LKBN Antara: Pandemi tantangan pengembangan SDM ke arah digital
21 Agustus 2021 13:26 WIB
Tangkapan Layar - Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Perum LKBN Antara Nina Kurnia Dewi dalam Webinar Industri Kreatif : Bangkit di Masa Sulit, dipantau di Jakarta, Sabtu (21/8/2021). ANTARA/Indra Arief
Jakarta (ANTARA) - Direktur Keuangan, MSDM dan Umum Perum LKBN Antara Nina Kurnia Dewi mengatakan pandemi COVID-19 telah memberikan tantangan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya untuk menciptakan SDM yang mampu beradaptasi dengan sektor bisnis dan ekonomi digital.
“Pandemi ini tantangan bisnis atau tantangan SDM ? Pandemi ini jadi tantangan SDM, karena kita memerlukan digital mindset (pola pikir), tak bisa lagi pakai yang lama,” kata Nina dalam Webinar Industri Kreatif : Bangkit di Masa Sulit, dipantau di Jakarta, Sabtu.
Menurut Nina, dalam pandemi COVID-19 bidang SDM memiliki tantangan untuk membentuk digital mindset, digital leadership, digital talent dan digital economy.
Ia mencontohkan saat ini SDM yang mampu beradaptasi dengan industri digital akan menjadi kebutuhan di berbagai sektor. Setiap sektor industri saat ini memiliki sistem pendukung (supporting system) yang lekat dengan digitalisasi. Misalnya di platform lokapasar yang bekerja sama dengan kurir dengan memakai aplikasi digital.
Dengan kata lain, pihak yang mampu mengoptimalkan teknologi digital akan mampu memanfaatkan sumber daya yang tidak terbatas (unlimited resources) saat ini untuk menciptakan manfaat bagi masyarakat luas.
“Jadi suatu bisnis yang sudah online itu memunculkan supporting-nya yang bisa di-monetize. Jadi di luaran itu ada unlimited resources,” ujarnya.
Nina menjelaskan digitalisasi tidak bisa dihindari selama pandemi, temasuk bagi para pelaku industri kreatif. Bahkan, menurutnya, pandemi adalah CTO atau Chief Transformation Officer untuk bertransformasi.
“Kalau dari korporasi, hadirnya pandemi, ada yang kita sebut dia adalah CTO. Kehadiran CTO, yaitu chief transformation officer. Kita medadak dangdut semuanya serba digital,” ujarnya.
Selain harus melek digital, pelaku industri kreatif tentu juga harus meningkatkan kreativitasnya. Hal itu karena kreativitas akan mampu mengikis dampak krisis.
“Digitalisasi tak bisa dihindari di masa pandemi, ini adalah peradaban baru,” ujarnya.
Perum LKBN Antara, kata Nina, selaku kantor berita nasional bahkan sudah memulai digitalisasi sejak 2018, jauh sebelum pandemi COVID-19.
Hal itu karena digitalisasi merupakan tuntutan di industri media, agar setiap media massa dapat menjangkau lebih luas masyarakat.
“Kami paham, media harus digital duluan karena sudah ditinggalkan itu masa-masa koran kertas,” ujarnya.
Dalam digitalisasi ini, pemimpin juga memiliki tantangan untuk mengelola bisnis, terutama di industri kreatif. Tantangan itu, kata Nina, adalah mengelola bisnis hari ini dengan pandangan untuk incremental atau securing.
Kemudian tantangan untuk mengelola bisnis esok hari agar bisnis bisa tumbuh eksponensial dan bertahan. Tantangan selanjutnya adalah mengelola bisnis masa depan untuk tumbuh progresif dan investasi.
Baca juga: Pemerintah siapkan skema pengembangan industri kreatif
Baca juga: BI: Industri kreatif syariah terus bertambah
“Pandemi ini tantangan bisnis atau tantangan SDM ? Pandemi ini jadi tantangan SDM, karena kita memerlukan digital mindset (pola pikir), tak bisa lagi pakai yang lama,” kata Nina dalam Webinar Industri Kreatif : Bangkit di Masa Sulit, dipantau di Jakarta, Sabtu.
Menurut Nina, dalam pandemi COVID-19 bidang SDM memiliki tantangan untuk membentuk digital mindset, digital leadership, digital talent dan digital economy.
Ia mencontohkan saat ini SDM yang mampu beradaptasi dengan industri digital akan menjadi kebutuhan di berbagai sektor. Setiap sektor industri saat ini memiliki sistem pendukung (supporting system) yang lekat dengan digitalisasi. Misalnya di platform lokapasar yang bekerja sama dengan kurir dengan memakai aplikasi digital.
Dengan kata lain, pihak yang mampu mengoptimalkan teknologi digital akan mampu memanfaatkan sumber daya yang tidak terbatas (unlimited resources) saat ini untuk menciptakan manfaat bagi masyarakat luas.
“Jadi suatu bisnis yang sudah online itu memunculkan supporting-nya yang bisa di-monetize. Jadi di luaran itu ada unlimited resources,” ujarnya.
Nina menjelaskan digitalisasi tidak bisa dihindari selama pandemi, temasuk bagi para pelaku industri kreatif. Bahkan, menurutnya, pandemi adalah CTO atau Chief Transformation Officer untuk bertransformasi.
“Kalau dari korporasi, hadirnya pandemi, ada yang kita sebut dia adalah CTO. Kehadiran CTO, yaitu chief transformation officer. Kita medadak dangdut semuanya serba digital,” ujarnya.
Selain harus melek digital, pelaku industri kreatif tentu juga harus meningkatkan kreativitasnya. Hal itu karena kreativitas akan mampu mengikis dampak krisis.
“Digitalisasi tak bisa dihindari di masa pandemi, ini adalah peradaban baru,” ujarnya.
Perum LKBN Antara, kata Nina, selaku kantor berita nasional bahkan sudah memulai digitalisasi sejak 2018, jauh sebelum pandemi COVID-19.
Hal itu karena digitalisasi merupakan tuntutan di industri media, agar setiap media massa dapat menjangkau lebih luas masyarakat.
“Kami paham, media harus digital duluan karena sudah ditinggalkan itu masa-masa koran kertas,” ujarnya.
Dalam digitalisasi ini, pemimpin juga memiliki tantangan untuk mengelola bisnis, terutama di industri kreatif. Tantangan itu, kata Nina, adalah mengelola bisnis hari ini dengan pandangan untuk incremental atau securing.
Kemudian tantangan untuk mengelola bisnis esok hari agar bisnis bisa tumbuh eksponensial dan bertahan. Tantangan selanjutnya adalah mengelola bisnis masa depan untuk tumbuh progresif dan investasi.
Baca juga: Pemerintah siapkan skema pengembangan industri kreatif
Baca juga: BI: Industri kreatif syariah terus bertambah
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021
Tags: