Sleman (ANTARA News) - Pengungsi bencana letusan Gunung Merapi yang berasal dari Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, mulai disatukan di Stadion Maguwoharjo, Depok, Sleman untuk memudahkan koordinasi administrasi.

"Koordiansi administrasi ini juga meliputi soal hewan ternak, kependudukan hingga rencana penempatan `shelter` (rumah hunian sementara), sehingga pengungsi asal Cangkringan yang sebelumnya menyebar di sejumlah lokasi pengungsian dipindahkan ke Stadion Maguwoharjo," Koordinator Barak Pengungsian Stadion Maguwoharjo Samsul Bakri, Rabu.

Menurut dia, pemindahan pengungsi dari barak di luar Maguwoharjo telah dilakukan sejak Selasa (23/11), dan akan dilakukan terus sampai semua pengungsi asal Kecamatan Cangkringan terpusat di Stadion Maguwoharjo.

"Kantor Kecamatan Cangkringan saat ini juga pindah sementara ke Stadion Maguwoharjo karena semua warga juga diungsikan. Selain itu, kantor kecamatan dikosongkan karena masuk zona rawan bencana," paparnya.

Ia menuturkan, daya tampung stadion Maguwoharjo saat ini masih sangat mencukupi dan logistik bagi para pengungsi serta relawan pun masih berlimpah, termasuk pakaian yang juga masih tersedia banyak.

"Pengungsi tidak perlu khawatir soal logistik makanan dan pakaian, karena di Stadion Maguwoharjo ini logistik masih melimpah dan pakaian juga masih sangat banyak," ucapnya menambahkan.

Pendataan terakhir jumlah pengungsi di Stadion hingga Selasa (23/11) malam sebanyak 5.017 orang, sedangkan pengungsi yang dipindah dari beberapa barak pengungsian masih belum tercatat pasti.

"Dari barak pengungsian Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta juga dipindahkan sebayak 100 orang, kemudian dari sekitar Kecamatan Prambanan juga dipindahkan hari ini sekitar 50 orang. Sedangkan sebelumnya dari UNY juga dipindahkan sebanyak 391 orang," ujarnya.

Salah satu koordinator pengungsi Purnomo mengatakan, para pengungsi dipindahkan dari lokasi lama dengan kendaraan bus dan truk untuk mengangkut barang, namun ternyata masih ada juga saat pemindahan justru suami yang terpisah dengan istri.

"Mengurus pengungsi itu gampang-gampang sulit, saat kami pindahkan, ternyata justeru terpisah dari keluarga, tetapi kami terus mencari," katanya. (*)

V001/C004