Jakarta (ANTARA News) - Puluhan ribu mahasiswa asing kemungkinan tidak bisa masuk Inggris jika mereka mendaftar kuliah di perguruan tinggi swasta "bodong".

Seperti dilaporkan Daily Mail, Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May kepada parlemen mengemukakan akan mengkonfirmasi pembatasan jumlah migran ekonomi non-Uni Eropa.

May juga secara resmi akan meluncurkan dengar pendapat mengenai exploitasi visa oleh para migran yang mengambil kursus non-gelar.

Artinya, banyak perguruan tinggi swasta yang tidak menawarkan program gelar, nantinya tidak bisa lagi menerima mahasiswa asing.

Departemen Dalam Negeri mengatakan jumlah perguruan tinggi palsu yang diselidiki mencapai 40 persen.

Visa Inggris telah diberikan kepada orang asing yang buta huruf, tidak punya tempat tinggal tetap, atau yang mengira program studi "hospitality management" adalah jurusan untuk "orang yang akan bekerja di rumah sakit."

May menetapkan bahwa cara untuk mengurangi migrasi adalah dengan memangkas perguruan tinggi non-gelar bagi orang asing. Empat puluh satu persen mahasiswa asing - atau 91 ribu mahasiswa asing kuliah di perguruan tinggi "bodong".

Terdapat kekhawatiran bahwa mahasiswa asing terus menyalahgunakan perguruan tinggi swasta "bodong" yang kebanyakan berdalih mengajarkan Bahasa Inggris.Ada juga kemungkinan mantan mahasiswa tetap tinggal di Inggris setelah studinya selesai.

Tahun lalu, 38.000 warga asing lulusan perguruan tinggi diizinkan menetap untuk mencari pekerjaan padahal 10 persen warga Inggris lulusan perguruan tinggi masih menganggur.
(A038/A038/BRT)