Jakarta (ANTARA) - Psikolog dan dosen Universitas Gajah Mada, Novi Poespita Chandra mengatakan institusi pendidikan perlu membangun dan memperkuat dukungan sosial kepada pelajar dan mahasiswa yang sedang berjuang menjalani pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19.

Ia menambahkan permasalahan yang dihadapi saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak hanya soal keterbatasan akses internet saja, tetapi juga kesehatan mental yang dirasakan para pelajar yang dapat mempengaruhi pencapaian akademik.

“Ternyata berdasarkan riset dari American College Health Association, 23,2 persen pelajar merasakan kecemasan, 15,4 persen lain merasakan depresi, dan 31,8 persen merasakan stres. Itu semua berdampak pada pencapaian akademis,” kata Novi saat konferensi pers virtual "Glow & Lovely Bintang Beasiswa 2021" di Jakarta, Jumat.

Baca juga: PJJ bikin stres? Kenali karakter anak agar belajar lancar

Baca juga: Kemendikbudristek: PJJ harus dilakukan secara menyenangkan


Ia melanjutkan studi tersebut juga menunjukkan hampir 91 persen mahasiswa merasakan stres melebihi sebelum masa pandemi.

“Ini merupakan salah satu hal penting yang harus diingat oleh seluruh institusi pendidikan, terutama pendidikan tinggi,” tuturnya.

“Yang terpenting adalah senantiasa memperhatikan kondisi well-being mahasiswa dan tidak hanya fokus pada capaian akademik saja,” kata Novi.

Novi juga menjelaskan otak bagian nalar pada manusia, yang mendukung proses berpikir pada pelajar, akan optimal ketika individu memiliki well-being yang baik atau dalam kondisi yang bahagia.

Jika individu tidak dalam kondisi bahagia dan tidak memiliki hormon-hormon dopamin, maka kondisi tersebut tidak bisa menstimulasi area penalaran dengan baik.

“Jika hal demikian terjadi, proses belajar yang semula diharapkan dapat menaikkan kompetensi akademik pun pada akhirnya tidak akan berlangsung secara optimal,” ujarnya.

Ia mengatakan otak bagian penalaran sangat berpengaruh pada kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah, baik masalah yang berkaitan dengan akademik maupun masalah konkret yang berkaitan dengan kehidupan.

“Ketika mengalami gangguan mental atau kesehatan mentalnya turun, individu tersebut tidak bisa berpikir dengan baik dan menyelesaikan permasalahan dengan baik, maka itu juga akan mempengaruhi hal-hal lainnya seperti emosi, stres, depresi, kecemasan, dan sebagainya,” katanya.

Novi membagikan enam kiat yang bisa diterapkan pelajar dan mahasiswa agar kesehatan mental selama studi tetap terjaga sehingga bisa meraih kesuksesan di masa depan.

“Pertama, penting sekali untuk mengenali diri sendiri karena dengan hal ini adik-adik bisa menentukan mimpi apa yang ingin dicapai,” tuturnya.

Kedua, batasi diri dari pikiran negatif dan temukan makna dari hal negatif yang dialami. Ketiga, bersyukur dengan apa yang dimiliki.

“Coba adik-adik catat setiap hari hal-hal positif apa yang sudah dilalui, seperti pengalaman dan pencapaian, sehingga kita bisa bersyukur apa yang dimiliki,” ujar Novi.

Keempat, jadi diri sendiri dan jadi yang terbaik dari versi diri sendiri. Kelima, percaya dengan kemampuan yang kita miliki karena setiap manusia selalu dibekali dengan keunikan dan kelebihan.

“Terakhir, kalau misalnya adik-adik mengalami kegagalan, jangan pernah takut. Karena kegagalan adalah bagian dari proses belajar,” pungkas Novi.

Baca juga: Mempersiapkan model pembelajaran pada era digitalisasi

Baca juga: Kemenag siapkan Rp479 miliar untuk bantuan akses internet dalam PJJ

Baca juga: ICE Institute gunakan teknologi yang terhubung dengan penyedia kerja