Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menurunkan tim untuk memantau kualitas udara di sekitar kawasan yang terpapar letusan Gunung Merapi.

"Tim KLH sudah bekerja dan dalam waktu dekat akan mengumumkan hasil pemantauan kualitas udara," kata Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim KLH Arief Yuwono di Jakarta, Sabtu.

Hasil pemantauan kualitas udara tersebut masih diteliti. KLH juga mengimbau masyarakat untuk tetap menggunakan masker karena konsentrasi parameter yang tinggi akan berdampak bagi kesehatan.

KLH juga mendorong penataan ruang rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi merapi yang mempertimbangkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

Situasi bencana di merapi saat ini rehab rekon belum dapat ditentukan karena status dan masih terjadinya erupsi merapi serta zona bahaya masih berubah-ubah.

Akibat meletusnya gunung Merapi pada 26 Oktober lalu yang memuntahkan 140 juta meter kubik material mengubah rona lingkungan disekitarnya yaitu di Kabupaten Sleman, Boyolali dan Klaten.

Material Merapi tersebut menutupi sungai sehingga terjadi pendangkalan sehingga perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya banjir jika turun hujan.

"Bahaya lain juga mengintai sebab material yang menutupi sungai sewaktu-waktu bisa terjadi banjir saat hujan turun," katanya.

Di samping itu, saat ini KLH juga sedang menyusun peta kondisi sumberdaya alam, air, tanah untuk menentukan peta kesesuaian lahan.

"Kami juga mengusulkan agara relokasi permukiman perlu dilakukan dengan hati-hati khususnya terkait pemanfaatan sumberdaya alam," tambahnya.
(ANT/A024)