Mamuju (ANTARA News) - Sebanyak 424 kabupaten dari 576 kabupaten di Indonesia ditetapkan sebagai daerah Endemis Malaria, sehingga perlu dilakukan penanganan serius untuk memberantas penyakit tersebut.

Hal ini dikemukakan Global Fund Malaria Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dr. Lukman Hakim, di Mamuju, Sabtu.

Menurut Lukman, dari 424 kabupaten endemis Malaria tersebut, diperkirakan sekitar 45 persen penduduk Indonesia beresiko tertular penyakit Malaria.

Ia mengemukakan, penyakit Malaria bukan hanya persoalan kesehatan secara nasional, namun masalah ini juga terjadi di beberapa negara besar lainnya baik pada benua Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah dan benua Afrika.

"Pemyakit Malaria salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah masyarakat di dunia. Setiap tahun, lebih 500 juta manusia terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia," katanya.

Lukman menjelaskan, kasus terbanyak yang ditemukan terdapat di benua Afrika, namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa di benua Eropa.

Resiko penyakit malaria, kata dia, dapatmempengaruhi tingginya kematian bayi, anak balita, wanita hamil dan dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia.

"Penyakit Malaria di Indonesia semakin tinggu sejak tahun 2006 silam dengan jumlah kasus yang ditemukan sekitar 2 juta kasus malaria klinis, kemudian menurun pada tahun 2007 yang hanya menjadi 1,75 juta kasus," papar dia.

Dia mengemukakan, pada umumnya lokasi endemis malaria terdapat di desa-desa yang terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta perilaku hidup sehat yang kurang baik.

Dijelaskannya, hasil pelaksanaan kegiatan penanggulangan malaria di Indonesa pada periode 2000-2007 yang diukur dari berbagai indikator telah mengalai penurunan.

"Grafik telah menunjukkan terjadinya penurunan kasus penderita malaria klinis, namun grafik menunjukkan bahwa tahun 2007 silam masih terdapat 1.774.845 penderita klinis di Indonesia.

Hal ini pun kata dia, menjadi tantangan bagi segenap bangsa, bukan hanya tantangan bagi Kementerian kesehatan saja, namun upaya penanggulangan malaria masih memerlukan kepedulian dan dukungan segenap komponem bangsa dan rakyat Indonesia.

Ia juga menambahkan, untuk kondisi penyakit malaria di Sulbar juga termasuk daerah rawan penyebaran penyakit malaria.

"Kasus penderita penyakit Malaria yang dinyatakan positif di wilayah Sulbar mencapai angka sebesar 1.367 jiwa di tahun 2009 karena itu perlu gebrakan untuk memberantasnya," paparnya.

Lukman juga mengemukakan, dari lima kabupaten di provinsi terbungsu ini, jumlah penderita penyakit malaria yang positif tertinggi di Kabupaten Mamuju dengan jumlah kasus sekitar 563 jiwa, Mamuju Utara sebanyak 5 jiwa.

Sedangkan di Kabupaten Polman ditemukan sebanyak 124 jiwa terjangkit positif, 705 jiwa ditemukan di Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamasa dinyatakan belum ada kasus yang terdata.

Sementara itu, kata dia, penderita penyakit malaria klinis di Sulbar tercatat kabupaten Mamuju kembali menempati peringkat tertinggi dengan jumlah 16.810 jiwa di tahun 2009, Mamuju Utara sebanyak 370 jiwa, Polewali Mandar sebanyak 2.025 jiwa, Majene sebanyak 1.517 jiwa dan Mamasa sebesar 928 jiwa.

"Kondisi ini tentu sangat menggelitik hati kita untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit malaria itu karena dampaknya sangat besar dalam upaya peningkatan SDM itu sendriri," papar Lukman. (ACO/K004)