti dana darurat yang disisihkan pada saat kondisi normal akan menjadi benteng pertahanan di masa darurat saat ini.
Baca juga: Menkeu: Pendalaman sektor keuangan ciptakan ekonomi berkelanjutan
Hindari konsumtif
Oleh karena itu, Wagub Sultra mengajak untuk menanamkan budaya menabung sejak dini kepada anak-anak pelajar di Sultra dengan manfaat mendidik untuk belajar disiplin, membentuk pola pikir menghargai uang, dan menghindari perilaku konsumtif.
"Menabung dapat memberikan pemahaman pengelolaan keuangan yang lebih baik sehingga generasi Indonesia dapat memaksimalkan potensi aset yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya," kata Lukman.
Wagub menambahkan, perluasan akses keuangan menjadi prioritas pemerintah dan dengan budaya menabung dapat mendukung pembangunan Indonesia.
Kebijakan peningkatan akses layanan keuangan formal di masyarakat dapat mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 sebagai upaya memperkuat ketahanan ekonomi demi pertumbuhan yang berkualitas serta mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan.
Lukman mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat tabungan masyarakat di suatu negara, akan menggerakkan roda perekonomian melalui tersedianya dana yang dapat disalurkan guna investasi, baik di sektor rill maupun sektor keuangan.
Oleh karena itu, penting pula untuk diingat agar budaya menabung bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak belia karena dapat mengajarkan generasi bangsa kita agar tidak boros, membentuk pola pikir menghargai uang, dan menghindari perilaku konsumtif yang sifatnya pemborosan.
Baca juga: LPS: Kemampuan literasi penting dalam keputusan keuangan individu
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021
Tags: