SMI paparkan potensi ekonomi pembangunan 11 ruas tol Sumatera
20 Agustus 2021 15:59 WIB
Foto udara proyek pembangunan jembatan layang Tol Padang - Pekanbaru di Jalan Raya Padang - Bukittinggi, Pasar Usang, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Kamis (8/7/2021). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/pras.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pembiayaan dan Investasi PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Sylvi J. Gani memaparkan potensi dampak ekonomi nasional dari pembangunan 11 ruas prioritas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
“Ini adalah hasil analisa dari dampak ekonomi atas pembangunan 11 JTTS terhadap perekonomian nasional,” katanya dalam diskusi Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu di Jakarta, Jumat.
Sylvi mengatakan melalui stimulus yang diberikan sebesar Rp452 triliun, berupa investasi pada tahap konstruksi sebesar Rp195 triliun dan tahap operasional Rp257 triliun dihasilkan output mencapai Rp768 triliun sampai 2033.
“Multiplier effect untuk perekonomian nasional sebesar 1,7 kali. Dampak output JTTS totalnya Rp768 triliun atau Rp51 triliun per tahun atau sekitar 2,2 persen dari PDRB Sumatera,” ujarnya.
Selain itu, pembangunan JJTS juga berpotensi memberikan nilai tambah mencapai Rp369 triliun, mendorong pendapatan rumah tangga sebesar Rp119 triliun maupun penyerapan tenaga kerja sebanyak 671 ribu orang per tahun atau 2,4 persen tenaga kerja di Sumatera.
Sylvi mengatakan dari 11 ruas tersebut terdapat empat ruas JTSS yang dibiayai oleh PT SMI yaitu Medan-Binjai, Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, Bakauheni-Terbanggi Besar, dan Palembang-Indralaya.
Ia mencontohkan, untuk biaya investasi ruas Medan-Binjai yang sebesar Rp1,6 triliun berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Hutama Karya Rp1,1 triliun dan pinjaman dari PT SMI Rp0,5 triliun.
Untuk ruas Palembang-Simpang Indralaya dibutuhkan biaya investasi Rp3,3 triliun yang berasal dari PMN kepada Hutama Karya Rp2,1 triliun dan penanaman modal dari PT SMI Rp1,24 triliun.
Ia merinci khusus empat ruas JTTS yang dibiayai PT SMI ini memiliki potensi dampak terhadap ekonomi nasional berupa output Rp129 triliun hingga 2033 dari nilai stimulus Rp70 triliun yang meliputi tahap konstruksi Rp16 triliun dan tahap operasional Rp54 triliun.
Empat ruas JTTS ini turut memberi nilai tambah sebesar Rp59 triliun, mendorong pendapatan rumah tangga Rp18 triliun, dan menyerap tenaga kerja hingga 118 ribu orang per tahun.
Sementara itu, sektor-sektor yang mendapatkan manfaat dari pembangunan JTTS adalah konstruksi sebesar 54 persen, industri pengolahan 22 persen, pertambangan dan penggalian 8 persen, perdagangan besar 6 persen, serta transportasi dan pergudangan 3 persen.
Kemudian juga sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 2 persen, sektor jasa keuangan dan asuransi 1 persen, informasi dan komunikasi 1 persen, jasa perusahaan 1 persen serta pengadaan listrik dan gas 1 persen.
Baca juga: PT SMI catatkan laba bersih Rp754 miliar hingga Mei 2021
Baca juga: Kemenkeu minta SMI kolaborasi dengan swasta tangani infrastruktur
Baca juga: PT SMI proyeksikan pembiayaan tumbuh 42 persen pada 2021
“Ini adalah hasil analisa dari dampak ekonomi atas pembangunan 11 JTTS terhadap perekonomian nasional,” katanya dalam diskusi Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu di Jakarta, Jumat.
Sylvi mengatakan melalui stimulus yang diberikan sebesar Rp452 triliun, berupa investasi pada tahap konstruksi sebesar Rp195 triliun dan tahap operasional Rp257 triliun dihasilkan output mencapai Rp768 triliun sampai 2033.
“Multiplier effect untuk perekonomian nasional sebesar 1,7 kali. Dampak output JTTS totalnya Rp768 triliun atau Rp51 triliun per tahun atau sekitar 2,2 persen dari PDRB Sumatera,” ujarnya.
Selain itu, pembangunan JJTS juga berpotensi memberikan nilai tambah mencapai Rp369 triliun, mendorong pendapatan rumah tangga sebesar Rp119 triliun maupun penyerapan tenaga kerja sebanyak 671 ribu orang per tahun atau 2,4 persen tenaga kerja di Sumatera.
Sylvi mengatakan dari 11 ruas tersebut terdapat empat ruas JTSS yang dibiayai oleh PT SMI yaitu Medan-Binjai, Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, Bakauheni-Terbanggi Besar, dan Palembang-Indralaya.
Ia mencontohkan, untuk biaya investasi ruas Medan-Binjai yang sebesar Rp1,6 triliun berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada Hutama Karya Rp1,1 triliun dan pinjaman dari PT SMI Rp0,5 triliun.
Untuk ruas Palembang-Simpang Indralaya dibutuhkan biaya investasi Rp3,3 triliun yang berasal dari PMN kepada Hutama Karya Rp2,1 triliun dan penanaman modal dari PT SMI Rp1,24 triliun.
Ia merinci khusus empat ruas JTTS yang dibiayai PT SMI ini memiliki potensi dampak terhadap ekonomi nasional berupa output Rp129 triliun hingga 2033 dari nilai stimulus Rp70 triliun yang meliputi tahap konstruksi Rp16 triliun dan tahap operasional Rp54 triliun.
Empat ruas JTTS ini turut memberi nilai tambah sebesar Rp59 triliun, mendorong pendapatan rumah tangga Rp18 triliun, dan menyerap tenaga kerja hingga 118 ribu orang per tahun.
Sementara itu, sektor-sektor yang mendapatkan manfaat dari pembangunan JTTS adalah konstruksi sebesar 54 persen, industri pengolahan 22 persen, pertambangan dan penggalian 8 persen, perdagangan besar 6 persen, serta transportasi dan pergudangan 3 persen.
Kemudian juga sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 2 persen, sektor jasa keuangan dan asuransi 1 persen, informasi dan komunikasi 1 persen, jasa perusahaan 1 persen serta pengadaan listrik dan gas 1 persen.
Baca juga: PT SMI catatkan laba bersih Rp754 miliar hingga Mei 2021
Baca juga: Kemenkeu minta SMI kolaborasi dengan swasta tangani infrastruktur
Baca juga: PT SMI proyeksikan pembiayaan tumbuh 42 persen pada 2021
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: