UMKM Lampung: Pemasaran digital solusi penjualan saat PPKM
28 Agustus 2021 15:39 WIB
Sulastri salah seorang pelaku UMKM batik tulis Lampung tengah mencanting kain. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.
Bandarlampung (ANTARA) - Sejumlah pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Lampung menyatakan pemasaran melalui digital dapat menjadi solusi bagi pelaku usaha dalam memasarkan produk selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Saat ini di Kota Bandarlampung memang sedang PPKM level 4 jadi untuk memasarkan produk memang tidak secara langsung, tapi saat ini lewat media sosial ataupun di marketplace," ujar salah seorang pelaku UMKM, Sulastri, saat dihubungi di Bandarlampung, Sabtu.
Dia mengatakan melalui pemasaran digital pelaksanaan jual beli ataupun promosi produk menjadi lebih mudah dan tidak memakan waktu lama.
"Pemasaran saat ini pakai media sosial bisa sampai 5 lembar per bulan, biasanya hanya 1 sampai 2 lembar, harga kain batik tulis saya sekitar Rp800.000 per lembar," ujarnya.
Menurutnya, selama pandemi COVID-19 terutama saat PPKM level 4, sempat memangkas ruang gerak pelaku UMKM dalam memasarkan produk secara offline.
"Sempat kesulitan saat sekarang ini memasarkan offline biasa ikut bazar atau event, tapi untungnya sudah ada pemasaran digital jadi kita hanya dirumah saja dan peningkatan omzet lumayan saat ini juga," ucapnya.
Baca juga: Digitalisasi dan kolaborasi kunci UMKM tumbuhkan ekonomi inklusif
Baca juga: Mendag optimistis 30 juta UMKM bakal masuk perdagangan digital 2023
Dia mengatakan dengan jumlah pegawai 8 orang dirinya merasa terbantu dalam memasarkan produk secara digital sehingga pekerja pun dapat terus berproduksi untuk menopang perekonomian keluarga.
"Pegawai yang membuat batik ada 8 orang, kemarin sempat kawatir mereka harus dirumahkan karena produk tidak terjual, tapi untung saja ada solusi lewat online ini," katanya.
Manfaat atas penggunaan pemasaran digital selama pandemi COVID-19 dan PPKM juga dirasakan oleh pelaku UMKM lain asal Kabupaten Tanggamus, Sandra.
"Penjualan produk masih online ya, karena kemarin Tanggamus sempat PPKM level 3 meski sekarang sudah tidak lagi, jadi kemarin itu tidak ada jualan langsung," ucap Sandra.
Menurutnya, dengan pemasaran digital dirinya mampu menambah jumlah produk yang terjual dalam waktu yang singkat.
"Produk ada yang sudah dijual di marketplace, tapi banyak dijual lewat media sosial. Terjual cukup banyak dibanding jualan biasa," ujarnya.
Dia menjelaskan dengan adanya pemasaran secara digital pun dapat memperluas pemasaran hingga keluar Pulau Sumatera.
"Bulan ini ada sekitar 40 hingga 50 produk terjual sampai berbagai daerah, jadi lebih luas karena semua bisa melihat produk kita dan langsung menghubungi via telepon," katanya lagi.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia Perwakilan Lampung dari 2.900 pelaku UMKM yang mengikuti survei sebanyak 89 persen terdampak pandemi COVID-19, telah ada 60 hingga 70 persen yang memanfaatkan digitalisasi UMKM.
"Saat ini di Kota Bandarlampung memang sedang PPKM level 4 jadi untuk memasarkan produk memang tidak secara langsung, tapi saat ini lewat media sosial ataupun di marketplace," ujar salah seorang pelaku UMKM, Sulastri, saat dihubungi di Bandarlampung, Sabtu.
Dia mengatakan melalui pemasaran digital pelaksanaan jual beli ataupun promosi produk menjadi lebih mudah dan tidak memakan waktu lama.
"Pemasaran saat ini pakai media sosial bisa sampai 5 lembar per bulan, biasanya hanya 1 sampai 2 lembar, harga kain batik tulis saya sekitar Rp800.000 per lembar," ujarnya.
Menurutnya, selama pandemi COVID-19 terutama saat PPKM level 4, sempat memangkas ruang gerak pelaku UMKM dalam memasarkan produk secara offline.
"Sempat kesulitan saat sekarang ini memasarkan offline biasa ikut bazar atau event, tapi untungnya sudah ada pemasaran digital jadi kita hanya dirumah saja dan peningkatan omzet lumayan saat ini juga," ucapnya.
Baca juga: Digitalisasi dan kolaborasi kunci UMKM tumbuhkan ekonomi inklusif
Baca juga: Mendag optimistis 30 juta UMKM bakal masuk perdagangan digital 2023
Dia mengatakan dengan jumlah pegawai 8 orang dirinya merasa terbantu dalam memasarkan produk secara digital sehingga pekerja pun dapat terus berproduksi untuk menopang perekonomian keluarga.
"Pegawai yang membuat batik ada 8 orang, kemarin sempat kawatir mereka harus dirumahkan karena produk tidak terjual, tapi untung saja ada solusi lewat online ini," katanya.
Manfaat atas penggunaan pemasaran digital selama pandemi COVID-19 dan PPKM juga dirasakan oleh pelaku UMKM lain asal Kabupaten Tanggamus, Sandra.
"Penjualan produk masih online ya, karena kemarin Tanggamus sempat PPKM level 3 meski sekarang sudah tidak lagi, jadi kemarin itu tidak ada jualan langsung," ucap Sandra.
Menurutnya, dengan pemasaran digital dirinya mampu menambah jumlah produk yang terjual dalam waktu yang singkat.
"Produk ada yang sudah dijual di marketplace, tapi banyak dijual lewat media sosial. Terjual cukup banyak dibanding jualan biasa," ujarnya.
Dia menjelaskan dengan adanya pemasaran secara digital pun dapat memperluas pemasaran hingga keluar Pulau Sumatera.
"Bulan ini ada sekitar 40 hingga 50 produk terjual sampai berbagai daerah, jadi lebih luas karena semua bisa melihat produk kita dan langsung menghubungi via telepon," katanya lagi.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia Perwakilan Lampung dari 2.900 pelaku UMKM yang mengikuti survei sebanyak 89 persen terdampak pandemi COVID-19, telah ada 60 hingga 70 persen yang memanfaatkan digitalisasi UMKM.
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021
Tags: