Sumber Air Warga Merapi Diteliti
24 November 2010 14:44 WIB
Sejumlah anggota Marinir TNI AL memasang pipa air minum di kawasan Lereng Merapi sekitar 8km dari puncak Gunung Merapi, Dusun Babatan, Turi, Sleman, Yogyakarta, Rabu (24/11). Pemasangan pipa air minum tersebut untuk tiga Dusun di Keacamatan Turi yang hancur akibat terkena awan panas. (ANTARA/Regina Safri)
Magelang (ANTARA News) - Pemerintah Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, meminta instansi berwenang meneliti air dari sumber air bersih di lereng Gunung Merapi karena khawatir air yang biasanya dikonsumsi warga itu tercemar material vulkanik.
Pemerintah Desa Ngargomulyo sudah mengirimkan sampel air ke Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dan meminta instansi itu menelitinya.
"Kami kirimkan sampel air ke BPPTK untuk diteliti," kata Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin, di Magelang, Rabu.
Ia mengatakan, sampel air itu berasal dari mata air Songo (Dusun Tanen) dan mata air Kebon Sabrang (Dusun Sabrang) yang berjarak sekitar dua kilometer dari desa itu.
Dari setiap mata air sudah diambil sampel sebanyak satu botol untuk diteliti.
Ia mengatakan, sebelum Merapi meletus secara intensif mulai 26 Oktober 2010 hingga 5 November 2010, kondisi air dari sumber itu cukup jernih dan untuk kebutuhan rumah tangga sebagian besar masyarakat setempat.
Warga yang tinggal di 11 dusun di desa itu jumlahnya 784 keluarga atau 2.483 jiwa. Desa Ngargomulyo berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sekitar 80 persen warga setempat sekarang sudah kembali dari berbagai lokasi pengungsian ke rumah mereka masing-masing.
Letusan Merapi yang ditandai dengan semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu vulkanik, katanya, diperkirakan telah mencemari sumber air bersih untuk warga.
"Informasinya material letusan itu terdiri atas berbagai unsur yang bisa mencemari air bersih seperti pasir, abu, zat asam dan zat kaca," katanya.
Ia menjelaskan, inisiatif pihak pemdes setempat itu untuk menjaga kesehatan masyarakat terutama pada jangka panjang.
(M029/Z003/S026)
Pemerintah Desa Ngargomulyo sudah mengirimkan sampel air ke Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dan meminta instansi itu menelitinya.
"Kami kirimkan sampel air ke BPPTK untuk diteliti," kata Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin, di Magelang, Rabu.
Ia mengatakan, sampel air itu berasal dari mata air Songo (Dusun Tanen) dan mata air Kebon Sabrang (Dusun Sabrang) yang berjarak sekitar dua kilometer dari desa itu.
Dari setiap mata air sudah diambil sampel sebanyak satu botol untuk diteliti.
Ia mengatakan, sebelum Merapi meletus secara intensif mulai 26 Oktober 2010 hingga 5 November 2010, kondisi air dari sumber itu cukup jernih dan untuk kebutuhan rumah tangga sebagian besar masyarakat setempat.
Warga yang tinggal di 11 dusun di desa itu jumlahnya 784 keluarga atau 2.483 jiwa. Desa Ngargomulyo berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sekitar 80 persen warga setempat sekarang sudah kembali dari berbagai lokasi pengungsian ke rumah mereka masing-masing.
Letusan Merapi yang ditandai dengan semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu vulkanik, katanya, diperkirakan telah mencemari sumber air bersih untuk warga.
"Informasinya material letusan itu terdiri atas berbagai unsur yang bisa mencemari air bersih seperti pasir, abu, zat asam dan zat kaca," katanya.
Ia menjelaskan, inisiatif pihak pemdes setempat itu untuk menjaga kesehatan masyarakat terutama pada jangka panjang.
(M029/Z003/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
Tags: