Jakarta (ANTARA) - Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Dr. Samto mengungkapkan sejumlah kondisi pendidikan di Indonesia saat pandemi COVID-19.

“Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, banyak anak yang putus sekolah ya. Dalam arti mereka terpaksa harus bekerja kemudian persepsi orang tua bahwa kenapa anaknya tidak sekolah,” kata Samto dalam acara UNICEF “Menuju Respons dan Pemulihan COVID-19 yang Berfokus Pada Anak” secara daring di Jakarta, Jumat.

Samto mengungkapkan saat ini dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami penurunan capaian pembelajaran yang disebabkan oleh kegiatan pembelajaran dari rumah.

Baca juga: Kemendikbudristek bakal bentuk LMK Musik Tradisi Nusantara

“Kemudian dengan adanya learning lost bahwa pembelajaran dari sistem pembelajaran jarak jauh ini banyak sekali materi pelajaran yang hilang. Yang memang sebagian besar dari anak-anak kita belajar tatap muka. Ketika harus belajar dengan sistem daring banyak kendala,” kata dia.

Berdasarkan Hasil Assesmen Situasi COVID-19 milik Kemendikbudristek per 16 Agustus 2021, terdapat 204 ribu lebih sekolah di 194 kabupaten kota yang berada pada zona level 4. Kondisi tersebut membuat kegiatan pembelajaran masih dijalankan dari rumah dan tidak memungkinkan bagi anak-anak untuk dapat bertemu.

Ia menjelaskan sebesar 60 persen sekolah berada di zona level 1 hingga 3. Sehingga memungkinkan beberapa sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka, walaupun dilakukan secara bergiliran guna mengurangi learning lost yang terjadi.

Baca juga: Kemendikbudristek dorong masyarakat adat dapatkan vaksinasi

Samto mengatakan zona risiko COVID-19 tidak lagi dijadikan acuan untuk penentuan kebijakan penyelenggaraan pendidikan, namun pemerintah daerah dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan.

“Jadi kondisi ini menimbulkan kemungkinan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih menjadi pilihan utama bagi sekolah. Bahwa dari 256 satuan pendidikan masih PJJ,” kata Samto menjelaskan bahwa saat ini PJJ masih menjadi pilihan utama yang dipilih oleh sekolah untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Untuk pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan secara terbatas. Sebesar 50 persen dilakukan secara bergantian dengan sedikit siswa yang masuk ke sekolah.

Baca juga: Kemendikbudristek : Siswa perlu dibekali dengan kecakapan digital

Lebih lanjut Samto mengungkapkan sebesar 36 persen satuan pendidikan di Indonesia menggunakan kurikulum darurat selama pembelajaran di masa pandemi COVID-19 saat ini.

“Pada kesempatan ini, penggunaan kurikulum sangat bervariasi. Ada yang menggunakan kurikulum PJJ, kurikulum nasional, ada yang kurikulum mandiri. Jadi masing-masing kita bebaskan penggunaan kurikulum sesuai dengan kondisinya masing-masing,” ujar dia.

Pembebasan penggunaan kurikulum tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, dan telah diterapkan mulai dari jenjang PAUD hingga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Baca juga: Kemendikbudristek luncurkan sistem layanan dosen yang terintegrasi