Airlangga: Ekonomi RI kuartal II tumbuh lampaui Korsel dan Vietnam
25 Agustus 2021 13:19 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian/pri. (ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan perekonomian Indonesia telah menunjukkan perbaikan di tengah pandemi COVID-19 dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen secara tahunan (yoy) di kuartal II 2021 yang melampaui pertumbuhan sejumlah negara, seperti Vietnam dan Korea Selatan.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen secara tahunan (yoy), tertinggi sejak era krisis subprime mortgage (penyebab krisis finansial global pada 2008). Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih tinggi dari negara-negara yang telah merilis angka pertumbuhan di kuartal II,” kata Menko Airlangga Hartarto dalam HSBC Summit dipantau di Jakarta, Rabu.
Menko Airlangga membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) yang tumbuh 5,9 persen dan Vietnam yang tumbuh 6,6 persen di kuartal II 2021. Ia mengatakan upaya pemerintah Indonesia dalam menekan laju penularan COVID-19 merupakan kunci utama dalam percepatan pemulihan ekonomi kuartal II 2021.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang pada kuartal II 2021 mencapai 5,9 persen (yoy),” ujar dia.
Selain itu Menko Airlangga menyebutkan permintaan domestik juga terus meningkat karena kegiatan industri berangsur pulih dengan peningkatan kapasitas produksi. Hal itu membuat investasi di kuartal II 2021 tumbuh 7,54 persen (yoy).
Baca juga: Menko optimis pertumbuhan ekonomi 2021 capai 3,7 persen
Dari faktor eksternal, menurut dia, perbaikan permintaan global juga telah menjadi stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi domestik. Ekspor Indonesia tumbuh signifikan yang mendorong berlanjutnya surplus neraca perdagangan selama 15 bulan terakhir. Permintaan global telah menjadi stimulus tambahan untuk mendorong ekspor tumbuh 31,78 persen (yoy) dan impor 31,22 persen (yoy) di kuartal II 2021.
Sementara indikator lainnya untuk ketahanan eksternal, yakni cadangan devisa juga terjaga dengan pencapaian 137 miliar dolar AS.
Ke depannya, kata Menko Airlangga, pemerintah tetap mengutamakan kebijakan pengendalian COVID-19 sebagai prasyarat pemulihan ekonomi. Maka dari itu, pemerintah juga telah menambah anggaran penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadi Rp744,7 triliun pada 2021. Kementerian Keuangan juga memprioritaskan anggaran kesehatan dan perlindungan sosial pada 2021 dan 2022.
Pada 2022 pemerintah berkomitmen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5-5,5 persen (yoy).
Beberapa strategi pemerintah ke depan, antara lain, menurut Menko Airlangga, adalah menerapkan Undang-Undang Cipta Kerja, yang salah satunya adalah dengan meluncurkan sistem pengurusan perizinan berbasis risiko (OSS).
Selain itu pemerintah juga sudah mendirikan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) untuk meningkatkan dan mengoptimalkan investasi yang dikelola dalam jangka panjang sehingga dapat mendukung pembiayaan pembangunan.
Baca juga: Di DPR, Sri Mulyani ungkap potensi pencapaian pertumbuhan ekonomi 2022
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen secara tahunan (yoy), tertinggi sejak era krisis subprime mortgage (penyebab krisis finansial global pada 2008). Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih tinggi dari negara-negara yang telah merilis angka pertumbuhan di kuartal II,” kata Menko Airlangga Hartarto dalam HSBC Summit dipantau di Jakarta, Rabu.
Menko Airlangga membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel) yang tumbuh 5,9 persen dan Vietnam yang tumbuh 6,6 persen di kuartal II 2021. Ia mengatakan upaya pemerintah Indonesia dalam menekan laju penularan COVID-19 merupakan kunci utama dalam percepatan pemulihan ekonomi kuartal II 2021.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang pada kuartal II 2021 mencapai 5,9 persen (yoy),” ujar dia.
Selain itu Menko Airlangga menyebutkan permintaan domestik juga terus meningkat karena kegiatan industri berangsur pulih dengan peningkatan kapasitas produksi. Hal itu membuat investasi di kuartal II 2021 tumbuh 7,54 persen (yoy).
Baca juga: Menko optimis pertumbuhan ekonomi 2021 capai 3,7 persen
Dari faktor eksternal, menurut dia, perbaikan permintaan global juga telah menjadi stimulus untuk mempercepat pemulihan ekonomi domestik. Ekspor Indonesia tumbuh signifikan yang mendorong berlanjutnya surplus neraca perdagangan selama 15 bulan terakhir. Permintaan global telah menjadi stimulus tambahan untuk mendorong ekspor tumbuh 31,78 persen (yoy) dan impor 31,22 persen (yoy) di kuartal II 2021.
Sementara indikator lainnya untuk ketahanan eksternal, yakni cadangan devisa juga terjaga dengan pencapaian 137 miliar dolar AS.
Ke depannya, kata Menko Airlangga, pemerintah tetap mengutamakan kebijakan pengendalian COVID-19 sebagai prasyarat pemulihan ekonomi. Maka dari itu, pemerintah juga telah menambah anggaran penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadi Rp744,7 triliun pada 2021. Kementerian Keuangan juga memprioritaskan anggaran kesehatan dan perlindungan sosial pada 2021 dan 2022.
Pada 2022 pemerintah berkomitmen untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5-5,5 persen (yoy).
Beberapa strategi pemerintah ke depan, antara lain, menurut Menko Airlangga, adalah menerapkan Undang-Undang Cipta Kerja, yang salah satunya adalah dengan meluncurkan sistem pengurusan perizinan berbasis risiko (OSS).
Selain itu pemerintah juga sudah mendirikan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) untuk meningkatkan dan mengoptimalkan investasi yang dikelola dalam jangka panjang sehingga dapat mendukung pembiayaan pembangunan.
Baca juga: Di DPR, Sri Mulyani ungkap potensi pencapaian pertumbuhan ekonomi 2022
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: