Taipei (ANTARA) - Pemerintah Taiwan mengatakan vaksin BioNTech SE COVID-19 tersedia lebih awal dari yang diperkirakan dan mereka berusaha untuk mendapatkannya dalam persaingan dengan negara lain.

Reuters melaporkan pada Rabu (25/8) bahwa Taiwan bisa mendapatkan pengiriman pertama vaksin buatan Jerman itu satu bulan lebih awal dari jadwal karena penundaan persetujuan peraturan suntikan untuk yang digunakan di daratan Cina membuat surplus tersedia untuk pulau itu.

Usaha keras Taiwan untuk mendapatkan vaksin itu, yang dikembangkan bersama dengan Pfizer Inc, telah menjadi isu drama politik dan diplomatik yang tinggi, setelah Taiwan menuduh China memblokir kesepakatan awal tahun ini, yang dibantah Beijing. China mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis adalah wilayah mereka.

Pemerintah Taiwan kemudian mengizinkan raksasa teknologi Foxconn, pendiri miliardernya Gerry Gou, dan TSMC untuk bernegosiasi atas namanya untuk memperoleh vaksin itu.. Kesepakatan $350 juta (Rp5 triliun) untuk 10 juta suntikan ditanda tangani bulan lalu, yang akan disumbangkan kepada pemerintah untuk didistribusikan.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam, Pusat Komando Epidemi Pusat Taiwan mengatakan telah diberitahu oleh TSMC bahwa kiriman tambahan vaksin yang dibuat untuk agen penjualan China BioNTech Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co Ltd akan "meninggalkan pabrik itu" pada paruh kedua Agustus.

"Kiriman vaksin ini lebih awal dari kiriman pertama pasokan yang dijadwalkan oleh unit donor. Banyak negara secara aktif berusaha untuk mendapatkannya. Jika Taiwan tidak mengupayakan, kiriman vaksin ini dapat dialihkan ke negara lain."

Vaksin-vaksin itu awalnya dimaksudkan untuk "tempat lain" dan memiliki nama Fosun dalam bahasa China, dan meskipun ini bukan tujuan awal Taiwan, itu dapat diterima, tambahnya.

"Selama kualitas vaksin terjamin, cara pelabelan bisa diberikan keleluasaan, sehingga pemerintah bisa menerimanya."

TSMC tidak segera menanggapi permintaan komentar.

BioNTech pada Rabu menolak berkomentar.

Salah satu poin awal yang mencuat adalah desakan pemerintah Taiwan bahwa vaksin berasal dari Jerman dalam kemasan aslinya, daripada apa pun yang menyiratkan Taiwan harus mengambil vaksin dari China, yang secara politis tidak dapat diterima oleh banyak orang Taiwan.

Sementara Kepala Eksekutif BioNTech Ugur Sahin mengatakan pada April ia berharap vaksin COVID-19-nya akan mendapat persetujuan dari otoritas China "paling lambat Juni", belum ada persetujuan yang diberikan. Suntikan ini disetujui di Hong Kong dan Makau yang dikelola China.

Sumber: Reuters
Baca juga: Taiwan puji Ceko sebagai mitra demokrasi, bersyukur atas vaksin
Baca juga: Perusahaan Taiwan-China sepakati pembelian 10 juta vaksin
Baca juga: Taiwan tuding China halangi kontrak vaksin COVID BioNTech