Probolinggo (ANTARA News) - Warga sekitar Gunung Bromo, tepatnya di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jatim mengaku rugi hingga ratusan juta rupiah dalam sepekan, akibat ditutupnya wisata gunung.

Salah seorang warga setempat, Yono (55), mengatakan ditutupnya kawasan wisata Gunung Bromo sejak sepekan lalu akibat meningkatnya status gunung dari siaga ke awas, warga pun kehilangan mata pencaharian.

"Warga di sini merugi hingga ratusan juta rupiah karena tidak ada lagi wisatawan yang datang," katanya saat ditemui ANTARA News di sekitar lokasi wisata Gunung Bromo, Minggu.

Menurut dia, hampir sebagian besar warga di Desa Ngadisari mencari nafkah dengan cara menyewakan mobil jip, kuda, ojek, losmen atau vila, untuk para pengunjung yang ingin menikmati keindahan Gunung Bromo.

Semenjak ditutupnya kawasan tersebut, lanjut pria itu, jarang ada wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo sehingga roda perekonomian masyarakat menjadi tersendat. Pasalnya, mobil jip, kuda dan losmen menganggur karena tidak ada yang menyewa, namun tetap memerlukan biaya perawatan.

"Kalaupun ada, cuma satu dua orang saja," kata Yono, yang sehari-hari berprofesi sebagai penyewa mobil jip dan kuda.

Sebelum kawasan wisata ditutup, Yono mengaku mendapatkan omset hampir Rp1 juta dalam sehari. Penghasilan itu didapatnya dari menyewakan mobil jip seharga Rp150 ribu sekali putaran dan kuda dengan harga Rp300 ribu setiap putaran.

"Losmen saya juga ramai kalau sedang banyak wisatawan berkunjung," katanya.

Yono menandaskan, saat ini ia terbebani karena untuk mengurus kuda, biaya yang diperlukan guna membeli "katul" atau bahan pencampur minuman kuda, harganya mencapai Rp20 ribu perhari.

"Itu belum ditambah dengan biaya membeli rumputnya," ujarnya.

Ia sendiri menyayangkan ditutupnya kawasan tersebut karena peristiwa yang tengah berlangsung di Gunung Bromo merupakan rutinitas yang terjadi dalam lima tahun sekali.

Yono juga meyakini bahwa hal ini tidak berlangsung lama. "Paling terjadi selama 7 hari saja," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, warga di sini tetap tenang-tenang saja dan tidak terpengaruh dengan adanya kabar yang menyebutkan Gunung Bromo meletus dalam waktu dekat ini.

Hal sama juga dialami warga lainnya, Andik. Pemuda ini mengaku sewaan mobil jip berkurang drastis dibandingkan hari-hari normal.

"Sepi sekali, saya cuma duduk-duduk di sini karena kebanyakan menganggur," ujarnya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya berharap agar status Bromo bisa turun sehingga warga setempat bisa beraktivitas seperti biasanya.
(T.A052/P004/P003)