Yogyakarta (ANTARA News) - Sekitar 17.000 orang akan terlibat dalam program "cash for work", yaitu penyelamatan tanaman salak yang rusak akibat abu vulkanik Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Dua kabupaten tersebut terkenal dengan hasil produksi salaknya, sehingga tanaman salak yang menjadi komoditas unggulan kedua wilayah tersebut harus diselamatkan dalam waktu 10-15 hari ini," kata Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Soetrisno di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, apabila tanaman salak tersebut tidak segera diselamatkan dalam waktu 10-15 hari, maka tanaman salak akan rusak dan harus diganti dengan tanaman baru sehingga untuk berproduksi akan membutuhkan waktu antara empat hingga lima tahun.

Ia mengatakan, dalam program "cash for work" tersebut, petani salak dan masyarakat akan dilibatkan untuk memotong daun dan pelepah tanaman salak yang rusak akibat abu vulkanik Gunung Merapi.

"Apabila pemotongan daun dan pelepah tersebut dapat dilakukan dalam waktu 10-15 hari, maka tanaman salak tersebut akan terselamatkan dan bisa berproduksi lagi dalam waktu satu tahun," katanya.

Di Kabupaten Magelang Jawa Tengah, terdapat 2.500 hektare atau sekitar enam juta tanaman salak yang terancam mati akibat abu vulkanik Gunung Merapi, sedangkan di Kabupaten Sleman DIY terdapat sekitar 1.300 hektare atau 2,5 juta tanaman salak terancam mati.

Jumlah pekerja yang akan dilibatkan dalam program "cash for work" di Kabupaten Magelang adalah sekitar 11.000 orang yang terdiri dari 4.000 orang petani salak dan sisanya adalah masyarakat sekitar, sedang di Sleman akan dilakukan oleh 3.000 orang petani yang dibantu masyarakat sekitar.

"Kami harapkan, pada Selasa (23/11) atau Rabu (24/11), program tersebut sudah dapat dijalankan agar tanaman salak ini tidak semakin rusak," katanya.

Seluruh pekerja, akan dilengkapi dengan sarung tangan dan sepatu khusus agar tidak tertusuk duri tanaman salak serta alat semprot air.

Selain memotong daun atau pelepah yang rusak akibat abu vulkanik, pekerja juga akan menyemprotkan air ke tanaman salak untuk membersihkan abu vulkanik yang masih menempel dan juga merajang daun atau pelepah sebagai bahan pembuatan kompos.

Setiap hari dengan jam kerja antara enam hingga delapan jam, seorang pekerja akan mendapatkan upah Rp30.000 orang atau mencapai Rp50.000-Rp75.000 untuk mandor dengan jangka waktu pekerjaan sekitar 10 hari.

"Petani salak tertolong dan uang tersebut dapat digunakan masyarakat untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya," katanya.

Dana untuk membayar upah pekerja tersebut diambilkan dari dana siap pakai milik BNPB, dengan perkiraan kebutuhan dana untuk program 10 hari di Kabupaten Magelang adalah Rp8 miliar dan sekitar Rp5 miliar di Sleman.

Soetrisno mengatakan, program "cash for work" tersebut tidak hanya akan berhenti dalam program penyelamatan tanaman salak, tetapi berlanjut dalam waktu satu tahun mendatang dalam bentuk program lainnya sesuai kebutuhan.

"Kementerian juga akan melakukan perubahan terhadap penganggaran program yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan untuk mendukung program "cash for work" itu," katanya.(*)
(U.E013/M008/R009)