Kairo (ANTARA News) - Pemilihan presiden putaran kedua di Pantai Gading pada akhir pekan ini akan menentukan apakah negara yang pernah berjaya di bidang ekonomi itu lolos dari kekacauan atau justru masuk ke lobang jarum pertikaian berkepanjangan.

Negara pemain sepak bola terkenal Didier Yves Drogba Tebily -- yang kini merumput sebagai striker Chelsea -- tersebut kini menjadi sorotan internasional.

Negara Afrika Barat yang berbatasan dengan Liberia, Guinea, Mali, Burkina Faso, dan Ghana serta Teluk Guinea di sebelah selatan itu tercatat sebagai salah satu negara termakmur di wilayah tropis Afrika Barat, namun perkembangan ekonominya dikikis oleh kekacauan politik yang ditimbulkan korupsi dan penolakan reformasi.

Pada pilpres putara kedua ini, pesaing utama Alassane Quattara yang meraih dukungan 32 persen suara pada pilpres putaran pertama bulan lalu kembali menghadapi kekuatan incumbent Laurent Gbagdo yang mendapatkan dukungan 38 persen, sedangkan mantan presiden Henri Konan Bedie kandidat ketiga telah menyatakan mendukung Quattara.

Dengan alasan pelaksanaan, teknis, dan perlengkapan, Komisi Independen Pilpres meminta tambahan waktu untuk menyiapkan pemungutan suara agar berlangsung dalam keadaan terbaik, kata PM Guillaume Soro dua pekan lalu.

Para analis berpendapat pilpres bertujuan untuk mengakhiri kebuntuan politik bertahun-tahun yang menyebabkan merosotnya penanaman modal di negara terbesar penghasil cokelat itu sejak perang saudara 2002-2003, yang membelah negara menjadi wilayah selatan - yang dikuasai pemerintah- dan wilayah utara dikuasai kelompok gerilyawan.

Diharapkan pilpres putaran kedua ini berlangsung lebih bergairah karena pada putaran pertama tercatat sekitar 80 persen pemilih memberikan suara mereka, yang menjadi salah satu jumlah tertinggi dalam pemilu di negara Afrika itu.

Pilpres ini diwarnai percekcokan diplomatik antara Pantai Gading dan Senegal dan sempat membuat tegang hubungan kedua negara bertetangga itu, yang puncaknya pada Abijan memanggil pulang duta besarnya dari Senegal tiga pekan silam.

Ketegangan diplomatik itu bermula dari tudingan bahwa Senegal melakukan apa disebutnya campur tangan urusan dalam negeri Pantai Gading.

Pantai Gading menuduh Senegal sengaja mengundang seorang pesaing Presiden Laurent Gbagbo dengan tujuan memberikan keuntungan politik bagi pesaing tersebut dalam pemilu.

Abijan menuding Presiden Senegal Abdoulaya Wade melakukan perundingan-perundingan tak resmi dengan pemimpin oposisi Alassane Ouattara menjelang menghadapi Gbagbo dalam pilpres putaran kedua 28 November.

Pemerintah Pantai Gading sangat berkeberatan atas tindakan yang dianggapnya tidak bersahabat itu, dan dituding sebagai campur tangan Senegal pada urusan Pantai Gading yang tak bisa diterima.

Situasi dikhawatirkan memanas jika hasil putaran kedua tak diterima masing-masing kubu dan menimbulkan bentrokan yang menyeret ke perang saudara.

Pada pilpres putaran pertama para pemantau internasional sebagian besar menyetujui hasil tersebut, tetapi ada kekhawatiran bahwa para pendukung Gbagbo atau Ouattara tidak akan menerima kekalahan dalam pemilihan putaran kedua, dan melakukan aksi kekerasan di jalan-jalan.

Perhatian dunia
Mengantisipasi situasi yang tak diinginkan itu, Dewan Keamanan (DK) PBB Rabu (24/11) memerintahkan pengiriman 500 tentara penjaga perdamaian dari Liberia ke Pantai Gading untuk mengamankan pemungutan suara putaran kedua tersebut.

Pasukan yang diperkirakan tiba di negeri pemain sepak bola terkenal Didier Yves Drogba Tebily itu pada Sabtu, malam menjelang pemungutan suara dilangsungkan mengingat ratusan pendukung Quattara telah terlibat baku hantam dengan pendukung Gbagdo di Abijan.

DK PBB telah mengamini resolusi yang mengizinkan pengiriman tiga kompi infantri dan dua helikopter dari misi PBB di Liberia, UNMIL, untuk ke Pantai Gading maksimal selama empat pekan.

Pada saat ini sudah ada sekitar 8.500 tentara dan polisi penjaga perdamaian internasional di Pantai Gading.

Dewan Keamanan menyatakan prihatin atas terjadinya insiden baru-baru ini dan menyerukan para kandidat untuk memelihara ketenangan dan situasi damai.

Para kandidat juga diminta memberikan arahan kepada pendukung mereka untuk tidak melakukan tindakan-tindakan anarki dan provokasi.

PBB mengingatkan bahwa orang-orang yang mengganggu ketenangan dan kedamaian dalam proses pilpres berarti memicu kebencian dan kekerasan.

Dalam kaitan itu para diplomat mengingatkan perlunya diterapkan sanksi-sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang melanggar hukum.

Sebagian besar pengamat yang mengikuti pemilihan di bekas jajahan Prancis itu memperkirakan Gbagbo favorit untuk menang dalam putaran kedua.

Namun banyak kalangan juga mengatakan, pilpres putaran kedua di Pantai Gading mempertaruhkan masa depan negara yang pernah jaya di bidang ekonomi itu.

Bisa saja pilpres yang dimaksudkan untuk mempersatukan negara yang pecah itu justru terus berkubang dalam pertikaian yang tak kunjung henti jika masing-masing pihak tidak menahan diri.
(M043/H-AK)