Sleman (ANTARA) - Salak pondoh dari Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta masih mampu menembus pasar ekspor meskipun dampak bencana letusan Gunung Merapi mengakibatkan kualitas komoditas buah andalan Sleman tersebut menurun.

Kepada Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Slamet Riyadi Martoyo, Senin mengatakan saat ini memang ekspor salah masih sebatas di negara-negara yang standar impornya tidak terlalu ketat dan ekpor mencapai sekitar satu ton.

"Salah satu negara tujuan yang masih menerima produk salak pondoh dari Sleman adalah Singapura," katanya.

Menurut dia, selain itu negara tujuan ekspor seperti Cina juga masih bisa menerima meskipun harus dipilih salak yang lebih bersih dari abu vulkanik karena Cina memang agak ketat standarnya.

"Sebelumnya ekspor salak di sejumlah negara bisa sampai dua ton tiap kali panen," katanya.

Ia mengatakan, saat ini kerusakan salak memang belum sepenuhnya terdata, di wilayah Kabupaten Sleman kini terdapat 1.400 hektar kebun salak dengan total pohon 2,8 juta rumpun.

"Kerusakan kebun salak akibat bencana letusan Gunung Merapi ini memang sebagian besar masih bisa dilakukan perbaikan, kami akan melakukan beberapa program pemulihan dan pemberdayaan bagi petani, termasuk rencana bantuan bibit dan pupuk," katanya.

Slamet mengatakan, batang atau pelepah daaun salak yang tumbang butuh waktu hingga 1,5 tahun untuk dapat tumbuh kembali.

"Kami sarankan kepada petani salak untuk tidak memangkas semua dahan salak melainkan hanya yang benar-benar rusak saja," katanya.

Beberapa petani salak mengaku masih berharap pohon-pohon salak yang tumbang masih bisa tumbuh kembali dan mereka juga siap untuk menanam tanaman jenis lain seperti sayuran sambil menunggu pohon salak mereka mampu berproduksi kembali.

"Saya memiliki 1.000 pohon dan yang rusak sekitar separuh. Semoga besok cepat tumbuh lagi dan bisa panen normal," kata petani salak di Dusun Poncoh Wetan, Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman Sukatiyo.
(ANT/A024)