BRI ajak pelaku pasar mitigasi risiko ekonomi lewat Hedging School
27 Agustus 2021 12:25 WIB
Tangkapan layar Wakil Direktur Utama Bank BRI Catur Budi Harto dalam konferensi pers virtual Bangga Buatan Indonesia: Jatim UMKM BRILIANPRENEUR dengan tema LOKAL KEREN JATIM di Jakarta, Rabu (4/8/2021). ANTARA/Aji Cakti.
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai salah satu market maker di pasar keuangan Indonesia menyelenggarakan Hedging School agar pelaku pasar bisa menyiapkan berbagai strategi mitigasi risiko di tengah ketidakpastian pasar dan ekonomi.
“Hedging diibaratkan sebagai sebuah ‘asuransi’ bagi pelaku pasar untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi di masa mendatang,” kata Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Catur menyebutkan bahwa Indonesia mulai masuk ke fase pemulihan ekonomi. Namun demikian, dampak second wave COVID-19 mengharuskan masyarakat Indonesia untuk kembali melakukan PPKM ditambah dengan rencana tappering atau pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral AS The Fed menjadi tantangan tersendiri yang perlu diantisipasi.
Baca juga: BRI dorong sektor pertanian terus tumbuh di masa pandemi
Senada dengan Catur, Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Rahmatullah Sjamsudin menyebutkan bahwa hedging ibarat sebuah produk ‘wajib’ yang harus dimiliki oleh pelaku pasar.
“Dengan melakukan hedging, pelaku pasar telah memitigasi potensi risiko penguatan maupun pelemahan mata uang,” ujarnya.
Rahmatullah menambahkan, saat ini transaksi hedging masih memiliki porsi yang minim terhadap total transaksi valas di Indonesia. Tercatat transaksi hedging hanya 39 persen dari total transaksi valas di pasar valas Indonesia. Sehingga, kerjasama antar otoritas dan perbankan sangat dibutuhkan untuk edukasi, serta diseminasi hedging kepada pelaku pasar.
Selain itu, Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN Muhammad Khoerur Roziqin menyebutkan bahwa Kementerian BUMN sebagai bagian dari agen pembangunan turut berkontribusi atas peningkatan transaksi derivatif nasional.
“Hingga Q2 2021 tercatat 61 persen perusahaan BUMN telah melakukan aktivitas hedging,” tuturnya.
Baca juga: BRI raih penghargaan internasional Best Priority Banking
Demi penguatan aktivitas hedging terhadap perusahaan-perusahaan BUMN, Kementerian BUMN telah mengeluarkan Permen BUMN No. PER-09/MBU/2013 tentang kebijakan umum transaksi lindung nilai dan Surat Menteri BUMN No.S-388/MBU/07/2017 tentang Pedoman penyusunan transaksi hedging terhadap perusahaan BUMN.
Hadirnya Hedging School yang diselenggarakan oleh BRI, diharapkan dapat memberikan insight terkait produk-produk keuangan yang dapat menunjang aktivitas bisnisnya. Sebagai salah satu bank yang telah melayani transaksi hedging lebih dari 30 tahun, BRI telah dianugerahi beberapa penghargaan Internasional, di antaranya Best FX Bank for Retail Clients, Best FX Bank for Money Market Products, dan Best FX Bank for Structured Products.
“Hedging diibaratkan sebagai sebuah ‘asuransi’ bagi pelaku pasar untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi di masa mendatang,” kata Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Catur menyebutkan bahwa Indonesia mulai masuk ke fase pemulihan ekonomi. Namun demikian, dampak second wave COVID-19 mengharuskan masyarakat Indonesia untuk kembali melakukan PPKM ditambah dengan rencana tappering atau pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral AS The Fed menjadi tantangan tersendiri yang perlu diantisipasi.
Baca juga: BRI dorong sektor pertanian terus tumbuh di masa pandemi
Senada dengan Catur, Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Rahmatullah Sjamsudin menyebutkan bahwa hedging ibarat sebuah produk ‘wajib’ yang harus dimiliki oleh pelaku pasar.
“Dengan melakukan hedging, pelaku pasar telah memitigasi potensi risiko penguatan maupun pelemahan mata uang,” ujarnya.
Rahmatullah menambahkan, saat ini transaksi hedging masih memiliki porsi yang minim terhadap total transaksi valas di Indonesia. Tercatat transaksi hedging hanya 39 persen dari total transaksi valas di pasar valas Indonesia. Sehingga, kerjasama antar otoritas dan perbankan sangat dibutuhkan untuk edukasi, serta diseminasi hedging kepada pelaku pasar.
Selain itu, Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN Muhammad Khoerur Roziqin menyebutkan bahwa Kementerian BUMN sebagai bagian dari agen pembangunan turut berkontribusi atas peningkatan transaksi derivatif nasional.
“Hingga Q2 2021 tercatat 61 persen perusahaan BUMN telah melakukan aktivitas hedging,” tuturnya.
Baca juga: BRI raih penghargaan internasional Best Priority Banking
Demi penguatan aktivitas hedging terhadap perusahaan-perusahaan BUMN, Kementerian BUMN telah mengeluarkan Permen BUMN No. PER-09/MBU/2013 tentang kebijakan umum transaksi lindung nilai dan Surat Menteri BUMN No.S-388/MBU/07/2017 tentang Pedoman penyusunan transaksi hedging terhadap perusahaan BUMN.
Hadirnya Hedging School yang diselenggarakan oleh BRI, diharapkan dapat memberikan insight terkait produk-produk keuangan yang dapat menunjang aktivitas bisnisnya. Sebagai salah satu bank yang telah melayani transaksi hedging lebih dari 30 tahun, BRI telah dianugerahi beberapa penghargaan Internasional, di antaranya Best FX Bank for Retail Clients, Best FX Bank for Money Market Products, dan Best FX Bank for Structured Products.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: