Guru besar: Manfaat vaksinasi jauh lebih besar dari efeknya
22 Agustus 2021 18:13 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 moderna pada penerima vaksin buruh pabrik PT Sari Warna Garment saat acara Vaksinasi Merdeka Candi di Solo, Jawa Tengah, Minggu (22/8/2021). ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp.
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Iris Rengganis mengatakan manfaat vaksinasi untuk penyintas autoimun jauh lebih besar dibandingkan dengan kerugian atau efek simpangnya.
“Mengapa orang dengan autoimun divaksinasi, karena risiko terkena COVID-19 lebih besar pada orang dengan autoimun, dibandingkan kekambuhan autoimunnya sendiri,” ujar Iris dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Ahad.
Baca juga: CDC dukung manfaat vaksin J&J di tengah laporan gangguan sistem saraf
Pemerintah mulai melakukan vaksinasi untuk penyintas autoimun dan masyarakat yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan vaksin Moderna.
Iris menambahkan terdapat sejumlah laporan dari efek simpang vaksinasi Moderna, seperti reaksi alergi. Namun reaksi alergi tersebut terjadi tidak hanya pada vaksinasi Moderna, melainkan juga vaksinasi dengan menggunakan vaksin lain.
Baca juga: Dokter jelaskan manfaat vaksinasi COVID-19 saat berpuasa
“Angka kejadian efek simpang dari vaksinasi ini sangat kecil,” jelas dia.
Efek simpang vaksinasi Moderna lainnya seperti nyeri lokal pada lokasi suntikan, kemerahan, bengkak, gatal, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, demam, menggigil, muntah, hingga diare.
Baca juga: Data terkini, WHO: Manfaat AstraZeneca lebih besar ketimbang risikonya
Vaksinasi untuk penyintas autoimun diperbolehkan jika kondisinya sudah stabil sesuai dengan rekomendasi dokter yang merawat. Akan tetapi jika belum terkontrol tidak boleh, tidak ada vaksin yang spesifik untuk autoimun.
Untuk itu, Iris mendorong agar penyintas autoimun yang sudah stabil atau terkontrol dapat melakukan vaksinasi segera di sentra vaksinasi yang disediakan karena manfaatnya yang lebih besar.
Iris juga mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat disamping vaksinasi.
“Mengapa orang dengan autoimun divaksinasi, karena risiko terkena COVID-19 lebih besar pada orang dengan autoimun, dibandingkan kekambuhan autoimunnya sendiri,” ujar Iris dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Ahad.
Baca juga: CDC dukung manfaat vaksin J&J di tengah laporan gangguan sistem saraf
Pemerintah mulai melakukan vaksinasi untuk penyintas autoimun dan masyarakat yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta. Vaksinasi dilakukan dengan menggunakan vaksin Moderna.
Iris menambahkan terdapat sejumlah laporan dari efek simpang vaksinasi Moderna, seperti reaksi alergi. Namun reaksi alergi tersebut terjadi tidak hanya pada vaksinasi Moderna, melainkan juga vaksinasi dengan menggunakan vaksin lain.
Baca juga: Dokter jelaskan manfaat vaksinasi COVID-19 saat berpuasa
“Angka kejadian efek simpang dari vaksinasi ini sangat kecil,” jelas dia.
Efek simpang vaksinasi Moderna lainnya seperti nyeri lokal pada lokasi suntikan, kemerahan, bengkak, gatal, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, demam, menggigil, muntah, hingga diare.
Baca juga: Data terkini, WHO: Manfaat AstraZeneca lebih besar ketimbang risikonya
Vaksinasi untuk penyintas autoimun diperbolehkan jika kondisinya sudah stabil sesuai dengan rekomendasi dokter yang merawat. Akan tetapi jika belum terkontrol tidak boleh, tidak ada vaksin yang spesifik untuk autoimun.
Untuk itu, Iris mendorong agar penyintas autoimun yang sudah stabil atau terkontrol dapat melakukan vaksinasi segera di sentra vaksinasi yang disediakan karena manfaatnya yang lebih besar.
Iris juga mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat disamping vaksinasi.
Pewarta: Indriani
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: