Psikolog: Perempuan laki-laki perlu bermitra, cegah kekerasan seksual
28 Agustus 2021 19:41 WIB
Tangkapan layar diskusi secara virtual, Denpasar, Bali, Sabtu (28/08/2021). ANTARA/Body Shop Indonesia. (Antara/Ayu Khania Pranisitha/2021)
Denpasar (ANTARA) - Psikolog Klinis Dewasa Yayasan Pulih Jane L. Pietra mengatakan keberadaan perempuan dan laki-laki saat ini perlu bermitra untuk mencapai kesetaraan dan mencegah kekerasan seksual.
"Bukan hanya salah satu pihak saja yang akan diuntungkan, namun keduanya. Penting adanya peran laki-laki yang ingin melakukan dan membawa perubahan," kata Jane dalam pertemuan edukasi secara virtual, di Denpasar, Bali, Sabtu.
Ia mengatakan selama ini, laki-laki mungkin masih belum memiliki banyak contoh atau mendapatkan ruang aman untuk berbagi mengenai pemikirannya dan emosinya, terutama ketika ingin mendukung perempuan. Sehingga memang menjadi penting juga untuk menciptakan dukungan bagi laki-laki yang ingin melakukan dan membawa perubahan.
Apabila dilihat secara dampak psikologis bahwa pelecehan seksual hanya menjadi salah satu bagian dari kekerasan seksual. Jika dilihat dalam jangka panjang dampaknya bergerak masif tidak hanya bagi perempuan tapi juga laki-laki.
Baca juga: KPAI: Orang tua harus peka temu kenali kekerasan seksual pada anak
Baca juga: Kasus kekerasan seksual di dunia maya meningkat pesat di masa pandemi
Ia mengatakan bahwa kekerasan seksual tidak mengenal gender dan perlu memaksimalkan peran laki-laki menjadi pendukung dalam pencegahan kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat.
"Kalau dilihat ada dampak ekologi yang terjadi, dan sosial ekonomi, tidak hanya faktor psikologi. Secara psikologis para korban ini akan merasa kotor dan sebagainya karena adanya norma-norma di masyarakat. dampak trauma yang besar apalagi dampak jangka panjangnya dalam konteks sosial bisa jadi dikucilkan dan kesulitan cari akses pekerjaan," katanya.
Melalui Kampanye No! Go! Tell! yang serentak dilaksanakan ini diharapkan dapat mengisi kebutuhan edukasi, karena selama belum ada hukum yang cukup kuat.
Adapun langkah yang dipersiapkan adalah memberikan edukasi mengenai kesetaraan gender dan pemahaman mengenai bahaya kekerasan seksual khususnya kepada generasi muda. Dengan melibatkan The Body Shop® Indonesia bersama Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), Magdalene, Yayasan Pulih, dan Makassar International Writers Festival.
Sementara itu, Head of Values, Community & Public Relations The Body Shop® Indonesia Ratu Ommaya, menambahkan minimnya keterlibatan laki-laki dalam isu kekerasan seksual perlu didorong agar isu ini bukan hanya fokus perempuan.
"Untuk menjawab permasalahan bagaimana peran laki-laki hadir sebagai he for she sebagai bentuk perlindungan perempuan dan anak dengan memposisikan pria agar lebih peduli terhadap kesetaraan gender di Indonesia," katanya.
"Bukan hanya salah satu pihak saja yang akan diuntungkan, namun keduanya. Penting adanya peran laki-laki yang ingin melakukan dan membawa perubahan," kata Jane dalam pertemuan edukasi secara virtual, di Denpasar, Bali, Sabtu.
Ia mengatakan selama ini, laki-laki mungkin masih belum memiliki banyak contoh atau mendapatkan ruang aman untuk berbagi mengenai pemikirannya dan emosinya, terutama ketika ingin mendukung perempuan. Sehingga memang menjadi penting juga untuk menciptakan dukungan bagi laki-laki yang ingin melakukan dan membawa perubahan.
Apabila dilihat secara dampak psikologis bahwa pelecehan seksual hanya menjadi salah satu bagian dari kekerasan seksual. Jika dilihat dalam jangka panjang dampaknya bergerak masif tidak hanya bagi perempuan tapi juga laki-laki.
Baca juga: KPAI: Orang tua harus peka temu kenali kekerasan seksual pada anak
Baca juga: Kasus kekerasan seksual di dunia maya meningkat pesat di masa pandemi
Ia mengatakan bahwa kekerasan seksual tidak mengenal gender dan perlu memaksimalkan peran laki-laki menjadi pendukung dalam pencegahan kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat.
"Kalau dilihat ada dampak ekologi yang terjadi, dan sosial ekonomi, tidak hanya faktor psikologi. Secara psikologis para korban ini akan merasa kotor dan sebagainya karena adanya norma-norma di masyarakat. dampak trauma yang besar apalagi dampak jangka panjangnya dalam konteks sosial bisa jadi dikucilkan dan kesulitan cari akses pekerjaan," katanya.
Melalui Kampanye No! Go! Tell! yang serentak dilaksanakan ini diharapkan dapat mengisi kebutuhan edukasi, karena selama belum ada hukum yang cukup kuat.
Adapun langkah yang dipersiapkan adalah memberikan edukasi mengenai kesetaraan gender dan pemahaman mengenai bahaya kekerasan seksual khususnya kepada generasi muda. Dengan melibatkan The Body Shop® Indonesia bersama Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), Magdalene, Yayasan Pulih, dan Makassar International Writers Festival.
Sementara itu, Head of Values, Community & Public Relations The Body Shop® Indonesia Ratu Ommaya, menambahkan minimnya keterlibatan laki-laki dalam isu kekerasan seksual perlu didorong agar isu ini bukan hanya fokus perempuan.
"Untuk menjawab permasalahan bagaimana peran laki-laki hadir sebagai he for she sebagai bentuk perlindungan perempuan dan anak dengan memposisikan pria agar lebih peduli terhadap kesetaraan gender di Indonesia," katanya.
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: