Kementan sebut produksi cabai surplus 4.439 ton
24 Agustus 2021 23:55 WIB
Petani memanen cabai di perkebunan kawasan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/8/2021). Kementerian Pertanian melansir data produksi aneka cabai nasional pada Januari hingga Juli 2021 yang menunjukkan masih surplus, pada bulan tersebut terdapat produksi sebanyak 163.293 ton dengan kebutuhan sebesar 158.855 ton. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc. (ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian melansir data produksi aneka cabai nasional pada Juli 2021 yang mencatatkan surplus hingga 4.439 ton, dari selisih hasil produksi sebanyak 163.293 ton dan kebutuhan masyarakat sebanyak 158.855 ton.
“Hingga Juli kita surplus 4.439 ton. Kebutuhan masyarakat terhadap aneka cabai masih dapat dipenuhi dari hasil produksi di dalam negeri,” kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Tommy mengatakan surplus produksi cabai juga telah diantisipasi Kementan dengan meminta para stakeholder, baik pengusaha lokal dan pemerintah daerah untuk membantu penyerapan hasil petani. Kementan merasa perlu dukungan pemasaran di level pedagang harus ada intervensi pemerintah.
“Kami sudah memastikan produksi cukup sehingga gejolak harga tinggi tidak terjadi kembali. Maka penguatan intervensi pemerintah di hilir juga harus kuat. Kami mohon para petani kami dibantu agar harga tidak anjlok,” kata Tommy.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Bambang Sugiharto juga mengatakan kondisi produksi saat ini dalam kondisi baik dan surplus.
“Kami mendengar ada penurunan harga di pasaran. Karenanya kami dorong agar industri dalam negeri dapat menyerap produksi petani. Begitu pula pemda agar juga menjaga harga di level petaninya baik. Kita perlu bersama menjaga semangat petani,” ujar Bambang.
Saat ini, Kementan sedang menyiapkan mobil berpendingin untuk mengangkut cabai dari lahan dengan gratis tanpa biaya kirim. Bahkan untuk pengolahan, Kementan telah memberi bantuan pasca panen bagi petani binaan.
“Kami juga telah bersurat pada dinas terkait di 34 provinsi untuk menyerap produk petani. Alokasi anggaran untuk bantuan pasca panen juga telah ada, agar kualitas produksi petani terjaga,” jelas Bambang.
Sementara itu terkait adanya impor cabai, Bambang membenarkan adanya kebutuhan industri untuk kategori cabai kering, cabai dihancurkan atau ditumbuk, sebanyak 27.851 ton. Namun dia menegaskan cabai impor tersebut bukan jenis cabai segar yang dikonsumsi masyarakat luas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi cabai nasional pada 2020 mencapai 2,77 juta ton. Angka ini mengalami peningkatan 7,11 persen dibandingkan pada 2019.
“Indonesia juga ekspor aneka cabai kok, tahun 2020 mencapai senilai 25,18 juta dolar AS, naik 69,86 persen atau 10,36 juta dolar AS dari tahun 2019. Bila dibandingkan, volume impor tersebut hanya sekitar 1 persen dari total produksi nasional. Karenanya kami ajak industri nasional serap semua cabai petani lokal kita,” kata Bambang.
Baca juga: Bupati Bogor upaya tingkatkan produktivitas cabai di 59 hektare lahan
Baca juga: Harga cabai dan tomat di DKI turun 10 persen jelang akhir PPKM
Baca juga: Anggota DPR: Benahi tata kelola komoditas cabai
“Hingga Juli kita surplus 4.439 ton. Kebutuhan masyarakat terhadap aneka cabai masih dapat dipenuhi dari hasil produksi di dalam negeri,” kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Tommy mengatakan surplus produksi cabai juga telah diantisipasi Kementan dengan meminta para stakeholder, baik pengusaha lokal dan pemerintah daerah untuk membantu penyerapan hasil petani. Kementan merasa perlu dukungan pemasaran di level pedagang harus ada intervensi pemerintah.
“Kami sudah memastikan produksi cukup sehingga gejolak harga tinggi tidak terjadi kembali. Maka penguatan intervensi pemerintah di hilir juga harus kuat. Kami mohon para petani kami dibantu agar harga tidak anjlok,” kata Tommy.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Bambang Sugiharto juga mengatakan kondisi produksi saat ini dalam kondisi baik dan surplus.
“Kami mendengar ada penurunan harga di pasaran. Karenanya kami dorong agar industri dalam negeri dapat menyerap produksi petani. Begitu pula pemda agar juga menjaga harga di level petaninya baik. Kita perlu bersama menjaga semangat petani,” ujar Bambang.
Saat ini, Kementan sedang menyiapkan mobil berpendingin untuk mengangkut cabai dari lahan dengan gratis tanpa biaya kirim. Bahkan untuk pengolahan, Kementan telah memberi bantuan pasca panen bagi petani binaan.
“Kami juga telah bersurat pada dinas terkait di 34 provinsi untuk menyerap produk petani. Alokasi anggaran untuk bantuan pasca panen juga telah ada, agar kualitas produksi petani terjaga,” jelas Bambang.
Sementara itu terkait adanya impor cabai, Bambang membenarkan adanya kebutuhan industri untuk kategori cabai kering, cabai dihancurkan atau ditumbuk, sebanyak 27.851 ton. Namun dia menegaskan cabai impor tersebut bukan jenis cabai segar yang dikonsumsi masyarakat luas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi cabai nasional pada 2020 mencapai 2,77 juta ton. Angka ini mengalami peningkatan 7,11 persen dibandingkan pada 2019.
“Indonesia juga ekspor aneka cabai kok, tahun 2020 mencapai senilai 25,18 juta dolar AS, naik 69,86 persen atau 10,36 juta dolar AS dari tahun 2019. Bila dibandingkan, volume impor tersebut hanya sekitar 1 persen dari total produksi nasional. Karenanya kami ajak industri nasional serap semua cabai petani lokal kita,” kata Bambang.
Baca juga: Bupati Bogor upaya tingkatkan produktivitas cabai di 59 hektare lahan
Baca juga: Harga cabai dan tomat di DKI turun 10 persen jelang akhir PPKM
Baca juga: Anggota DPR: Benahi tata kelola komoditas cabai
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021
Tags: