Airlangga: Genjot produktivitas industri kelapa lewat smart farming
30 Agustus 2021 19:28 WIB
Ilustrasi - Sejumlah petan mengangkut tandan buah segar (TBS) hasil panen kelapa sawit ke dalam truk. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/pd/aa.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan teknologi inovatif berupa smart farming dapat meningkatkan produksi industri kelapa secara signifikan dari segi produktivitas maupun keberlanjutan.
“Teknologi inovatif untuk pengembangan kelapa berkelanjutan adalah hilirisasi produk kelapa seperti minyak kelapa, minyak kelapa murni, dan fitonutrien yang memiliki nilai tambah produk yang tinggi,” kata Menko Airlangga dalam acara 49th International Cocotech Conference and Exhibition secara daring, Senin.
Menko Airlangga menyampaikan sektor pertanian memiliki peran penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan pada tahun 2020 menyumbang PDB sebesar 13,70 persen, terbesar kedua setelah sektor manufaktur. Sektor pertanian masih tetap tumbuh positif sebesar 0,38 persen (yoy) pada kuartal II-2021.
“Komoditas kelapa termasuk dalam sektor pertanian yang menjadi salah satu komoditas ekspor yang penting pada tanaman perkebunan. Kelapa harus masuk dalam rantai nilai global untuk mendapatkan nilai komoditas yang optimal dalam perdagangan internasional,” ujar Airlangga.
Baca juga: Menko Airlangga: Tingginya permintaan buah-buahan jadi peluang ekspor
Penerapan smart farming pada tanaman kelapa berupa pengecekan kesehatan tanah, irigasi mikro, diversifikasi tanaman/agroforestry, palm climbing machine, robotic palm harvestors, neera harvestors, red palm weevil detector, air blast sprayer, surveillance plant condition using image analysis/machine learning, pathogen detection, dan automation in coconut tissue culture.
"Dari segi lingkungan, aspek ramah lingkungan dari buah kelapa merupakan kapasitasnya dalam menyerap karbon sekitar 5,6 ton CO2/ha per tahun dan penerapan agroforestri kelapa.
Ia berharap negara-negara anggota International Coconut Community (ICC) dapat terus mendukung pembangunan kelapa berkelanjutan di negaranya masing-masing mengingat kontribusi kelapa yang besar tidak hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari aspek sosial dan lingkungan.
Baca juga: Menko Airlangga: Kolaborasi kunci pemulihan ekonomi nasional
Ia menegaskan, pemerintah Indonesia juga akan terus mendukung sektor kelapa dan sekretariat ICC yang ada di Indonesia. Terlebih 95 persen kepemilikan kelapa merupakan petani kecil yang keberadaannya perlu diperhatikan.
“Saya berharap konferensi dan pameran ini dapat menginspirasi semua negara penghasil kelapa untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi dari hilirisasi industri kelapa dan meningkatkan produktivitas dengan menggunakan teknologi,” tutur Airlangga.
“Teknologi inovatif untuk pengembangan kelapa berkelanjutan adalah hilirisasi produk kelapa seperti minyak kelapa, minyak kelapa murni, dan fitonutrien yang memiliki nilai tambah produk yang tinggi,” kata Menko Airlangga dalam acara 49th International Cocotech Conference and Exhibition secara daring, Senin.
Menko Airlangga menyampaikan sektor pertanian memiliki peran penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia dan pada tahun 2020 menyumbang PDB sebesar 13,70 persen, terbesar kedua setelah sektor manufaktur. Sektor pertanian masih tetap tumbuh positif sebesar 0,38 persen (yoy) pada kuartal II-2021.
“Komoditas kelapa termasuk dalam sektor pertanian yang menjadi salah satu komoditas ekspor yang penting pada tanaman perkebunan. Kelapa harus masuk dalam rantai nilai global untuk mendapatkan nilai komoditas yang optimal dalam perdagangan internasional,” ujar Airlangga.
Baca juga: Menko Airlangga: Tingginya permintaan buah-buahan jadi peluang ekspor
Penerapan smart farming pada tanaman kelapa berupa pengecekan kesehatan tanah, irigasi mikro, diversifikasi tanaman/agroforestry, palm climbing machine, robotic palm harvestors, neera harvestors, red palm weevil detector, air blast sprayer, surveillance plant condition using image analysis/machine learning, pathogen detection, dan automation in coconut tissue culture.
"Dari segi lingkungan, aspek ramah lingkungan dari buah kelapa merupakan kapasitasnya dalam menyerap karbon sekitar 5,6 ton CO2/ha per tahun dan penerapan agroforestri kelapa.
Ia berharap negara-negara anggota International Coconut Community (ICC) dapat terus mendukung pembangunan kelapa berkelanjutan di negaranya masing-masing mengingat kontribusi kelapa yang besar tidak hanya dari aspek ekonomi, tetapi juga dari aspek sosial dan lingkungan.
Baca juga: Menko Airlangga: Kolaborasi kunci pemulihan ekonomi nasional
Ia menegaskan, pemerintah Indonesia juga akan terus mendukung sektor kelapa dan sekretariat ICC yang ada di Indonesia. Terlebih 95 persen kepemilikan kelapa merupakan petani kecil yang keberadaannya perlu diperhatikan.
“Saya berharap konferensi dan pameran ini dapat menginspirasi semua negara penghasil kelapa untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi dari hilirisasi industri kelapa dan meningkatkan produktivitas dengan menggunakan teknologi,” tutur Airlangga.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: